sebagian besar sinetron memang menjadi alat "pembodohan" masyarakat.
kebanyakan hanya menjual kekerasan, dendam, klenik, hedonisme, dan menjual mimpi.
tapi nggak semua kyk gitu. ada juga sinetron yg mendidik, meskipun sangat jarang (dan biasanya nggak bertahan lama )
Nah, ini juga daku anggap cuma klaim sepihak.gini non sister..
IMHO, sinetron telah membentuk budaya baru di masyarakat, budaya malas. sekian belas tahun yg lalu, (sebelum TV swasta merebak di negeri tercinta ini), msyarakat tidak terlalu malas mantengin sinetron tiap hari. ada aktivitas yg sehat.
semenjak sinetron membudaya di negeri ini, budaya malas mulai merebak n merajalela (* lebay *) budaya malas itu selanjutnya dibarengi dengan budaya menerima info dan pesan moral sinetron apa adanya. klenik, hedonisme, dendam n kekerasan, mimpi2 yg melambung tinggi, dll.
sekarang budaya bodoh telah terbentuk. pasar sudah siap menerima sinetron2 sekhayal apapun. jadinya lingkaran setan, sinetron yg bagus nggak laku, maka produser hanya membuat sinetron *bodoh*, dan itu semakin meracuni masyarakat, n seterusnya.
jadinya semacam simbiose, masyarakat bodoh membutuhkan sinetron bodoh, n sinetron bodoh membutuhkan *rating tinggi* dari masyarakat bodoh.
Memang, akibat langsungnya sih gak ada.
Tapi, ini sinetron tayang setiap hari, setiap malem, ceritanya jeblok, dramatisasi berlebihan. Kalo sekali dua kali nonton sih gak papa.
Dalam jangka panjang gimana coba. Apa output penonton yang dhasilkan oleh sinetron kayak begini?
Jelas ada akumulasi di sini--yang secara sadar ato enggak membentuk pembodohan terselubung tersebut.
CMIIW
contoh nyatanya seperti apa?
Bukan itu maksudku.Kalo diibaratkan tontonan itu ibarat makanan--apa yang kita tonton/makan itulah yang menjadi daging, darah, tulang, energi, dsb.
Tentu, masih ada makanan yang baik dan bergizi. Sama seperti sinetron, ada juga sinetron yang bagus buat ditonton.
Salah satu sinetron fave ane adalah: P*a*r*a p*e*n*c*a*r*i T*u*h*a*n.
bukan kuantitasnya non.. kualitas *kebodohannya* yg jadi masalah.Nah, ini juga daku anggap cuma klaim sepihak.
Berapa jam sih tayangan prime time untuk sinetron-sinetron kacrut ini dalam sehari sehingga bisa signifikan menimbulkan budaya malas?
Berapa lama sih waktu yang dibutuhkan untuk memaksa pecinta sinetron duduk berlama-lama di depan TV?
Soal budaya malas ini menambah keherananku soal dampak sinetron yang begitu bombastic dan terlalu jadi drama queen.
Sekarang kita lihat hal-hal yang praktis aja deh biar gampang dan bukan sekedar retorika belaka. Pembodohan dan budaya malas itu menurut daku cuma sekedar retorika belaka. Kita terlalu meremehkan pola pikir masyarakat kita sendiri. Dan daku pikir hanya ada segelintir orang yang menghabiskan waktunya dari pagi sampai pagi lagi hanya untuk menonton sinetron. Dan jika ada, dia bukan hanya sedari awal sudah bodoh, tapi sakit.
Bukan itu maksudku.
Tapi contoh nyata yang sudah ada di masyarakat soal pembodohan masal ini.
Seperti yang udah daku bilang, kalau ada sinetron yang sifatnya mendidik itu bagus banget. Tapi kita juga nggak bisa serta merta menuntut semua sinetron kudu seperti itu. Dan kita nggak bisa meremehkan pola pikir masyarakat kita. Masyarakat kita itu cukup pintar kok, bisa memilih apa yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Itulah kenapa daku meminta definisi dari pembodohan. Jadi bodoh itu seperti apa?
Tidak menjadi pintar, bisa jadi. Tapi kalau nonton sinetron terus jadi bodo, wah hebat banget tuh sinetron bisa bikin bodo orang. )
Makanya non kan daku tanya, signifikan nggak dengan hal yang dikatakan pembodohan itu tadi. Karena ini sama saja dengan meremehkan pola pikir masyarakat kita sendiri. Hal- hal yang bisa bikin orang menjadi bermoral, menjadi pintar bla bla bla itu banyak sumbernya.bukan kuantitasnya non.. kualitas *kebodohannya* yg jadi masalah.
dan tentu saja ini klaim sepihak, krn di sisi *pengusaha sinetron* ia jelas tidak akan menerima klaim ini (sudah pasti )
budaya malas krn sinetron ini sdh sering dikeluhkan (paling nggak) di kampung2. sekarang susah banget ngundang *terutama* ibu2 di jam2 primetime, baik itu utk pengajian atau arisan ibu2. semua dipadatkan ke sore hari
Tidak menjadi pintar dengan menjadi bodoh jelas beda sekali maknanya.Iye juga ya... *mikir-mikir*
Tapi, "Tidak menjadi pintar" bukankah sebelas-duabelas dengan "Bodoh"? alias sama aje.
Orang bisa dikatakan cukup bodoh kalau tidak dia tidak menjadi pintar selama beberapa waktu. Sudah nonton selama berjam-jam, berhari-hari, berpuluh session, beratus-ratus episode tapi... gak ada hal-hal worthy yang bisa diambil.
IMHO... Apa itu bukan pembodohan namanya?
Itu yang sebut tadi hanya retorika belaka, karena nggak diukur secara pasti dan diambil kesimpulan secara serampangan.
Dan sekali lagi yang perlu diingat, salah satu fungsi utama sinetron itu adalah sebuah hiburan. Dan itu yang lebih utama dicari dari orang yang nonton sinetron.
Baru aja sekilas lihat tulisan di koran, bahwa sinetron-sinetron yang ada di tv-tv kita itu adalah bentuk pembodohan bagi masyarakat. Bagi gw ini terdengar lucu sih. Bagaimana dengan pendapat kalian?