~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)



Ari

______________________________________
________________________________


"Jika kau tidak mau ikut bersamaku,maka biar aku yang akan memaksamu!"
dalam sepersekian detik setelahnya,
hanya ada kilatan sinar yang menyelimutiku,
pukulan beruntun dalam kecepatan cahaya yang tak bisa tertangkap mata.

Urrrggghhh!!!!

rasanya semua persendianku lepas!
kucoba membalasnya,tapi selalu gagal,berserk...
kelihatannya sang raja berada dalam kondisi terbaik,sekarang,situasi berbalik...!

ia menerjangku,dengan hanya satu lengan yang tersisa,tidak kusangka ia bisa melakukan semuanya,semua yang lebih dari yang bisa diharapkan seseorang jika bertarung hanya dengan sebelah lengan.
aku terpental keudara,saat yang bersamaan,kilatan itu menyerangku lagi, memukul seluruh tubuhku hingga tulang tulangku seakan remuk tak bersisa,

aku ingin membalasnya,tapi terlalu cepat, aku kembali tersuruk jatuh, rasa sakit yang semula kurasakan berganti jadi kebas.
dengan kekuatan yang sudah sampai batasnya, aku kembali bangkit.

"kuatnya..." desisku, "apa kau sudah puas,sekarang?!"

Stast the origin,dengan bola mata hitam kelam,menungguku berdiri tegak, tidak mengenakkan sekali setelah dihajar habis habisan oleh seorang kaisar undead.

"datanglah..ke tempatku,Aryanov...ke sisiku" ia merentangkan tangan "hanya itu yang dapat menyelamatkan nyawamu sekarang, hanya aku"
ia tersenyum,dewa yang menipu.

"aku tuhanmu,akulah hukummu sekarang," katanya"datanglah, pewarisku"

"kalau aku datang padamu,apa yang bisa kau berikan padaku,setan!" meski dengan tubuh penuh memar, aku masih saja menyerangnya,ia berkelit, rasa sakit dan separuh tubuh yang mati rasa menghalangi jarak pandanganku,
ngilu luar biasa merayap di tulang belikatku,saat lengan Stast yang sekeras besi itu menghantamnya, satu,dua,tiga,lebih dari enam pukulan dalam saat bersamaan!

aku terbanting dengan kepala membentur tanah,memuntahkan darah segar,
sial!

sebentar lagi...ia akan melukaiku sebentar lagi...
sebentar lagi...pasti!

menghindari luka luar,aku justru mendapat banyak sekali luka dalam.
ia menghampiriku,harus cari akal...
aku harus melakukan sesuatu pada rasa sakit merepotkan ini!
dia datang!
datang!

Stast meraih pedangku,dan menyorongkannya keleherku,aku masih tidak dapat menggerakkan satu jaripun...
aku tidak ingat pernah sepayah ini sebelumnya,
undead itu menatap langsung pada mataku, mata yang perlahan kembali normal dengan kornea merah seperti delima.

"aku telah menunggu nunggu saat kau datang padaku..." ucapnya mesra merayu.

ia mendekat mencengkeram leherku,menjatuhkan pedangku, aku menunggu saat saat pedangku akan berdenting jatuh dan gigi taring beracun itu merobek kulitku...

"kakak! mama dan papa jadi aneh!"

"Tasuku,lari...! itu bukan mama dan papa!"

"kakaaaaakk...! tolong,aku takut! mama menarik kaki ku! mulut mama berdarah..."

"Tidak!" teriakku sekerasnya, tepat pada saat pedangku berdenting jatuh, Stast terkejut dan melepaskan ku, meraih pedang itu dan dengan gerakan amat cepat akan menusukkannya padaku

"kakak! aku takut!"

aku menangkap benda tajam yang akan segera mencabut nyawaku itu dengan tangan,untunglah tidak ada sedikitpun darah Stast yang menempel pada senjata Paladin yang diciptakan khusus itu,
tapi tetap saja luka robek ditanganku amat parah.

"bodoh...!" Stast tidak dapat mengalihkan pandangannya dari darah yang meleleh pada tanganku,
lengannya yang hilang mempercepat pertumbuhannya, tapi sang raja kehilangan kontrol!

ia menyerangku membabi buta, aku seakan mendapatkan seratus baterai tambahan ditubuhku, kesakitan yang membuatku menderita lenyap sudah!
kucengkeram tubuh Stast yang sudah tidak dapat lagi menebak semua gerakanku, kuhempaskan ia tanpa peduli aku akan terbanting bersamanya,
ia menggebrak lantai batu yang hancur berkeping keping,

dan aku memutuskan tubuh sang raja jadi dua,
ia tampak sangat terkejut,
aku menginjak bagian kaki yang menggelepar itu, masih hidup!
Stast menatapku,dengan tubuh terputus hingga hanya bagian perut keatas yang merayap seperti hantu di film film horror, matanya melotot, sementara darah itu...tidak berhenti keluar!
semua organ dalamnya berhamburan keluar,bersama darah keperakan mengilat.

"Aryanov gabriel..." katanya lembut.

"aku akan selalu mengingatmu sebagai satu satunya orang yang pernah mengingatkanku rasanya kengerian dan ketakutan,terhadap MATI"


******************************************
******************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Ari

___________________________________________
_________________________________


Tubuhku sendiri juga, dipenuhi luka memar, tapi masih lebih baik karena tidak ada bekas luka milik undead.
Bayangan memuakkan itupun sirna dalam sekejap.
aku membencinya, tapi harus ku akui,kekuatan nya lah yang menyelamatkanku,
kekuatanku yang berasal dari masa lalu,hari terburuk sepanjang hidupku yang paling ingin kulupakan,
urat urat dikepalaku terasa berdenyut memusingkan, tapi berkat itu,separuh dari badan Stast tidak dapat digerakkan lagi.
Raja undead itu kehilangan banyak sekali darah dari luka dahsyat yang kubuat,dan tampaknya sudah tidak punya tenaga apa apa lagi.
saatnya melakukan tugas terakhir,sentuhan terakhir.
telunjukku masih gemetar saat meraih tabung kecil yang kusimpan dalam jaketku,hancur,jelas saja...

Ryo melemparkan penggantinya dengan seringaian mengejek sambil melepas kepala ghoul seperti memisahkan borgol dan kuncinya.
"menang,ya,kapten!"
aku tersenyum lemah,berjalan tertatih menuju tempat Stast tersungkur.
raja undead itu menantiku, wajahnya menengadah,
matanya terpejam saat aku jarum kecil itu menusuk dagingnya yang telah mati. Darah merembes memenuhi tabung kecil itu, warna yang indah seperti berlian yang dicairkan...

"lakukanlah, kami bukannya tidak bisa dibunuh..." ia menatapku nyalang, hanya mata itu satu satunya hal yang kelihatan hidup darinya sekarang.

"apa permintaan terakhirmu, undead?" ujarku, mengulangi apa yang pernah ia ucapkan, Vampir yang tak berdaya lagi dihadapanku itu menutup matanya.
darahnya sudah hampir habis,sekarang.

"hampir semua yang kuinginkan telah kumiliki,tapi alangkah suatu kehormatan besar jika aku dapat mendengarkan kotak musikku lagi..."
dan ia tak dapat mengulangi apa yang pernah ia ucapkan selamanya.

aku meraih orgel yang terletak dikursi kosong tempat Stast the origin duduk semula, membukanya, dan musik yang seperti mars pemakaman itupun mengalun,entah kenapa sekarang kedengaran sangat lembut ditelingaku.
aku melemparkannya ke dada Stast.
mata yang tertutup bulu bulu lentik itu membuka.

"sekarang, matilah, undead" aku mengangkat pedangku, yang bersinar tertimpa cahaya bulan,
sekarang, penggal kepalanya dan semua akan berakhir!

suara tembakan meletus,
aku melompat menarik pedangku,tapi terlambat,

"Ariiii!" Teriak Ryo histeris, ia sampai melupakan tugasnya menghalau para Ghoul,tapi makhluk itu tampak sama membatunya,

aku terhuyung mundur,mendengar suara keras,
langit langit diatas kepalaku terlepas,dan muncul monster raksasa yang menghempaskan bagian atas bangunan itu,setelah menghancurkannya jadi seribu bagian.

Ryo berlari menghampiriku,diikuti Umar sebagai tamengnya, menembakkan fire launcher kearah Ghoul yang berada dekat dengan mereka.
aku mengangkat wajahku,bertopang pada kesadaranku.
bahuku...tertembus peluru.

