Sinema Elektronik: Pembodohan Masyarakat?

Sinetron: Pembodohan Masyarakat?


  • Total voters
    30
  • Poll closed .
Status
Not open for further replies.
Masalahnya bukan hiburan--gak hiburan non.

Yg jadi masalah adalah: Apakah sebuah tayangan itu berpotensi menimbulkan kebodohan dalam jangka panjang? Kan gitu?

Mau dia hiburan kek, gak hiburan kek, kalau membodohi gimana atuh?

Ingat lho, kita adalah apa yang kita baca. Kita adalah apa yang kita tonton.

Ciao!
 
Pantesan aku segini bodoh, abis waktu kecil banyak menghabiskan waktu puter film star wars berulang-ulang...:))

Untung aja syahadatku bukan "May force be with you"....:))


-dipi-
 
adakah yang bisa menyebutkan contoh real yang ada bahwa apa yang kita tonton itu menjadikan seseorang merasa dibodohi (pembodohan)? secara yang namanya sinetron itu waktu "the end"-nya lama,
 
aku paling suka sinetron ufo tapi uda ngak tayang lagi di indosiar

ada lagi sinetron yang ku suka si entong sudah tidak tayang di TPI

gerhana duluh di rcti uda ngak tayang lagi

saras 008 duluh di indosiar,gue juga suka ini sinetron
 
@zoeratmand
Ane persilahkan den zoeratmand tonton sendiri sinetron di tv dengan karakteristik sbb:
1. Naga+sihir+sikit2berantem.
2. Belatung-belatungan.
3. Tokoh agama yang nyelesein masalah dengan berantem.
4. Bidadari yang dibalikin pulang.
5. Cinta rohaye.
6. Etc...

Silahkan tonton dalam jangka panjang, kalau gak merasa dibodohi...
 
@zoeratmand
Ane persilahkan den zoeratmand tonton sendiri sinetron di tv dengan karakteristik sbb:
1. Naga+sihir+sikit2berantem.
2. Belatung-belatungan.
3. Tokoh agama yang nyelesein masalah dengan berantem.
4. Bidadari yang dibalikin pulang.
5. Cinta rohaye.
6. Etc...

Silahkan tonton dalam jangka panjang, kalau gak merasa dibodohi...

apakah semua sinetron itu masih tayang sekarang? dari semua daftar di atas saya hanya mendengar satu judul sinetron, yaitu cinta rohaye, tapi kayaknya juga udah gak tayang lagi. .
 
Masalahnya bukan hiburan--gak hiburan non.

Yg jadi masalah adalah: Apakah sebuah tayangan itu berpotensi menimbulkan kebodohan dalam jangka panjang? Kan gitu?

Mau dia hiburan kek, gak hiburan kek, kalau membodohi gimana atuh?

Ingat lho, kita adalah apa yang kita baca. Kita adalah apa yang kita tonton.

Ciao!
That's why that thing called fiction. >:l
Fiction itu fiktif dan fiktif itu hal yang terkadang atau malahan sebagian besar nggak sesuai dengan kenyataan. Jadi akan terasa lucu kalau orang merasa dibodohi.
Hanyut dalam alur cerita itu yang sebagian besar terjadi, tapi untuk diaplikasikan ke kehidupannya sehari-hari nggak ada data yang valid soal hal ini. Kecuali bentuk sinematografi yang di dalamnya memang ada muatan persuasif semacam propaganda, contohnya seperti yang dibuat Joseph Goebbels untuk alat propaganda Hitler.

Kalau sinetron, jauh dari hal-hal begitu. Daku memang bukan penikmat sinetron Indonesia, tapi sesekali lihat sekilas udah bisa mengambil kesimpulan kalau hal-hal yang termuat masih dalam taraf normal.
@zoeratmand
Ane persilahkan den zoeratmand tonton sendiri sinetron di tv dengan karakteristik sbb:
1. Naga+sihir+sikit2berantem.
2. Belatung-belatungan.
3. Tokoh agama yang nyelesein masalah dengan berantem.
4. Bidadari yang dibalikin pulang.
5. Cinta rohaye.
6. Etc...

Silahkan tonton dalam jangka panjang, kalau gak merasa dibodohi...
Ya kalau soal ini, daku sama seperti Kak Dip tapi lebih umum, jangan nonton fiksi, tontonlah tayangan non fiksi semacam dokumenter yang salah satu fungsi utamanya adalah mengedukasi. :))
 
@dipe
Coba nonton dong... Masa belum nonton, kok pendapatnya kayak begitu.

Sama aja kayak orang membela langit itu warnanya kuning, tapi dia sendiri gak pernah liat langit.

Kan udah ane bilang, di halaman sebelah. Pembodohan itu ada yg bisa didetect langsung (karena memang diniatkan), ada yang enggak.

Contohnya: paradigma "pegawaisme" yang berhasil ditanamkan penjajah kolonial belanda kepada bangsa ini.

Ini bukan masalah fiksi vs non-fiksi non. Kita gak lagi debat tentang piala oscar kan?
 
