This is it.
Itu lah kenapa daku mempertanyakan definisi pembodohan di postinganku sebelum sebelumnya.
Sinetron itu seperti halnya bentuk sinematografi lainnya, tujuan utamanya adalah sebagai hiburan. Kalaupun ada nilai-nilai lainnya, itu adalah unsur-unsur sekunder yang sengaja dijadikan muatan dalam hasil karya oleh kreator. Orang menonton sinetron sebagian besar tujuannya adalah untuk hal itu. Untuk cari hiburan. So, dari sini udah nggak pas kalau penyebab "kebodohan" itu dibebankan kepada sinetron yang ditayangkan.
Dan daku juga nggak cukup untuk percaya bahwa jika menonton sinetron kita nggak dapat apa-apa, karena at least wawasan kita bisa bertambah. Sekacrut-kacrutnya sinetron, pasti ada hal yang bisa dipetik. Daku sangat percaya itu.
@second_sister
MUAHAAA HA HA AHA AHA HA HA (ngakak ala EVIL)...
Generalisasi yang non gunakan ukurannya tidak jelas... jadi, tidak tepat sebagai pembelaan bagi sinetron yang gak mutu.
Yang namanya sinetron kacrut --> udah jelas gak mutu --> kalo sudah tidak bermutu --> ngabisin waktu, ngabisin energi, ngabisin sumberdaya --> apa bukan pembodohan namanya?
Pembodohan bagi siapa? tentu aja bagi masyarakat yang nonton. Waktu mereka habis, energi mereka habis, sumberdaya mereka habis, dll. Ada unsur kerugian di sini. Makanya ane berani bilang bahwa ada pembodohan (sadar maupun enggak).
Ingat non, jangan menilai sinetron hanya dari satu sisi saja dong (hiburan), itu terlalu naif. Jadi?
Ya, jelas masih banyak sisi lain yang harus kita tinjau dari sebuah sinetron/tayangan apapun. Ada unsur mengajak (promosi, iklan, dll) di sana. Dalam hukum ini dianggap sebagai tindak kesengajaan.
Kalo, non second_sister tidak sependapat dengan argumen ane. Tolong sebutin 5 manfaat yang signifikan dari sebuah tayangan (boleh minjam istilah non ya) sinetron kacrut?
Silahkan, ane tunggu lho....
sinetron bukan pembodohan mungkin kalimat bijaksananya "buat bodoh" pemirsanya ya. Misalnya jika ada yang sakit bukannya suruh ke dokter tapi nyuruh ke 'orang pintar'. Ini contoh kecil aja dari materi sinetron yang biasa kita tonton
pokoknya bukan pembodohan.. titik..
Generalisasi?? yang mana??@second_sister
MUAHAAA HA HA AHA AHA HA HA (ngakak ala EVIL)...
Generalisasi yang non gunakan ukurannya tidak jelas... jadi, tidak tepat sebagai pembelaan bagi sinetron yang gak mutu.
bukannya itu malah yang merupakan generalisasi?? Mutu sebuah tontonan sinematografi itu seperti apa? karena nggak ada nilai-nilai yang bisa diambil, lantas itu bisa dikatakan sebagai nggak bermutu? atau dinilai dari unsur-unsur sinematografi an sich?Yang namanya sinetron kacrut --> udah jelas gak mutu --> kalo sudah tidak bermutu --> ngabisin waktu, ngabisin energi, ngabisin sumberdaya --> apa bukan pembodohan namanya?
Sorry, daku gantian tertawa terbahak-bahak membaca yang daku bold di atas....Pembodohan bagi siapa? tentu aja bagi masyarakat yang nonton. Waktu mereka habis, energi mereka habis, sumberdaya mereka habis, dll. Ada unsur kerugian di sini. Makanya ane berani bilang bahwa ada pembodohan (sadar maupun enggak).
Loh, naif?? Semua bentuk sinematografi itu (bukan hanya sinetron) fungsi utamanya adalah hiburan. Kalaupun ada fungsi yang lain, itu adalah fungsi tambahan. Jadi ketika sebuah tontonan tidak mengandung fungsi lain, ya balik lagi ke fungsi dasar yaitu sebagai hiburan. Terus dari mana naifnya hal begini? )Ingat non, jangan menilai sinetron hanya dari satu sisi saja dong (hiburan), itu terlalu naif. Jadi?
Nggak paham ya soal postinganku yang dibawah iniKalo, non second_sister tidak sependapat dengan argumen ane. Tolong sebutin 5 manfaat yang signifikan dari sebuah tayangan (boleh minjam istilah non ya) sinetron kacrut?
at least ada yang kita dapet seperti isi dari postingan iniDan daku juga nggak cukup untuk percaya bahwa jika menonton sinetron kita nggak dapat apa-apa, karena at least wawasan kita bisa bertambah. Sekacrut-kacrutnya sinetron, pasti ada hal yang bisa dipetik. Daku sangat percaya itu.