"tahan dirimu, Paladin!"
Wanita berambut panjang berlari menyergap tubuh Stast, dari kecepatannya, gerakannya,kecantikannya, dan mata merah semerah batu delima itu tahulah kami,bahwa ia pun seorang undead.

"Luciferina..." desah Stast dengan penuh cinta"Saudariku..."

"diam,kau,Stast! dasar kau memang telah uzur!" "kita pergi sekarang" saat ia membopong tubuh Stast, baru kami semua menyadari, makhluk besar menggantung diangkasa itu, pada kakinya yang kuat terlihat bagian bangunan yang seharusnya adalah atap ruangan tempat kami berada sekarang.
rupanya makhluk itu telah menariknya hingga terlepas.
usaha yang bagus.

"kita akan berjumpa lagi,Paladin" seru si undead betina,sebelah tangannya merayap meraih dinding, seperti laba laba ia merayap sementara tangannya yang satu lagi mengepit tubuh rajanya yang tercerai berai.
ia mungil dan ramping,
dengan ringan melompat ke punggung monster besar itu, kini aku dapat melihat dengan jelas, perwujudan mimpi buruk tersebut,
kelelawar raksasa,sayapnya membentang, dan mataku tak bisa lepas memperhatikan siluetnya dikeremangan malam.
seperti datang dari dalam cahaya bulan purnama.
perlahan tapi pasti sayapnya terangkat, membawa pergi kedua undead yang menjadi tuannya, aku masih sempat melihat senyum Stast sementara ia menempel di tubuh rekannya,diantara lukanya,muncul gelembung gelembung pertanda regenerasi telah dimulai, dia hanya tinggal mencari darah sebagai sumber kekuatannya,menjijikkan.

"khh!" rasa benciku menggelegak, aku mencoba berdiri hendak mengejar mereka, Tapi Ryo menahan gerakanku.

"jangan,Ar...! Percuma saja melakukannya, kau sedang terluka, tidak menguntungkan memulai pertempuran!"

"Tuan! senjata ini...bahan bakarnya hampir habis!" teriakan panik keluar dari tenggorokan si kecil Umar, Ryo melesatkan panahnya pada ghoul yang mendekati kami.

"bertahanlah bocah, kita keluar sekarang"

Tampaknya Ryo sudah tahu jalan keluar tempat ini,sambil membimbingku, ia menarik pistol dari dalam jaketnya sendiri, menembaki ghoul yang tersisa.
aku menebas beberapa yang mengincar lukaku yang tidak berhenti mengeluarkan darah.

"bagaimana cara kita meloloskan diri?" tanyaku.

"ada heli besar milik tentara pemerintah Irak diluar,para tawanan yang selamat tanpa terinfeksi juga ada didalamnya"

"kau tinggalkan mereka tanpa penjagaan?!" aku melotot.

"apa kau pikir aku sebodoh itu? aku memasang jebakan laser disekeliling, bisa kuatur penonaktifannya agar kita bisa lewat,aku memegang pengontrol jarak jauh" partnerku yang cerewet menunjukkan alat pengontrol kecil yang terpasang di bagian dalam jaketnya.

tiba tiba aku merasakan sesuatu yang lain,

"tubuhku mati rasa,Ryo...,kurasa peluru yang ditembakkan wanita undead tadi juga mengandung Virus..."


***************************************
***************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

mampir daina~~~tapi lom baca,,
kaget scroll in ke bawah ternyata~~~~~
panjang~~~~~!!!!,,bntar baca dlu koment menyusul bintang telah di sediakan,,harap sabar,,dan tekun serta menghayati dalam membaca,,sekian
(nah loh~~~ngawur.co.id)
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

makasih banyak,kitty,,,,,
dai tunggu comment-nya,lhoo,
kalau ada yang kurang berkenan dihati kitty, jangan sungkan menegur daina,yaaa,
supaya dai bisa tau dai salah dibagian mana n segera memperbaikinya,
^^;

please keep reading,guys,

and thanks,kitty~
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

mantap!
(padahal aq blm baca mbak dai :D)
panjang juga rupanya....aku baca dulu dari halaman pertama, kalo aku udah baca baru aku komentarin lagi....
tetap jaga semangat menulis mbak dai,
biasanya penulis2 pemula (kayak aku :D) semangat di awal tapi ditengah2 udah lesu dan binggung buat endingnya....:D

biar tambah semangat lg ni masykur kasih 1 bintang.... :D
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

thanks dah mampir,kk,,,,, and please keep reading sampai akhir~
>.<
biasalah kalau orang lagi nulis kayak gitu, daina juga,,,,kadang bosannya minta ampun, tapi daina mikir biasa, semua orang yang baru mulai nulis juga pasti mengalami hal yang sama, daina tidak sendirian,,,,,

kk suka nulis juga? boleh dong dai liat tulisan kk,,,,, ^^ (saling berbagi pengalaman gitu,)
daina masih sangat payah,kk,,,,,
kalau ada ketakutan paling besar yang mungkin dai alami adalah KETAKUTAN bagaimana kalau DAINA NGGAK BISA MENYELESAIKAN CERITANYA.

daina akan selalu semangat,kk,*muntah darah* dengan segenap kekuatan memperbaiki semua kekurangan daina yang masih sangat banyak ini,

thank a lot.
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

baru baca halaman pertama..... :D

aku dulu pernah suka nulis2 gitu, bukan novel atau cerpen, tapi "cerita sangat pendek sekali" karena gak ada endingnya semua :D

kalau diliat dari paragraf2 pertama udah bagus kok, skill menulisnya udah diatas rata2 :D

tapi nanti aku kasih review sedikit kalo udh selesai bacanya, aku nilai dr sisi pembaca awam, bukan dari sisi ahli sastra.
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

sama kayak si abang yang diatas, bukan cerpen bukan novel tapi tapi "cerita sangat pendek sekali" karena gak ada endingnya semua wkakwkakwak, sama sama :))=b=

=============
dai, karna baru sempat baca sekarang, misa kasih bintang sebagai tanda maaf dan tanda SEMANGAATT :D

mustinya seperti kata dai aja, ada thread khusus buat koment cerita ini, jadi gak menghalangi kelanjutan cerita.
misa bisa baru mau buat peraturan disini, jadi lebih mudah para penulis dan pembaca yang membaca.
gimana dai?

=============

lanjutttttttttttttttkan!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Ari

_______________________________________________
_________________________________________


Ryo mengeluh tanpa suara, mengangkat sebelah lenganku lalu disampirkannya dipundaknya.

"tidak mungkin, cepatlah,Ar...,Kita sudah dekat,bertahanlah dulu,vaksin yang diberikan Tasuku ada bersama kotak peralatan didalam heli"
diseretnya tubuhku.
beberapa Zombie yang mencegat kami langsung terbakar lewat semburan api milik Umar.
ada juga mayat hidup yang masih bisa bergerak meski berselimut api.
Ryo menancapkan panah besinya didahi si undead.

Akhirnya kami berhasil mencapai pintu keluar dengan selamat.
aku melihat helikopter besar ditengah lapangan yang luas,
juga terlihat olehku ratusan mayat hidup menyeret langkah mereka menuju kearah kami dan sebagian mencoba melewati pagar kawat pembatas ditepi lapangan itu.
ketika seekor ghoul terbang rendah menukik mengarah pada heli, secara otomatis jebakan laser menghancurkannya jadi seribu keping, bahkan meskipun ia hanya berjarak lima meter dari heli besar itu.
tapi aku sudah tahu bahwa teknologi kami yang lebih praktis dan canggih daripada ranjau darat tersebut hanya bisa bertahan beberapa jam.

"lima...ah,tidak,tiga detik saja,Ryo!" teriakku.
Ryo mematikan jebakan laser agar kami dapat lewat dengan aman.
tapi tanpa pertahanan,kami sama saja seperti menunggu ajal.
para zombie,ghoul,dan banyak jenis undead lain berlomba menerobos dan menerjang kami.
Ryo telah mencapai gerbang heli yang terbuka lebar.
menaikkan Umar terlebih dahulu.

