Hubungan Antara Saham Dan Pasar Mata Uang
Analisa intermarket seringkali bermula dari indeks harga saham. Pasar saham adalah acuan utama pasar keuangan, sedangkan indeks harga saham mewakili tingkat harga saham-saham utama (blue chips) suatu negara.
Untuk membeli saham suatu negara, kita harus menggunakan mata uang negara tersebut. Untuk melakukan investasi pada saham-saham utama Jepang, investor dari Eropa harus menukarkan mata uang Euro-nya dengan Yen Jepang. Permintaan Yen Jepang yang meningkat menyebabkan nilai tukarnya naik. Sebaliknya, penjualan mata uang Euro menyebabkan supply-nya meningkat, sehingga nilai tukarnya berkurang.
Jika prospek pasar saham suatu negara bagus, maka aliran dana yang cukup besar akan masuk ke negara tersebut hingga memperkuat nilai tukar mata uangnya. Sebaliknya, jika pasar saham memburuk, maka para investor akan memindahkan dananya ke negara lain yang prospek pertumbuhannya sedang bagus, sehingga mata uang negara tersebut akan melemah.
Sebagai trader di pasar forex, Anda seharusnya juga mengikuti kondisi bursa di beberapa negara ekonomi utama dunia. Aliran uang akan terjadi pada negara yang indeks harga sahamnya sedang melemah ke negara yang indeks harga sahamnya sedang menguat. Itulah sebabnya indeks harga saham yang meninggi akan diikuti oleh penguatan nilai mata uang; demikian pula sebaliknya. Jika Anda membeli mata uang suatu negara yang prospek pasar sahamnya bagus dan menjual mata uang suatu negara yang kondisi pasar sahamnya sedang memburuk, maka tentu Anda akan dapat meraup keuntungan.
Walau demikian, keadaan seperti di atas hanya bisa terjadi dalam kondisi perekonomian global yang normal. Apabila perekonomian dunia dalam kondisi krisis atau resesi global, keadaan sebaliknya bisa saja terjadi. Sebagai contoh, korelasi antara indeks harga saham Nikkei dan USD/JPY (gambar bawah).
(Baca juga: Korelasi Antara Forex Dan Pasar Saham)
Sebelum resesi ekonomi global yang dimulai tahun 2007, indeks harga saham Nikkei dan mata uang JPY searah, atau dengan kata lain, indeks Nikkei dan USD/JPY bergerak berlawanan (korelasi negatif). Dengan demikian, maka jika indeks Nikkei menguat maka JPY juga menguat (USD/JPY melemah). Namun, setelah terjadi krisis keuangan yang diikuti oleh resesi global, korelasi indeks Nikkei dan USD/JPY berubah menjadi positif yang berarti jika indeks Nikkei menguat maka JPY melemah (USD/JPY menguat).
Ketika pasar saham suatu negara yang diwakili oleh indeks harga saham menguat, maka tingkat kepercayaan investor terhadap negara tersebut sedang meningkat, sehingga aliran investasi asing yang masuk ke negara tersebut akan menyebabkan meningkatnya permintaan mata uang lokal hingga nilai tukarnya menguat. Sebaliknya, ketika harga-harga saham lokal mulai jatuh, kepercayaan investor asing menurun, sehingga mereka menukarkan kembali investasi mata uang lokal ke mata uang asal. Akibatnya, nilai tukar mata uang lokal akan melemah. Fenomena ini bisa dilihat pada dinamika naik turunnya perekonomian Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.
Setiap timbul gejolak di pasar finansial, yang terpukul duluan adalah pasar saham, baru kemudian pasar obligasi dan nilai tukar mata uang. Sedangkan pasar saham di seluruh dunia umumnya bergerak ke arah yang sama atau mempunyai korelasi positif. Ketika terjadi krisis ekonomi global, harga saham-saham di berbagai negara akan berjatuhan. Sebagai contoh, berikut korelasi antara indeks saham Dow Jones (AS) dan indeks saham Nikkei (Jepang).
Beberapa indeks harga saham penting dunia yang perlu diperhatikan sebagai indikator utama dalam analisa intermarket adalah:
Dow Jones Industrial Average (DJIA, atau Dow Jones) - Amerika Serikat
Indeks Dow Jones merupakan indikator utama yang mewakili 30 perusahaan raksasa AS seperti AT&T, Pfizer, McDonalds dan lainnya. Indeks Dow Jones selalu menjadi acuan investor seluruh dunia dan merupakan indikator sentimen pasar yang penting. Indeks Dow juga sensitif terhadap perubahan iklim politik dan ekonomi global.
Standard & Poor 500 (S&P 500) - Amerika Serikat
S&P 500 melacak harga saham 500 perusahaan besar di AS. Setelah indeks Dow Jones, S&P adalah indeks saham yang banyak diperdagangkan di AS. Saat ini pamor S&P 500 cukup tinggi dan dijadikan acuan para fund manager dan beberapa institusi keuangan AS seperti dana pensiun dan lainnya.
National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ) - Amerika Serikat
NASDAQ mencakup harga saham dari 3700 perusahaan di AS, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Indeks saham penting di AS setelah Dow Jones dan S&P 500.
Nikkei - Jepang
Nikkei merupakan harga saham rata-rata dari 225 perusahaan besar di Jepang seperti Toyota, Japan Airlines, Fuji film dan lainnya. Sebagai indikator utama, pamor Nikkei bisa dikatakan setara dengan Dow Jones.
Deutscher Aktien Index (DAX) - Jerman
DAX meliputi harga saham blue-chip dari 30 perusahaan utama di Jerman seperti BMW, Deutsche Bank, dan lainnya, yang diperdagangkan di Frankfurt Stock Exchange. Dengan eksistensi Jerman sebagai negara perekonomian terbesar di kawasan Euro, indeks saham DAX selalu menjadi perhatian investor.
Dow Jones Euro Stoxx 50 (Euro Stoxx 50) - Kawasan Euro
Euro Stoxx 50 adalah indeks harga saham dari 50 perusahaan besar di kawasan Euro dari berbagai sektor. Indeks saham yang mulai naik pamornya ini dibuat oleh Stoxx Limited, sebuah perusahaan afiliasi antara Deutsche Boerse AG, Dow Jones & Company dan SIX Swiss Exchange.
FTSE - UK
FTSE adalah indeks harga saham dari berbagai perusahaan utama yang diperdagangkan di London Stock Exchange. Ada beberapa versi tergantung dari jumlah perusahaan yang diperhitungkan dalam indeks, misalnya FTSE 100 atau FTSE 250.
Hang Seng - Hong Kong
Hang Seng adalah indeks harga saham dari beberapa perusahaan besar di China dan Hong Kong, sehingga selalu menjadi acuan di pasar Asia setelah indeks saham Nikkei. Saat ini indeks Hang Seng dikelola oleh HSI Services Limited, anak perusahaan dari Hang Seng Bank.
Sumber : seputarforex.com