Zoeratmand said:menurut saya sinetron bukan pembodohan. yang bisa membuat bodoh atau tidaknya adalah kita sebagai penonton. dalam sinetron ada antagonis dan protagonis seperti yang ada di post sebelumnya. dan dalam hal ini pasti ada adegan yang "baik" dan "kurang/tidak baik". saya menonton sinetron menjadi lebih baik karena saya mengambil dan memahami yang baik itu serta tidak mengikuti hal yang "kurang/tidak baik".
Wah ternyata cukup seru juga nih topik debat kali ini...
Aku udah membaca semua postingan teman-2 dari awal hingga yang terakhir dan aku juga ingin berpendapat..
Aku melihat dari aspek dampak yang ditimbulkan oleh sinetron, tetapi sebelumnya kita perlu memilah terlebih dahulu memang di dunia pertelevisian kita saat ini terdapat beberapa jenis sinetron berdasarkan jenis dan dampak yang ditimbulkan :
pertama, sinetron yang mendidik dan mengajarkan nilai-2 moral yang baik
kedua, sinetron yang terkesan klise dan membuat pemirsa terbuai dalam khayalan semu.
ketiga, sinetron yang jelas-2 membodohi dan memberi dampak negatif pada pemisrsanya...
Maaf teman-2 aku kurang setuju dengan kata "masyarakat" karena bagiku kata tersebut terlalu luas sehingga akan sulit mendapatkan ukuran dari kata masyarakat itu sendiri.
Nah... kalo kita mau jujur berkaitan dengan pembodohan akibat dari menonton sinetron itu sendiri tidak mudah untuk kita ukur secara empirik melalui data-data statistika, tetapi secara abstrak dampak yang timbul dalam kehidupan pemirsa setia sinetron mudah untuk kita amati, baik itu yang diakibatkan sinetron yang mendidik, sinetron yang "kacrut", atau sinetron yang "sesat".
Kesimpulanku... tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang menjadi pasar dari sinetron ini masih dikategorikan cukup rendah. Karena sebagian besar scoupe pasarnya adalah ibu-2 rumah tangga dan sebagian masyarakat yang dalam mencerna jalan cerita dari sebuah sinetron tidak menggunakan analisa nalar dan logika yang mendalam, tetapi secara langsung. Sehingga kesan yang timbul adalah sinetron sebagai sebuah hasil karya sinematografi menjadi alat pembodohan karena alasan yang aku kemukakan tadi.
Hanya sebagian kecil dari pemirsa setia televisi kita, yang menggunakan nalar dan logika untuk menganalisa cerita dan penokohan dari sebuah sinetronyang ditayangkan di televisi-2 swasta nasional kita, sehingga hanya sedikit pula yang mampu memfilter dirinya dari pengaruh yang kurang baik dari kebiasaan menonton sinetron itu sendiri.
Kalau yang dimaksud dengan 'membodohi' adalah karena tidak sesuai dengan kenyataan, sesungguhnya semua cerita fiksi rata-rata seperti itu. Itulah kenapa dinamakan fiksi, bukan?Aku melihat dari aspek dampak yang ditimbulkan oleh sinetron, tetapi sebelumnya kita perlu memilah terlebih dahulu memang di dunia pertelevisian kita saat ini terdapat beberapa jenis sinetron berdasarkan jenis dan dampak yang ditimbulkan :
pertama, sinetron yang mendidik dan mengajarkan nilai-2 moral yang baik
kedua, sinetron yang terkesan klise dan membuat pemirsa terbuai dalam khayalan semu.
ketiga, sinetron yang jelas-2 membodohi dan memberi dampak negatif pada pemisrsanya...
Betul. Memang begitu adanya.Nah... kalo kita mau jujur berkaitan dengan pembodohan akibat dari menonton sinetron itu sendiri tidak mudah untuk kita ukur secara empirik melalui data-data statistika, tetapi secara abstrak dampak yang timbul dalam kehidupan pemirsa setia sinetron mudah untuk kita amati, baik itu yang diakibatkan sinetron yang mendidik, sinetron yang "kacrut", atau sinetron yang "sesat".
Kalau yang dimaksud dengan 'membodohi' adalah karena tidak sesuai dengan kenyataan, sesungguhnya semua cerita fiksi rata-rata seperti itu. Itulah kenapa dinamakan fiksi, bukan?
Adjektifnya itu fiktif.
Itulah kenapa daku ulang-ulang terus dipostinganku, bahwa fungsi utama dari sebuah sinematografi itu adalah fungsi hiburan, dan tidak punya 'kewajiban' untuk mendidik. Kalaupun ada nilai-nilai yang bisa diambil, itu merupakan kelebihan dan misi dari si pembuat.
Betul. Memang begitu adanya.
Dari penelitian (oleh Greenberg dan Suttoni) yang pernah dilakukan, sebuah hal yang kita tonton di televisi yang berdampak langsung kepada pemirsanya adalah repetitive commercials, tapi untuk film, opera sabun dan tayang fiksi lain tidak pernah ada penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu bisa berdampak langsung. Kalaupun ada, jumlahnya tidak terlalu signifikan.
islam ktpngak membodoh bodohi malah bikin gue ketawa