"ayo,Ar...,sedikit lagi!" katanya memapahku naik, pada saat bersamaan seekor ghoul terbang rendah diatas kepala kami.
dengan sigap Ryo memanah jatuh makhluk itu.
pintu menutup dengan cepat.

didalam heli telah penuh sesak berisi para tawanan.Sebagian besar merupakan wanita dan anak anak...
aku duduk lemas didekat kokpit sedangkan Ryo mengendalikan kemudi.
"siap siap" katanya padaku."aku akan mengemudikan benda ini, kau,Ari, jangan bergerak satu langkahpun atau kau akan kujatuhkan kebawah"

aku tertawa melihat caranya mencemaskanku.
heli beranjak perlahan.
para undead tertinggal jauh dibelakangku,
sesaat aku dan Ryo berpandangan ketika kami telah membubung sangat tinggi diudara, Aku mengangguk mengiyakan.
Ryo menekan tombol tertentu dan menjatuhkan bom berkekuatan besar kearah bercak kecil jika dilihat dari udara yang semula bekas penjara sipil tersebut.

"hancur jadi satu dalam lautan api..." katanya tersenyum.

Setelah bajuku dilepas, ternyata luka yang kuderita terlihat lebih parah dari luka tembak biasa. Daging disekitar bahuku berwarna putih lunak.
Umar memanaskan pinset memakai pemantik-cara kuno tapi efisien-sementara aku mengelap dadaku menggunakan cairan antiseptik.

"kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya Umar, bola matanya melirik Ryo.

"karena aku ceroboh, Ryo selalu bilang hidup harus diperjuangkan"
Umar merenung memikirkan jawabanku.

"apa semua anggota Paladin sekuat tuan Arya?"

"uhm...,Ari" ralatku "banyak yang lebih hebat,tapi rata rata dalam segi kecepatan,kekuatan,dan keterampilan seni beladiri,kami sudah diatas manusia normal" ujarku malu malu.
kenapa aku harus merasa tidak enak mengatakan hal seperti ini?

"tuan tidak akan berubah jadi undead,kan?" ditatapnya lukaku ngeri.

"tidak akan" janjiku "kami punya kartu As"
Umar telah selesai mensterilkan pinset,ia akan menyerahkannya padaku.

"anda yakin bisa mengerjakannya sendiri?!"

"kalau kau mau membantu..." sahutku.
aku tidak nyaman harus menatap darahku sendiri, atau mengorek lukaku sendiri.bodoh sekali.

Umar memasukkan pinset itu kedalam lukaku,mataku berair.
aku tidak menangis,tapi benar benar perih...
saat ujung pinset itu akhirnya menemukan peluru yang bersarang dibahuku, Umar perlahan menariknya keluar,aku menjerit tertahan.

"arghh! sialan!" aku menyumpah nyumpah saat akhirnya benda terkutuk itu keluar dari dalam dagingku.
Umar menuangkan lebih banyak cairan antiseptik untuk mengompres luka ku.

"almarhum ayah saya adalah seorang dokter,saya sering membantunya seperti ini," ia bercerita dengan bangga.

"ibu dan adikmu selamat?" tanyaku.

bocah itu menjawab dengan pandangan mata melirik pada wanita tua dan anak perempuan kecil yang terduduk disudut,

aku ikut senang mendengarnya.

"nah,untuk yang satu ini biar kulakukan sendiri" aku mengambil pemindai dari dalam kotak obat.mengarahkannya pada kornea mataku dan alat itu segera menganalisa tingkat kerusakan ditubuhku.

tertera tulisan:

Permintaan diterima,
telah terdeteksi virus,presentase, 2%


Sialnya aku, seumur hidup bertempur baru kali ini terluka sampai terinfeksi segala,selanjutnya aku mengeluarkan vaksin darurat yang diberikan Tasuku, tadinya aku menolak membawanya,
serum ini belum diujicoba pada manusia, tapi Tasuku tetap bersikeras aku harus membawanya, sepertinya ia benar benar yakin pada kemampuannya itu.

Well,kita bertaruh kembali sekarang,
aku membebat tanganku sendiri keras keras, menyuntikan serum itu ketubuhku,dalam beberapa detik,kehangatan menjalar melewati urat nadiku.
mengalir bersama darahku,anehnya, lukaku yang semula pucat tampak memerah dan terlihat segar-aku tidak tahu bagaimana menyembutkannya-tanpa sedikitpun terlihat tanda tanda pembusukan atau hal mengerikan lainnya.

aku menunggu beberapa menit sampai serum itu bekerja seluruhnya.

"jadi itu penemuan adikmu? benda yang hebat..."celutuk Ryo dikursi kemudi,
aku mengangguk perlahan.

"tapi ini belum sempurna, Tasuku bilang hanya bisa menyembuhkan infeksi dengan presentase terbanyak sebesar 30%"

aku telah menunggu hampir lima belas menit saat akhirnya kesabaranku habis.
kuarahkan kembali alat pemindai itu ke mataku,
alat itu men scan sejenak.aku menanti dengan berdebar.

"nol persen" ujarku memperlihatkan hasilnya pada Ryo.
Ryo mengintip dari balik alisnya yang lebat sebentar,meski tidak tampak,aku juga menyadari ketegangan yang ia rasakan.

"hah! untunglah,kukira aku terpaksa menembak kepalamu..." ejeknya,raut wajahnya tampak lebih santai sekarang,

"apa yang terjadi dengan anggota Paladin yang terinfeksi?" Tanya Umar.

"hanya ada dua,pertama, minta partner mu membunuhmu,atau kalau tidak ada,bunuh diri"
Umar menelan ludah mendengar penjelasanku.
bahkan menembak temanmu pun terasa sulit bagi orang biasa, apalagi menembak dirimu sendiri.

"tidak ada yang perlu dicemaskan,kami sudah mengurus virusnya, Ari sudah tidak apa apa" kata Ryo.

Bocah itu memandangi aku dan Ryo bergantian.

"ngomong ngomong kita...mau kemana?"

"kita menuju ke base camp Paladin,tidak jauh dari sini-heli tua ini mungkin saja tidak sanggup mengantar kita semua hingga ke tujuan-setelah itu,Rusia,Markas besar kami ada disana, disana juga daerah bebas dari jajahan undead,pas sekali untuk orang orang yang di evakuasi,kalian bisa memulai hidup baru sementara disana" jawabku.

"Tapi ingat ingat kau berhutang nyawa pada siapa,bocah!" kepala Ryo muncul dari balik bangku kokpit "kita lihat bagaimana balas budi mu padaku..." ia menyeringai sok,menyumpah saat aku menepuk kursi pengemudi dari belakang, menimbulkan suara 'buk' pelan.

"kerja yang benar!" perintahku.

"siap! kapten!" Jawab Ryo berlagak gugup.
Umar tertawa, kuperhatikan satu persatu wajah penduduk sipil yang berhasil kami evakuasi,
dan semuanya memancarkan kelegaan.
hanya ini,
inilah yang berhasil kami selamatkan dari ratusan juta penduduk timur tengah,
mungkin Negara merekapun telah bersatu,tapi tetap tidak berdaya melawan jajahan kaum yang tidak bisa mati.
aku ingin bertemu Tasuku,bercerita mengenai kejadian pilu ini padanya, membagi sakit dan kesedihan yang kurasakan seperti kami selama ini,
Adikku,kebanggaanku yang telah melakukan segala yang ia bisa demi suatu tujuan mulia.
akupun tak boleh kalah, karena tak' akan ada surga,kecuali segalanya usai...

Kusandarkan tubuhku seraya memejamkan mata.
aku jarang bisa tenang.
tabung seukuran jari telunjuk berisi darah Stast the origin kugenggam erat di tanganku.


dengan ini misi selesai.





****************************************
****************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Tasuku


Sepuluh Hari Kemudian,
Bali,Negara Perserikatan Asia,Wilayah Indonesia.

________________________________________________
___________________________________________



"Sini,biar aku yang lakukan..."

"Yaaaa! sakit' Tasuku!"
Aku mengambil alih sisir sasak dari tangan si penata rambut, wanita itu mengangguk sopan dan meninggalkan kami berdua saja.
Daina akan menggunakan tatanan rambut yang rumit saat upacara pernikahan,tapi menurut Daina,menata sanggul modern ini,selain tata cara pemasangannya yang sulit karena harus teliti agar detail dan kerapihannya terjaga,juga terasa sakit saat dilakukan.
Daina menjerit jerit waktu rambutnya di disasak oleh si penata rambut.

Aku menyisiri rambutnya perlahan lahan, aku sudah sering melakukan tugas ini untuk Daina dirumah, aku menyukainya.

"kenapa aku harus dibeginikan segala,sih..." Daina cemberut sedih.

