Nggak bikin pinter, bisa jadi. Tapi kalau disebut pembodohan atau bikin bodoh. wow, that's sound bombastic. Sinetron sebagai sebuah tontonan itu salah satu fungsi utamanya adalah hiburan layaknya bentuk kesenian yang lain. Sinetron juga punya segmen sendiri-sendiri. Orang "bodoh" nggak akan memilih nonton sinetron "pintar", dan bukan berarti ketika seseorang menonton sebuah sinetron kacrut membuat dia jadi bodoh.
Sejelek-jeleknya sinetron itu akan selalu punya 2 sisi, antagonis dan protagonis. Nggak akan ada ceritanya cuma ada sisi antagonis doang atau sebaliknya. It means, akan ada pelajaran yang bisa ditarik dari hal ini. Sejelek apapun sebuah sinetron dia akan punya makna yang bisa disimpulkan walau terkadang perlu dipaksakan. Yang paling sederhana, jika melihat tipikal sinetron kita, pihak antagonis akan "kalah" diakhir cerita. Bisa jadi toh penontonnya akan menarik makna bahwa ooh orang baik itu pasti akan menang melawan orang jahat, jadi jangan sampai deh jadi orang jahat. Sebuah makna yang bisa jadi adalah dipaksakan toh? Tapi tetap bisa terjadi kan?
Kalau mau bertambah pintar, yang definitif itu ke sekolah, jangan nonton TV. Dengan nonton TV bisa jadi kita tidak bertambah pintar, tapi bullshit kalau dibilang bisa bikin bodoh, itu namanya meremehkan kemampuan berpikir orang lain.
@darkgrey
Den darkgrey, benar.
Tapi... Mosok iya sih, ada anak yg bisa silat tapi ga senang/pernah nonton silat?
Mungkin, udah takdir kali ye? Kungfu-hustle-ujug-ujug.com.
Anak tetangga ane (maaf ya, bude) yg buandel itu malah ga perlu latihan, les, kursus, dll buat bisa menghina orang.
Dia cukup nonton tayangan anu, yang tayang di tv anu.
Simsalabim abrakadabra... Eh, besoknya dia udah jago ngata-ngatain temennya, ga pake latian apa-apa. Ajaib kan?
Loh, kalau nggak dibawa ke ranah fiksi, terus mau dibawa ke arah mana?? ke non fiksi? ke pelajaran moral? ke program pendidikan? yang konten utamanya ada proses mendidik/pembelajaran itu wajib ada.@dipe
Okelah, kalo non dipe bersikeras membawa ini ke ranah fiksi-fiksian (hiburan) yang menurut dipe tidak berhubungan langsung/tak langsung dengan proses pembodohan.
Apakah ini contoh yang sesuai dengan topik? Situ salah ambil contoh masbro.Coba kita liat contoh lain:
"Miyabee in action" juga bersifat fiktif (miyabee cuman akting teriak-teriaknya) dan juga bernuansa hiburan.
Apakah (menurut paradigma dipe) tontonan seperti ini tidak mengandung unsur pembodohan?
Kalau ya, apakah dipe akan membela tayangan seperti ini tayang pkl 17:00 s/d 21:00 di televisi di indonesia?
Udah baca postingan daku secara keseluruhan belum?kenyataannya ga ada orang yg mengambil pesan baik dr sebuah sinetron kan? yg ada ibu2 marah2 klo klo aktor pujaannya mati, atau nenek2 jadi darah tinggi klo mati lampu pas jam sinetron kesayangannya tayang
bahkan perihal "pihak antagonis akan "kalah" diakhir cerita" seolah bukan pesan moral lagi, melainkan sebuah ciri khas dari masa ke masa dan judul ke judul sebuah sinetron
[<
Loh, kalau nggak dibawa ke ranah fiksi, terus mau dibawa ke arah mana?? ke non fiksi? ke pelajaran moral? ke program pendidikan? yang konten utamanya ada proses mendidik/pembelajaran itu wajib ada.
Itu bedanya fiksi dan non fiksi.
Dan ingat daku dari awal postingan nggak pernah menyebutkan kalau sebuah sinetron/cerita fiksi itu nggak punya pengaruh kepada pemirsanya, tapi untuk pengaruh sebagai yang disebut pembodohan itu daku anggap terlalu bombastic.
Seperti yang daku tanyakan sebelumnya, what do you expect from the thing called fiction?
Apakah ini contoh yang sesuai dengan topik? Situ salah ambil contoh masbro.
Bedakan secara kontennya dong.
Udah baca postingan daku secara keseluruhan belum?
Udah daku singgung kok soal hal-hal tersebut di atas.
@darkgrey
Den darkgrey, benar.
Tapi... Mosok iya sih, ada anak yg bisa silat tapi ga senang/pernah nonton silat?
Mungkin, udah takdir kali ye? Kungfu-hustle-ujug-ujug.com.
Anak tetangga ane (maaf ya, bude) yg buandel itu malah ga perlu latihan, les, kursus, dll buat bisa menghina orang.
Dia cukup nonton tayangan anu, yang tayang di tv anu.
Simsalabim abrakadabra... Eh, besoknya dia udah jago ngata-ngatain temennya, ga pake latian apa-apa. Ajaib kan?
kalo menurut saya, untuk kasus ini adalah tayangan tersebut memang bukan untuk ditonton oleh anak - anak, tapi anak tersebut nonton dan yang namanya anak - anak belum bisa memfilter apa yang mereka tonton. seharusnya kalo anak - anak nonton tv bukan kah ada orang tua yang harus mendampingi anak nonton? dan guna orang tua mendampingi anaknya nonton adalah untuk mengarahkan sang anak agar anak mengambil contoh yang baik, dan bukannya yang tidak baik. dari pertama saya post yang menjadi inti itu adalah kita sebagai penonton...
Wah, debatnya lanjut terus kayaknya nih... He he he.
@zoeratmand
Janganlah den, ntar sekeluarga (anak+bapak+ibu+pembantu) dibodohin semua tuh...
@dipe
Sebenarnya nyang miyabee itu-- memang sih, ga sesuai topik.
Tapi, prinsipnya sama aja kan? (fiksi+hiburan).
Coba dijawab dong (kalo memang konsisten--bahwa fiksi itu isinya hiburan melulu).
Kalo enggak dijawab, juga ga papa.
@DG
Minta definisi "pembodohan" versi aden darkgrey dong...
He he he... Peace ya.
Itu harusnya ditaruh di thread apa? bisa kok aku pindah...