@dipe
Coba nonton dong... Masa belum nonton, kok pendapatnya kayak begitu.

Sama aja kayak orang membela langit itu warnanya kuning, tapi dia sendiri gak pernah liat langit.
Kenapa harus dibuktikan dengan menonton? lha ini daku mengambil pandangannya dari semua bentuk tontonan yang namanya sinetron (entah itu yang kacrut atau yang bermutu).
Seumur-umur daku belajar 6 tahun di jurusan Art Cinematography itu, sinetron itu ya fiksi, dan dalam cerita fiksi apapun sah dan bisa dibuat, bisa terjadi dan bisa dikondisikan.
Daku tau apa yang dimaksud dengan sebutan sinetron yang membodohi itu cukup dengan melihat beberapa kali doang. Dan tetap, menurutku, hal itu memang jelek secara mutu sinematografi, tapi nggak lantas menjadikannya jadi sumber kebodohan, karena fungsi utamanya memang bukan sebagai ajang pendidikan.
Kan udah ane bilang, di halaman sebelah. Pembodohan itu ada yg bisa didetect langsung (karena memang diniatkan), ada yang enggak.
Betul, tapi what do you expect from the thing called fiction?
Berkali-kali daku bilang, nggak ada data valid soal pembodohan yang dilakukan karena menonton sinetron, opera sabun, telenovela, K drama, you named it. Yang ada adalah data valid soal repetitive commercials yang bisa membodohi penonton TV.
ni bukan masalah fiksi vs non-fiksi non. Kita gak lagi debat tentang piala oscar kan?
Kenapa daku bicara soal fiksi? Karena untuk mengangkat soal fungsi utama dari sebuah tontonan fiksi itu tadi, yaitu hiburan dan bukan soal mendidik fungsi utamanya.
Terus kenapa ada pertanyaan soal Oscar segala ya? apa hubungannya? :))
 
@Dipe
Nduk...lu bicara terlalu implisit...secara eksplisit aje dong...:))
Atau kalo susah dalam pemilihan kata, elu in english or Czech aja, entar gue yang terjemahin...:))


-dipi-
 
Terus cara membuktikannya gimana?
Dibayang-bayangin aja?
Diterawang pake bola kristal? Mungkin?
Masa mengkritisi tontonan, ga pake nonton?

Pernah denger gak dampak dari sebuah tayangan. Anak tetangga saya, kepalanya bocor setelah di-smackdown sm temennya.

Makanya, tayangan smack-down sempat dilarang.

Manusia cenderung meniru apa yang srng mereka lihat, baca, dan dengar.

Kalau penonton-penonton sinetron secerdas dan secakep non dipe, okelah ane gak ragu.

Gmn dng bocah2 yg blm bs memfilter?
 
Terus cara membuktikannya gimana?
Dibayang-bayangin aja?
Diterawang pake bola kristal? Mungkin?
Masa mengkritisi tontonan, ga pake nonton?
Ngerti nggak sih dengan yang daku maksud meninjau dari keseluruhan sinetron.
Ada yang bilang sinetron bikin bodoh, lalu daku membantah dengan tinjauan umum bukan item per item. Lalu apa yang perlu daku buktikan?? walaupun bagus atau buruk sinetronnya daku memandangnya bakalan sama aja yaitu sebagai media hiburan. Kecuali kalau tinjauanku adalah item per item layaknya seorang kritikus film, itu lain soal.
Pernah denger gak dampak dari sebuah tayangan. Anak tetangga saya, kepalanya bocor setelah di-smackdown sm temennya.
Makanya, tayangan smack-down sempat dilarang.

Manusia cenderung meniru apa yang srng mereka lihat, baca, dan dengar.

Kalau penonton-penonton sinetron secerdas dan secakep non dipe, okelah ane gak ragu.

Gmn dng bocah2 yg blm bs memfilter?
Mas, jangan secara parsial kalau menyimpulkan sesuatu. Kalau seperti kasus di atas, stake holder dalam hal responsibility-nya itu banyak. Ada pihak pembuat tontonan, ada tempat tontonan ditayangkan, ada lembaga sensor, ada lingkungan, ada orang tua dll. Itu semua stake holder yang berkaitan satu sama lain. Jadi jangan parsial mengambil kesimpulan, jadinya bakalan nggak valid.
 
satu pertanyaan buat om voldie. menurut om, kalo ada seorang anak seneng nonton silat. (orang latihan silat ya.. bukan film silat), apa lama kelamaan anak tsb menjadi bisa silat?
 
@dipe
Okelah, kalo non dipe bersikeras membawa ini ke ranah fiksi-fiksian (hiburan) yang menurut dipe tidak berhubungan langsung/tak langsung dengan proses pembodohan.

Coba kita liat contoh lain:
"Miyabee in action" juga bersifat fiktif (miyabee cuman akting teriak-teriaknya) dan juga bernuansa hiburan.

Apakah (menurut paradigma dipe) tontonan seperti ini tidak mengandung unsur pembodohan?

Kalau ya, apakah dipe akan membela tayangan seperti ini tayang pkl 17:00 s/d 21:00 di televisi di indonesia?
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top