"supaya kau terlihat spesial hari ini"

"Tasuku...,apa rambutku tidak bisa di tata sederhana saja?" mohon Daina,matanya menuntutku dari balik cermin rias.aku menghela nafas.

"nanti pakai wedding dress.kan? bagaimana,yaa...,boleh juga sih kalau Daina lebih suka begitu"
calon pengantinku menolehkan wajahnya yang diliputi kecemasan.

"Tasuku suka yang mana?"

"aku suka semuanya...,asal itu Daina,aku selalu suka" jawabku mantap.
Daina terkekeh pelan, ia melirik pada gaun putih bersih yang tergantung di samping meja rias.

Aku telah memutuskan mengikat rambut Daina dengan tatanan yang lebih sederhana,Daina terbiasa dengan aku yang merapikan rambutnya.
sementara aku mengerjakan hal itu,gadisku tak henti hentinya berceloteh,aku mengerti dia bahagia.Karena inilah aku jatuh cinta padanya.
yang paling kusuka dari Daina adalah,dia tak pernah jago berbohong,apapun yang ia rasakan pasti akan langsung terlihat jelas diwajahnya.
baik itu senang,sedih,marah,khawatir,
Daina punya seribu ekspresi yang seperti tidak habis habis dan perbaharui setiap harinya.

"hei...! mesranya,sabar,oi..!" Tiba tiba saja Ryo muncul dari balik pintu, wajahnya berseri seri,dan dibelakangnya ada...

"kakak!" seruku,mata bulat Daina membesar seketika.
Kak Ari berdiri didepan kami,menatapku tak percaya,bibirnya menyunggingkan senyuman dalam yang menyiratkan kedamain.

Jangankan berpakaian semestinya,kakakku ini malah hanya mengenakan Sweater hitam tanpa lengan dengan celana jins belel kesukaannya.
kakak...tidak pernah peduli dengan mode,
dialah kakakku,lain dari yang lain.

"Aku mencari cari di korea,ternyata kau sudah tidak disana lagi dan mengadakan acara pernikahan disini!"
ia memelukku erat dengan pelukan hangat seorang saudara.

"aku tidak disana lagi,kakak sulit dihubungi,sih" Aku belum sempat menceritakan pada kakak kalau aku sudah tidak bekerja untuk C.Corp lagi.

"apa aku masih pantas mengucapkan selamat?" kata Kak Ari setengah bercanda, "aku ingin ada disini,bagaimanapun,ingin lihat kau akhirnya menemukan kebahagiaan sejatimu"

Mataku panas oleh air mata, sekali lagi kudekap erat satu satunya saudaraku didunia ini lebih erat lagi.

"kakak bicara apa..." lirihku "tanpa kakak,hari ini tidak ada artinya"

Kak Ari menatapku tajam.
"Laki laki tidak menangis,Tasuku"

"ah,iya! maaf" buru buru kuseka air mataku yang hampir tergenang "aku sudah melangkahi kakak,nih" candaku, kak Ari tampak tidak terpengaruh

"Wanita populasinya lebih banyak dari laki laki,tidak akan habis dengan mudah, lagipula pria adalah makhluk yang dilahirkan sebagai pejantan yang dikelilingi banyak betina" balas kak Ari mengedipkan mata,menengok ke belakangku.tempat Daina berada.

"ah! hello benda bulat!" sapa kak Ari.
pipi Daina menggelembung sebal.

"apaan,sih...kakak! lagipula,untuk apa datang dengan baju begitu?! nggak punya pacar untuk memilihkan yang lebih rapih,yaaa?"

"lebih baik pakai baju begini,daripada kau nanti..." kak Ari menunjuk gaun pengantin Daina "tidak cocok! kebagusan! daripada jadi balon, harusnya kau pakai celemek saja" balas kak Ari.

"enak saja! Daina bukan balon,tahu! ini lemak bayi!" Daina berteriak histeris.

mulai lagi...mereka kalau berdekatan selalu meributkan hal yang tidak jelas,
aku tertawa tidak sengaja dan mata Daina juga kak Ari melotot kearahku.

"mendukung yang mana?" tanya keduanya bersamaan.

"(wanita)Balon ini?!"

"laki laki tidak laku bau keringat ini?!"

"hentikan..." aku memegangi perutku yang terasa kram "aku bisa mati tertawa,nih!"

Tapi aku tahu,Daina sangat mengagumi kak Ari-terutama karena kakakku pandai memasak-lebih daripada siapapun,
baginya Daina yang sudah tidak punya keluarga lagi,kak Ari bagaikan Oase yang menenangkan hati dikala ia kesepian dan merasa sedih.

Ketika Daina meributkan soal baju yang dikenakan kak Ari, tak sengaja aku melihat bahu kakakku yang terbalut perban hingga sebatas lengannya,
seketika muncul rasa ngeri disekujur tubuhku.

"kak! itu kenapa?!" tanyaku sambil menarik lengan kak Ari bermaksud memperhatikannya lebih jelas.
kak Ari meringis melepaskan peganganku.

"sakit,"katanya,aku langsung menyadari bahu kakakku terluka.

"Tidak apa apa," sahut kakakku pelan, "sebentar juga sembuh,kok,"
Daina ikut memperhatikan dengan muka sama kagetnya denganku, kami berpandangan.

"apalagi vaksin yang kau buat bekerja dengan baik"

aku terbelalak, benarkah? kakak menggunakannya?
"apa benar hasilnya sebagus itu?" tanyaku antusias.

"ya,aku sudah memeriksakan diri,semuanya aman,kok" "kau jenius,Tasuku,aku berhutang nyawa padamu" sambungnya bangga.

"yah,sejujurnya, Dr.Gabriel...," Ryo menyela pembicaraan kami "aku mengantarkan ucapan terima kasih dari organisasi Paladin, vaksin yang kau kembangkan sangat membantu,dan berkat itu juga,kapten kami selamat"
Ryo menyerahkan amplop besar padaku,yang membukanya dengan hati berdebar,
ketika kubaca kalimat demi kalimat yang di ketik dengan rapih yang intinya ucapan terima kasih dan selamat atas pencapaian yang kuraih saat ini,

"yang menitipkannya adalah Alexander Boraknitchov sendiri," Ryo berkacak pinggang "kau kan' ilmuwan,percaya dirilah sedikit" katanya padaku.

"aku akan mengganti pakaianku dulu!" Daina tersenyum manis,"tunggu,ya!"sambil berlari kecil memasuki ruang ganti, ia menjulurkan lidahnya pada kak Ari yang membalasnya dengan mengacungkan jempol kebawah.
kebahagiaanku kini lengkap sudah, kakak yang kupercayai ada disisiku,dan wanita teristimewa yang paling kucintai dalam hidupku,akan segera menjadi milikku seutuhnya,
tak'kan kulepaskan lagi,itulah tekadku dalam hati,aku berjanji akan menjaganya baik baik,

"kalau begitu...," kata kak Ari ketika Daina datang kembali menemui kami dalam balutan busana pengantinnya, aku terpesona melihat kecantikannya yang alami,Tak lama kemudian,kakakku melanjutkan kalimatnya.
"harus ada hadiah pernikahan,ya?" ia mengusap kepala Daina, "kau mau hadiah apa,bulat? snack jatah setahun?" katanya pada Daina,yang tadinya menerima usapan tangan kak Ari dengan senang,kini kembali berwajah masam.

"tidak perlu apa apa!" jawabnya tegas "kakak tidak perlu memberikan apa apa lagi," suara Daina melembut.
"lagipula aku sudah bahagia hanya dengan bersama Tasuku" Daina merangkul lenganku dan bergelayut manja disana,
Kak Ari tersenyum mendengar jawaban polos Daina yang terkesan kekanakan,

"bagaimana,ya! tidak enak juga rasanya kalau tidak memberikan apa apa"
Kak Ari mengeluarkan tabung kaca sebesar jari telunjuk dari saku celananya,
tabung kecil itu berisi cairan merah keemasan bagai matahari senja, yang bergolak ringan karena terguncang saat ia menyodorkannya padaku,
aku tahu itu,aku tahu cairan apa yang berada dalam tabung kristal itu.
Darah undead.

"hmm,warnanya bagus,ya?" kata kak Ari saat aku memandangi benda pemberiannya dengan takjub.

"ini..."

"benar,darah Stast the origin,cuma bisa dapat segitu,tadinya aku dan Ryo ingin memusnahkannya sekalian,tapi dia berhasil kabur" kakakku bersungut sungut dengan tangan terkepal seperti tidak rela.
wajah kak Ari muram,baru kali ini aku mendengar ia gagal dalam misi.
tapi dia berhasil membawa pulang sampel darah sang raja undead,itu artinya dia tidak sepenuhnya gagal.

"ini juga lebih dari cukup,kak, ini data penting yang sangat kubutuhkan dalam penelitianku, aku tidak tahu harus bilang apa padamu..."

kakakku menggelengkan kepala.
"kita sudah bertekad akan berjuang dijalan kita masing masing,kan, kita harus selalu saling mendukung" katanya menyemangatiku.

"maaf..." seorang wanita masuk dan menyela percakapan kami.
"apa anda semua sudah siap...? para undangan..." ia memutuskannya dibagian yang paling membuat penasaran,tapi aku paham.

Aku dan Daina kembali berpandangan.
Daina memasang kerudung pengantinnya cepat cepat,aku membantunya.
rambutnya hanya di tata sederhana,tapi bagiku itu lebih baik.
kak Ari dan Ryo tertawa melihat reaksi Daina yang lamban.

"Tasuku...?" panggil Daina cemas,ia mengulurkan tangannya padaku.
aku menyambut uluran tangan mungil itu,menggenggam tangannya membuatku merasa hidup sepenuhnya.
kami melangkah bersama sama.




******************************************
******************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

seru nih mbak dai :D,
tapi ceritanya jangan sampai sama seperti cerita dalam game "ninja blade", dia adalah ninja pembasmi zombie, tetapi di tengah perjalanannya, ayah dan kakak seperguruannya berbalik melawan dia dan berubah menjadi zombie, diakhir game tsb, dia harus memusnahkan ayahnya dan kakaknya sendiri!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

ninja blade,,,,???
nggak pernah liat,,,,nggak pernah main juga,,,,^^;
kalau game,yang jadi inspirasi dai yang paling ketahuan adalah KOUDELKA dan RESIDENT EVIL:NEMESIS,,,,,,
(maklum,hiburan dirumah cuman ps1,hihihihiii)

BEDA,lah,,,,,biar begini2 dai paling nggak anti sama contek mencontekk,,,,,,,
(berjuang melahirkan ide baruuuu!!!)
keep reading kk,,,,,,,,,,


kalaupun nanti mereka harus berhadapan sebagai musuh,
masihkah dia tetap Tasuku,,,,,,????
pewaris,,,,Stast the origin,,,,,
pria yang jadi gila karena masa depan dan cinta yang terampas darinya,,,,,
(huoooo!!! spoilerr!!!!!)

makasihh banyak comment nyaaaaaaaa~
makasihh dah memperhatikan daina yang masih amatiran iniii~
tengkyu,kk,,,,,,,,
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Tasuku


_______________________________________
________________________________


"jangan lihat aku...aku sedang tidak ingin..."
Daina menghindari bertatap mata langsung denganku,
aku merasa lucu,karena tidak biasanya dia menyembunyikan sesuatu...

"Daina tidak suka aku?" godaku pura pura merajuk,
Daina membenahi pakaian tidurnya yang acak acakan, melangkah keluar balkon kamar pengantin kami.

"Tasuku tidak mengerti keresahanku" katanya bimbang.

"padahal biasanya kau yang mengajak,tapi kenapa baru kali ini mogoknya,sih?" aku masih berusaha mengajaknya bercanda,tapi melihat tidak ada sahutan dari istriku,aku memutuskan berhenti mengatakan hal konyol dan mendekatinya.

"aku mengerti,tak'kan kulakukan lagi..." kupeluk tubuhnya dari belakang,Daina membiarkanku menggoyang goyangkan tubuhnya dalam dekapanku, seperti anak kecil yang ditimang dengan sayang.

"tanganmu sampai dingin begini..."
ketika aku hendak menyentuhkan tangan Daina ke pipiku,aku terkejut mendapatinya menangis.

"Tasuku...aku boleh tidak mencintai Tasuku lebih dari ini...?" ia bertanya sambil terisak.

"kenapa,Daina? apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu sedih?" aku balik bertanya gugup, menyeka air mata dipipinya.

"semua orang didalam hidupku sudah tiada...,semuanya pergi dariku bahkan ketika aku baru saja merasa sedikit bahagia...,aku takut, aku sangat takut jika suatu saat Tasuku juga akan menghilang! aku tidak mau sendirian lagi!"
"karena segalanya pasti musnah...saat aku mulai mencoba percaya dan bergantung, pada sesuatu atau seseorang...!" Daina memelukku.

"tenanglah,mana mungkin aku meninggalkanmu,aku akan selalu berada disisimu,aku akan menjagamu"

"kalau begitu,maukah Tasuku berjanji?!" pinta Daina.
aku berpikir sesaat,janji adalah hal yang mudah diucapkan,tapi makna yang ada didalam sebuah janji,meski hanya sebaris kata tetap meninggalkan tanggung jawab yang membekas sepanjang hayat orang yang mengucapkannya.
aku hanya berpikir beberapa detik,kemudian melupakannya.
karena sangat sulit mempertimbangkan untung dan rugi pada saat kau mencintai seseorang.

"apa...? aku harus berjanji apa?" aku menyanggupi permintaan istriku,aku terikat sangat kuat padanya,jangankan hanya sebuah janji,apapun yang ia inginkan rasanya aku selalu sanggup mewujudkannya.
aku membutuhkannya seperti manusia memerlukan nafas.

Kubelai Rambut istriku dengan penuh kasih sayang, Daina menatapku dengan matanya yang seperti fajar itu,mencoba mencari jawaban langsung dari mataku.

"kau akan membawaku kemanapun kau akan pergi,apapun yang terjadi,selamanya akan bersama?"

"Daina..." kukira permintaan macam apa yang ingin diucapkannya,ternyata hanya masalah sepele seperti itu...

"cepat jawab,Tasuku! aku tidak bisa menunggu...!"

tubuhku bergerak sendiri,meraih Gadis itu kedalam pelukanku.
Tuhan...,aku mencintainya...

"kenapa bertanya begitu? Daina meragukanku?"

"jawab saja!" desaknya sambil menyembunyikan wajahnya di dadaku.

"kemanapun bersamamu" aku mengucapkannya sungguh sungguh.
kucium bibirnya,
satu satunya hal yang bagaikan candu bagiku.

Tuhanku...,mungkin kau akan marah karena aku mencintai makhlukmu melebihi segalanya seperti ini,juga melebihi seluruh kerajaanmu didunia yang fana ini maupun nirwana nantinya,bahkan melebihi hidupku sendiri,
mungkin kau akan menurunkan banyak cobaan terhadap cinta yang gila dan tidak wajar ini.
aku memuja wanita ini,sama seperti aku memujamu,wahai Tuhan...
mungkin kau akan menyesal telah menarik sebatang tulang rusukku demi untuk menciptakannya.
tapi ciptaanmu ini teramat indah,hingga rasanya akal sehatku ini tak dapat lagi kukendalikan jika aku kehilangannya,
mungkin ini adalah permintaan paling egois dalam hidupku,tapi kumohon,Tuhan...

Pencipta seluruh alam semesta ini,
tolong biarkan aku berada selamanya disisinya, tolong jangan kau cabut nyawaku pada saat ia membutuhkanku disampingnya,
berilah aku kekuatan agar aku dapat melindungi dan mengasihinya sepanjang hidupku, dan aku akan menjaganya melebihi apapun,atau siapapun.

didunia ini,
hanya dia dewiku seorang...

dengan memejamkan mata,aku mengucap doa dalam hati.
menggendong Daina dalam pelukanku,dan merebahkannya diatas ranjang.
wajahnya terlihat lebih tenang sekarang...

"mungkin sebaiknya aku bekerja saja,sekarang,ya?" ujarku mengusap kepala daina "tidurlah,Sayang"

ketika aku hendak beranjak dari pembaringan,tangan mungil Daina menangkap lenganku,

"Jangan pergi"

kurasa mungkin aku lupa ingatan atau semacamnya,aku tidak bisa menahan diriku lagi jika demikian,
kuraup badan yang lemah itu,Daina yang kecil mungil hilang dalam sekejap tersembunyi diantara tubuhku.
menerima ciumanku yang bertubi tubi kesekujur tubuhnya,hampir kehabisan nafas,mungkin...

menggeliat dan berkelat kelit begitu gemulai,aku mulai tidak sabar.
Daina membuka kancing kancing piyama yang kukenakan gerakannya lambat dan lemah sampai akhirnya tidak ada sehelai benangpun yang melekat ditubuh kami berdua, ia begitu pasrah,dan tanpa daya,
aku sangat takut karena ia begitu kecil,rasanya akan patah...

"Taaasukuuu..." jeritnya tertahan,air matanya mengalir deras sekali,ekspresi wajahnya membuatku bergairah dan menderita disaat yang bersamaan.

"Ta...Tasukuuu...Taaasuu...ku...Ta...suu..."

Ah! tidak! jangan memanggil namaku berulang ulang seperti itu,aku juga tidak mau sekejap pun melupakanmu...aku tidak mau lupa...

"Tasukuuu...! Taaasukuuu...!"
gawat,Daina benar benar tidak mau berhenti meracau tidak karuan dan terus menyebut namaku...aku benar benar sinting sekarang, karena perasaan senangku ini.

kesenangan saat menyentuh Daina,saat menyadari harum ini adalah harum milik Daina, rambut yang kubelai ini adalah rambut Daina...
maupun saat mendengar suaranya memanggil namaku...
membuatku gila,aku seperti binatang liar asing.
antara suka dan benci pada keadaan ini,karena terkadang aku tidak bisa mengendalikan 'laki laki' dalam diriku,haus akan keserakahan ingin memiliki sepenuhnya,lupa akan segala-galanya...

betapa ajaibnya hubungan yang ada diantara kami berdua,
sebab kehadiran Daina disisiku,ada sebagian dari diriku yang selalu ingin memaksakan kehendakku,dan aku tidak suka itu,
aku membencinya,tapi aku tetap mencarinya.
justru karena gairah sesaat ini bisa musnah kapan saja,karena itulah aku tidak ingin segalanya sia sia...

tidak tahu berapa lama waktu berlalu,hingga akhirnya kurasakan desakan kuat keluar dari dalam tubuhku,

"Tasuku...! Daina...sudah sampai batasnya...!" Daina juga sudah tidak mampu mengendalikan dirinya lagi,mendekapku erat dalam kegilaan.

"ssstttt...!" aku mengisyaratkannya untuk tenang,tapi tidak mampu bicara lebih dari itu, tanganku membekap mulut Daina agar dapat meredam rintihan kebahagiaan darinya.


Daina memberikanku ciuman yang membuatku terhanyut sebelum akhirnya merebahkan kepalanya didadaku.

"Terima kasih,Tasuku..." bisiknya.
kuciumi pipi Daina berkali kali,perasaan sayang pastilah dapat diumpamakan bagai cairan,karena terasa meluap-luap dan tumpah ruah begini,
bahkan sinar yang kulihat didalam kepalaku kini berbeda beda,
sebelumnya hanya sinar bulan pucat sewarna perak,
tapi kini terbayang matahari keemasan dipuncak auranya.

"aku tidak mendengarkan...maaf" kataku,kami saling menatap.

"tidak apa apa! habisnya, Tasuku juga tadi begitu tampan,rambutmu berkilat kilat terang,bagusnya..." Daina kembali lagi jadi Daina yang agak tidak nyambung kalau diajak bicara,aku tertawa lega,menghapus sisa sisa air mata disudut wajahnya.

"kau itu milikku" sahutku mengusap bahunya pelan,
istriku mengangguk malu malu,memelukku dengan penuh cinta.

"aku sungguh sungguh mencintai Tasuku...,jadi,apa yang ada pada diriku,semuanya milik Tasuku"
setelah mengatakan hal yang paling ingin kudengar,Daina memejamkan matanya,mungkin sudah tidak bisa membedakan mimpi indah maupun kenyataan.

Kugenggam tangan Daina,apapun yang terjadi,aku tidak akan melepaskan tangan ini,
sama hal nya dengan tak'kan melepaskan kebahagiaan kami...



****************************************
****************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ekstra chapter

(diceritakan oleh penulis)

Gedung perkantoran terbesar dan termegah diseluruh dunia.
Domain Of World.
Washington D.C
USA.
__________________________________________
___________________________________

Pria besar bertubuh gemuk itu menutup ponselnya,duduk dibalik meja kerja dengan tangan terkepal didepan dagu yang telah menggelambir karena lemak.

"Jadi" ujarnya membuka pembicaraan, "Kuharap kalian semua sudah mengerti inti permasalahannya"
"ia telah memindahkan seluruh laboratorium penelitiannya,sampai rela menghabiskan jutaan dollar untuk mengembalikan semua yang telah kukeluarkan demi proyek ini,orang sepertinya harus tahu bahwa semuanya tidak selalu akan berjalan sesuai yang ia inginkan,pastikan dia tidak bisa kabur,apalagi menghindar dari rencanaku"
dihadapannya berdiri dua orang berwajah tanpa ekspresi,

"kami mengerti,tapi berapa kau akan membayar kami,Mr.Clarken? kami bukan pencuri kelas teri yang bisa diupah dengan menyicil setiap bulannya,"

Mr.Clarken tersenyum licik.
"aku sudah tahu jika meminta bantuan pembobol kenamaan dunia tentu akan begini jadinya" ia tidak berusaha berkelit "ini cukup untuk uang muka?" ia menyerahkan secarik cek yang sebelumnya telah ia gores dengan sederatan angka dalam jumlah besar.

"aku tidak mau tahu dengan cara apa kalian akan menyingkirkannya,yang penting bagiku adalah data penelitiannya,dan pastikan dia punya sebab yang cukup kuat,hingga tidak bisa bekerja membuat obat lagi"

kedua orang itu saling berpandangan dan mengangguk.

"dan jangan lupa,kupastikan kalian tidak akan menerima suap darinya,Tsaraniakova Gabriel sangat cerdik,aku ragu jika tidak tahu caranya,hanya sia sia saja membobol rumahnya,data itu pasti disana,dia tidak akan menyembunyikannya ditempat lain"
katanya dengan nada yakin,"aku yang telah bertahun tahun bekerja dengannya tidak akan dengan mudahnya melupakan cara cara yang ia gunakan selama ini"
Mr.Clarken tertawa,dalam pikirannya hanya terbayang keuntungan berlipat ganda yang akan didapatkannya jika data penelitian vaksin penyembuh virus mematikan tersebut berada dalam genggamannya, beserta dunia.

"aku akan memburu kalian hingga kemanapun,jika kalian sampai gagal dan membawa bawa namaku,aku bisa melakukan apa saja dengan kekuatan finansialku ini" ujarnya tersenyum puas,tentu saja gertakan itu menghasilkan reaksi seperti yang ia inginkan.

"kutunggu hasil pekerjaan kalian secepatnya"



***************************************
***************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Tasuku
_______________________________________
________________________________

"Tidak bisa sekarang...aku sedang tidak ingin..."
Daina mendorongku pelan saat aku mendesaknya keatas ranjang.
aku merasa lucu dengan tindakannya,Daina selalu terlihat manis karena dia tidak bisa menyembunyikan apa yang ia pikirkan setiap saat...

****************************************
****************************************
bagian ini yg aku gk stuju,you know lah :D
tp karena ini emang cerita science fiction-romance, apa boleh buat |:mad:
terserah kaulah mbak dai:finger:
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

maaafff kk masykuurrr,,,,,,
dan terima kasih sudah mengingatkan daina,,,,,
*berlutut dikaki kk masykur*

huuaaaa!!! daina setuju sama kk masykur,yang diatas emang terlalu ekstrim!!
,,,,terutama ungkapan yang ini:

Tuhanku...,mungkin kau akan marah karena aku mencintai makhlukmu melebihi segalanya seperti ini,juga melebihi seluruh kerajaanmu didunia yang fana ini maupun nirwana nantinya,bahkan melebihi hidupku sendiri,
mungkin kau akan menurunkan banyak cobaan terhadap cinta yang gila dan tidak wajar ini.
aku memuja wanita ini,sama seperti aku memujamu,wahai Tuhan...
mungkin kau akan menyesal telah menarik sebatang tulang rusukku demi untuk menciptakannya.
tapi ciptaanmu ini teramat indah,hingga rasanya akal sehatku ini tak dapat lagi kukendalikan jika aku kehilangannya,
mungkin ini adalah permintaan paling egois dalam hidupku,tapi kumohon,Tuhan...

Pencipta seluruh alam semesta ini,
tolong biarkan aku berada selamanya disisinya, tolong jangan kau cabut nyawaku pada saat ia membutuhkanku disampingnya,
berilah aku kekuatan agar aku dapat melindungi dan mengasihinya sepanjang hidupku, dan aku akan menjaganya melebihi apapun,atau siapapun.

didunia ini,
hanya dia dewiku seorang...

kayaknya sangat terobsesi banget,yaaa,,,dan agak MENAKUTKAN...
(emang siapa coba' yang bikin kata kata diatas!)
*ditinju sama kk masyur sampe mental kebulan*

sebenarnya dah dai revisi berkali kaliiii~
(posting nggak,ya??? posting nggak yaaa???)
tapi karena ini adalah bagian dari cerita yang nggak bisa dipisahkan,
rasanya ada yang kuraaaanngg aja kalau nggak ikutan dai posting kesini,,,
habisnya,lewat scene diatas,tergambar jelas kepribadian 'Tasuku' yang sesungguhnya,
bagaimana ia mencintai,(cinta yang berlebihan) atau bagaimana ia terobsesi kepada 'Daina' dan terikat sangat dalam,,,
(mereka jadi tawanan satu sama lain)

apa terlalu eksplisit,ya???
atau kesannya kampungan,gitu????
(huuaaaa!!! daina nggak ngerti diri daina sendiriii!!!!)
dai bukannya berusaha memberikan penjelasan,yaa
tapi dai mo ikutan nge-review ajaaa~

maaf kk masykuurr,,,,,sekali lagi daina mohon ampuunnn~
*nangis darah*
thanks,,,,that's was very very very very important to me,,,,

@kaito,,,,

ok!!!! next!!!
^^
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

04:

_______________________________


Revenge

___________________________________________________
_________________________________________

Tasuku

_________________________________

“Tasuku…makan dulu…”

Daina berdiri di sampingku, berusaha menyuapiku sandwich telur.

“sudahlah…,tidak akan mati,kok…, biarkan aku bekerja dengan tenang,daina”Sambil menggigit sepotong besar sandwich yang disodorkan daina aku kembali menguraikan sejumlah pokok data di komputer induk,

“seharian tidak makan!” gerutu Daina meninggalkan aku sambil menghentakkan kaki dengan Kesal,Aku menggelengkan kepala geli, sampai segitu khawatirnya…,

tak’ kan gagal…, begitulah tekadku dalam hati.

Aku merasa sedih mengacuhkan Daina karena pekerjaanku, tapi, kalau apa yang kulakukan saat ini akan bisa menghilangkan segala penderitaan termasuk kenangan menyakitkan yang menimpaku dan daina dimasa lalu,dan mewujudkan mimpi akan kebahagiaan yang setara yang jauh dari mimpi buruk aku akan menanggung bebannya meski seberat apapun juga.

Setelah selesai menyusun formula dasar,meneliti dan menyesuaikan berbagai substansi dalam sel-sel tertentu,
kuletakkan tabung Kristal berisi darah Stast the origin dalam lemari penyimpanan bahan penelitian agar tidak terkontaminasi udara.

Kuperhatikan darah yang bergolak cair itu,
darah undead memiliki keistimewaan yang aneh, tidak membeku dan mengental,
Layaknya air biasa,
inilah kekuatan undead, batinku dalam hati, sekali lagi aku memikirkan dan masih tidak bisa
memahami alasan orang-orang militer mau menggunakan teknologi yang berbuah malapetaka itu.
Kekuatan yang didapat memang luar biasa,tapi apa gunanya kekuatan jika kehilangan
rasa kemanusiaan?
Kekuatan seharusnya menempa nurani seseorang, bukan malah mencabut nurani tersebut.
Kenyataan membawaku memasuki alam pikiran lebih dalam, memikirkan hal ini tak ada habisnya, bahkan kak Ari yang bertarung langsung dengan Stast pun belum tentu tahu artinya.
Melanjukan penelitian yang kulakukan, aku bekerja dengan masih menyimpan rasa ngeri yang aneh jauh dalam lubuk hatiku.



*****************************************
*****************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

04:

Revenge

____________________________________________
______________________________________


Ari

Markas besar paladin,
Moskow,Rusia,
pukul 13:46 siang.

_________________________________________
______________________________________



Bukannya aku yang baik hati, tapi Ryo yang menuduhku macam-macam tidak bisa kusanggah lagi.

“nah, dia menikah dengan gadis pujaanmu, jadi bagaimana sekarang?”

Aku menghela nafas, ”dia yang kau bicarakan itu adikku,bodoh, makanya hati-hati kalau ngomong”

“tidak akan ngomong lagi deh, ” kata Ryo kelihatan menyerah, tapi ketika aku lengah,dia mendaratkan tendangan keras diwajahku, aku menghindar tapi terlambat.

“kau…” kataku melotot ke arahnya, menyapu darah segar yang mengalir disudut bibirku,mulutku terasa asin, tapi Ryo malah tertawa

“kenapa lengah begitu Ari? Patah hati rupanya?”
Dengan tidak sabar aku balas menyerangnya, melontarkan pukulan beruntun kearah Ryo,
tapi laki-laki berambut chesnutt yang selalu memasang ekspresi setengah bosan itu sangat tahu pola seranganku,
setiap gerakanku hanya perlu dihindari dengan sekelebat bayangan tubuhnya yang bergerak ringan,
tepat pada saat tendangan Ryo sekali lagi mendarat di dadaku, tendanganku pun menerobos masuk merobek pelipis kanan nya.

Aku dan Ryo sama-sama terpental ke belakang,

“tetap paling berasa,yaa,” komentar Ryo, saat aku mengulurkan tangan, membantunya berdiri, Ryo menyambutnya dengan enggan.

“tendanganmu,maksudku,” celutuknya, aku tersenyum,

“Kapten! Ryo! cukup latih tandingnya!” gadis cantik imut imut dengan model rambut bob berlari menghampiri kami,

“kenapa,Mikia?”Tanya Ryo,
Mikia, adalah nama gadis itu, meskipun dari dulu aku sudah merasa dia memiliki perasaan khusus pada Ryo, namun tetap saja, Ryo agak telat mikir menghadapinya,
Entahlah, aku malas ikut campur,
Ryo memang selalu terlambat menyadari sesuatu,

”kakek memanggil kalian, cepat ikut aku!” sambil melemparkan handuk kering kearahku dan Ryo, Mikia membalikkan badannya dan melangkah cepat-cepat,
tapi aku sempat melihat semburat rona merah di pipinya.
Ryo menempelkan plester luka di pelipis,
meringis dan bertingkah seakan lukanya itu masalah besar sambil melempar senyum mengejek kepadaku, yang kuabaikan begitu saja.

Kami melewati selasar panjang,yang menghubungkan ruangan tempat latihanku dan Ryo tadi dengan aula utama.
inilah benteng pertahanan Paladin sekaligus harapan terakhir umat manusia, dan dipersenjatai dengan berbagai macam teknologi canggih saat ini, berada didalamnya mengingatkanku akan cerita cerita film klasik tentang pesawat ruang angkasa pada tahun 1980-an.

“apa yang ingin Pemimpin bicarakan?” Tanya Ryo,

“tidak tahu, kemungkinan besar ingin membicarakan kegagalan pasangan unggulan kita” Mikia melirikku ingin tahu

“jangan Tanya aku,sepertinya, keberadaan Stast disana terencana, aku tidak tahu apa tujuan mereka sebenarnya”

“Wow, apa dia keren?” Tanya Mikia lagi.

“keren sekali, sampai sampai, kalau saja kau melihatnya, kau pasti akan jatuh cinta padanya” sambar Ryo penuh keyakinan.

Mikia melemparkan pandangan tak senang kepada ryo yang bersikap biasa saja tanpa mengerti situasi, aku menghela nafas,

“mau keren bagaimanapun, juga, tetap saja dia makhluk yang sudah mati,”

Mikia dan ryo berpandangan mendengar kata-kataku

“Ar,” panggil Mikia, sambil berusaha mengimbangi langkahku yang kupercepat.
“Kita harus memastikan dengan benar dimana invasi selanjutnya akan terjadi, penting, agar kita bisa mencegahnya,paling tidak memperkecil dampak yang akan ditimbulkan oleh perkembang biakan virus”

“aku sudah tahu,”kataku serius, “penting sekali menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya, aku juga bukan orang yang suka bersantai santai saja, sementara orang lain yang membutuhkan aku masih banyak diluar sana”

Baik mikia maupun Ryo sama sekali tidak berbicara apa-apa sementara kami masuk ke dalam lift yang membawa kami ke lantai teratas.
Akhirnya sampailah kami di sebuah ruangan dengan pintu berlapis baja,
Ku dekatkan wajahku ke pemindai, agar alat sensor pengenalan bola mata bekerja dengan baik, tak lama kemudian, sebuah alat pengenal sidik jari keluar dari dalam dinding,kucocokkan sidik jariku dengan cara menempelkan telapak tangan diatas permukaan kaca yang halus itu, sistem komputer pemindai dengan segera bereaksi.

“Aryanov Gabriel,kapten, silahkan masuk,”

Pintu baja bergeser perlahan, aku masuk diikuti Mikia dan Ryo yang telah melakukan pemindaian sama seperti yang kulakukan sebelumnya,

Yang menantiku dibalik pintu adalah atasan kami,Alexander boraknitchov, guru besarku, sekaligus pemimpin resmi organisasi Paladin.
Pria paruh baya dengan perawakan tinggi besar dan berjanggut lebat yang telah beruban, namun usia sama sekali tidak mengurangi pembawaannya yang berwibawa dan bijaksana.

“anda memanggil saya?” tanyaku seraya membungkuk memberi hormat, Boraknichov menggangguk, duduk dengan sikap berwibawa seorang Pemimpin di meja kerjanya, baju angkatan darat dan lencana kebesaran nya semakin menampakkan aura yang membuat siapapun akan menundukkan kepala di depan orang sehebat dirinya.

“bagaimana perjalananmu?” Tanya Boraknitchov langsung pada pokok pembicaraan.

Aku menyiapkan hati dan menjawab pertanyaannya,
“maaf,tuan, pemusnahan gagal”

Dagu Boraknitchov bertopang diantara kedua tangannya.
“Tidak mengapa”

Aku terbelalak mendengar jawabannya, kukira aku akan mendapatkan sanksi, atau paling tidak, ganjaran atas kegagalan pertamaku,
“tapi,bukankah kegagalan tidak dapat dimaafkan!” sanggahku, Boraknitchov tersenyum arif,
“menurut Kisaragi, pertarungan itu tidak seimbang. ” jawabnya pelan.
Berpaling kebelakang, aku tidak tahu seberapa besar mataku melotot kearah Ryo.
Ryo membuang muka tanpa menanggapi,
“Kisaragi?” pandangan boraknitchov beralih pada Ryo.

Ryo menjelaskan tanpa mempedulikan tatapan peringatan dariku, “kesalahan terbesar kami saat itu adalah, tidak membawa pasukan dan persenjataan yang cukup, musuh begitu banyak, dan ada seorang bocah tak terinfeksi yang kami lindungi, musuh lebih banyak diluar dugaan kami, dan dua ekor vampir, karena pada saat Kapten kami hendak memusnahkan Stast the origin, datang vampir betina menyelamatkannya,Kapten sempat terluka,pak, sementara saya sendiri kewalahan menghadapi banyaknya pasukan mayat hidup mereka”

Boraknitchov menggangguk paham, “salah perhitungan,eh?” komentarnya.

Baik aku dan Ryo sama-sama tidak berani menggangkat muka, hanya saja aku menyesalkan Ryo yang ikut menanggung kesalahan karena kelemahanku,
sama sekali bukan sifatku memanfaatkan kebaikan teman.

”yang harus disalahkan adalah saya, saya tidak cukup punya kekuatan, Ryo tidak ada hubungannya dengan semua ini, saya adalah Kapten divisi utama, kesalahan dan kegagalan selama dibawah kepemimpinan saya adalah tanggung jawab saya, saya akan menanggung apapun konsekuensi nya” jawabku.

Ryo tampak tidak puas, namun aku sama sekali tak mempedulikan ekspresi wajahnya, dia tidak perlu berkorban sampai sejauh itu hanya untuk orang sepertiku.

“wah wah, Aryanov Gabriel, sekarang bukan saatnya drama persahabatan,Kita disini membicarakan yang sudah berlalu, dipersoalkan seperti itupun tidak akan memutar kembali waktu yang sudah lewat dan tidak akan mengubah kenyataan,” Boraknitchov berdiri dan menepuk bahuku

“siapapun pernah gagal, kalau kau berpikir akan menang dengan kekuatan, kau salah besar, jika kau bertempur hanya mengandalkan kekuatan berarti kau sama dengan undead,"
"dan apakah undead itu?” boraknitchov menatapku,Ryo dan Mikia bergantian.

“undead adalah…makhluk yang telah kehilangan hati sebagai manusia, karena itu undead adalah musuh yang dibenci dan harus diperangi oleh kita,manusia” jawabku.

“jangan malu merasa takut, rasa takut adalah hal yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup” Boraknitchov mengulangi frase yang selama ini terus kuingat seumur hidupku.
Ryo, Mikia, dan semua anggota Paladin tahu itu, kami tahu kami dibayangi oleh kematian kapan saja, dan kami harus selalu mengingat itu disetiap hembusan nafas kami.

Alexander Boraknitchov kembali duduk dikursinya,
“tidak ada yang harus dipertanggung jawabkan, aku hanya ingin tahu situasi saat itu, sekarang kita kembali ke permasalahan yang paling ingin kubahas, kita semua tahu undead tidak suka berpartner, apalagi sampai melindungi satu sama lain”

Suasana hening, udara di sekelilingku membentuk atmosfir yang tidak dapat kujelaskan dan menggandung misteri
“dan menurutmu, Kisaragi? Apa kedua undead itu benar benar bekerja sama?”

Ryo mengangkat wajahnya, menjawab pertanyaan Boraknitchov.
“benar,tuan, undead perempuan itu, sepertinya generasi kedua, sama seperti Elsida, dan, benar,dia menyelamatkan Stast dan berhasil melukai Kapten…,itu juga yang menyebabkan kegagalan kami,”

“apakah jalan pikiranmu sama denganku?” kata Boraknitchov

“mereka mengubah pola pergerakan mereka…” gumamku, “atau mereka merencanakan sesuatu,entah apa”

Pria penuh kharisma itu mengangguk mendengar jawabanku,

“ada sesuatu yang akan terjadi, minta semua divisi bersiaga, laporkan juga perintah persiapan penjagaan darurat dan periksa kelengkapan senjata di tiap negara diseluruh dunia, kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi berhati hatilah ”
Mikia dan Ryo membungkuk memberi hormat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan, kini hanya aku dan Boraknitchov yang bertukar pikiran satu sama lain.

"apa kau mendengar sesuatu yang lain saat itu?" tanya Boraknitchov.

aku teringat kata-kata stast,

"aku tuhanmu,akulah hukummu sekarang," katanya"datanglah, pewarisku"

serta merta hatiku tersentak, aku menatap Boraknitchov,

“ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?”

“mereka mencarinya,” gumamku pelan ”mereka mencari Raja baru untuk mereka!”
Boraknitchov tampaknya sangat tertarik dengan analisaku,

“darimana kau bisa menduga seperti itu??”

“mereka takut akan kepunahan” kataku perasaanku berkecamuk, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan Stast, andai aku bisa menanyai nya lebih banyak…

“kekalahan undead, keberadaan paladin, tentu merupakan malapetaka besar bagi spesies baru seperti mereka, mereka memang kuat dan brutal, tapi mereka tidak terkoordinir dengan baik, pasukan mayat hidup pun akan mudah tercerai berai tanpa tersisa, berbeda dengan kita yang memiliki kecerdasan dan akal yang sehat juga kemampuan tempur yang terlatih dengan baik,
mereka hanya sekumpulan serigala lapar yang mengandalkan insting satu sama lain, tampak nya Stast the origin menyadari hal itu,eh?” Boraknitchov membenarkan pernyataanku

"hanya itu yang mampu kujabarkan saat ini,selebihnya,alasan selengkapnya pasti akan kita ketahui sebentar lagi" Boraknitchov tersenyum "Tapi,Gabriel..., menurutmu kekuatan macam apa…, yang memungkinkan untuk menyatukan para undead?” kata Boraknitchov, kembali dagu nya bertopang pada tangan,
aku tidak menjawab.

kekuatan yang besar,
kekuatan yang memungkinkan pihak mereka menjadi kuat tanpa tanding,
kekuatan seperti milikku...

“namun, itu artinya mereka sedang lemah,kan? Kita harus pandai memanfaatkan keadaan ini” ucap Boraknitchov.

aku mengangguk setuju.
tiba tiba merasakan perasaan tidak nyaman.


*****************************************
*****************************************
 
Last edited:
Back
Top