ACY - Analisa Market

Apakah USD Akan Bertemu Peristiwa Besar?

Setelah pecahnya ronde baru dalam perang dagang, pasar mulai melakukan short atas obligasi Treasury 10-tahunan AS. Sementara itu, Indeks Dolar AS merosot drastis ke 93.89. Mayoritas pelaku pasar menilai Dolar AS akan melewati siklus resesi dan penyesuaian suku bunga akan menjadi titik dimana Dolar AS terjun bebas.

Sejumlah angka penting untuk dianalisa di pasar. Rilis resmi klaim pengangguran Amerika Serikat untuk pekan yang berakhir tanggal 14 September merupakan angka terendah sejak November 1969, dan lebih baik ketimbang 210k yang diestimasikan sebelumnya. Demikian pula Continuing Jobless Claims ternyata 1.645 Juta, lebih baik ketimbanng 1.705 Juta yang diperkirakan sebelumnya.

ACY mencatat, kabar baik juga mengemuka bagi industri manufaktur. Fed Manufacturing Index untuk bulan September melonjak ke 22.9, dua kali lipat dari 11.0 pada bulan Agustus, dan 5.9 poin di atas ekspektasi awal.

Positifnya perspektif fundamental AS tak terefleksikan di pasar forex, karena EUR/USD terus melesat ke level tertinggi sejak Juli. Pasangan-pasangan mata uang mayor lainnya juga cenderung bergerak berlawanan dengan USD. Situasi ini nampak counter-intuitive, tetapi outlook yang lebih luas bisa memberikan petunjuk mengenai pola yang abnormal ini.

Berkurangnya ketegangan dagang antara Amerika dan China telah memangkas ketidakpastian dan volatilitas risiko di pasar. Momen ini mengindikasikan investor dapat bergerak lebih berani. Aset-aset dengan imbal hasil bunga lebih tinggi yang memiliki likuiditas lebih rendah, bisa dipilih untuk mengisi portofolio oleh para pemegang USD. Oleh karenanya, tren jual saat ini melanda perekonomian Amerika yang menguat, dan kenaikan suku bunga mendatang akan menjadi titik yang menggelitik indeks Indeks Dolar yang relatif lesu saat ini.

Faktor-faktor penggerak pasar yang mempengaruhi Uni Eropa nampaknya flat, tetapi akan lebih banyak event yang diantisipasi dalam beberapa hari ke depan. Fokus pertama terletak pada PMI Manufaktur untuk bulan September. ACY memperkirakan, perbedaannya dengan PMI Manufaktur Amerika Serikat akan menentukan tren jangka pendek pasangan ini. Selain itu, ada pula dilema anggaran Italia. Tanggal 27 September yang menjadi tenggat waktu bagi pemerintah koalisi Italia untuk menandatangani sebuah anggaran yang valid sudah dekat. PM Conte memilih rencana yang selaras dengan aturan anggaran Uni Eropa, tetapi koalisi tak dapat mencapai suara mufakat mengenai masalah ini.

476ddd4dca18c7c55fc9c17a4c1cf2c4.png

Pada grafik H4 (GMT+3), pasangan mata uang ini mengunjungi kembali level support bulan Juli, dan posisi long menghadapi halangan besar untuk tembus. RSI yang sedikit di atas 70 mengindikasikan bearish divergence bisa terjadi dalam jangka pendek. Level support mungkin terdapat pada 1.17629 yang bertepatan dengan SMA-5. Dan level resisten baru bisa jadi pada 1.1840 yang merupakan level tertinggi bulan Juni.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Jual Dolar Australia Saat Bounce

USD, sebagaimana diukur oleh USD Index, mencapai level tertinggi 15 bulan pada 96.85 di tanggal 15 Agustus. Tiga pekan kemudian, AUD/USD mencatat rekor terendah 18 bulan dan nampaknya akan terus menurun. Kesenjangan ini dikarenakan oleh fakta bahwa Dolar Aussie bukanlah komponen dalam USD Index.

Seiring dengan USD Index bergerak menurun dalam beberapa minggu terakhir, AUD/USD telah reli nyaris 3 persen lebih tinggi dan menekan level 0.7305 pada sesi Asia hari ini. Sebagian besar dari reli baru-baru ini merupakan hasil dari anggapan akan memudarnya eskalasi ketegangan mengenai tarif impor antara AS dan China (serta komentar PBoC bahwa mereka takkan mempergunakan Yuan sebagai amunisi dalam strategi balasan).

China merupakan destinasi sebagian besar ekspor bahan baku dan bahan tambang. Di sisi lain, Yuan diperdagangkan sebagai aset non-deliverable forward, dan AUD/USD telah menjadi proxy risiko ketegangan perdagangan bagi para trader forex. Singkat kata, AUD jatuh sejalan dengan makin sengitnya diskusi mengena mengenai tarif; demikian pula sebaliknya.

Karena AUD sudah pulih minggu ini, maka ada komentar pasar yang mensinyalir bahwa AUD bisa naik lebih tinggi dan melampaui lingkup gerakan korektif. Kami dari ACY tak setuju pada outlook ini, baik karena alasan teknikal maupun fundamental.

Secara teknikal, pasangan mata uang ini masih diperdagangkan di bawah garis tertinggi yang terus menurun sejak level 0.8135 yang terakhir kali dicapai pada pertengahan Januari. Garis Downtrend muncul di sekitar 0.7425; dan hanya bila AUD/USD diperdagangkan di atas level itu, maka pergerakan akan mengingkari downtrend yang telah terbentuk.

Dari perspektif fundamental, selisih suku bunga menunjukkan suku bunga USD saat ini lebih tinggi 50 basis poin dibanding AUD. Ini merupakan selisih tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Apabila FOMC menaikkan target Fed Funds Rate sebanyak 25 basis poin pekan depan, maka selisih akan melebar hingga 75 basis poin.

Lebih dari itu, berdasarkan proyeksi mengenai forecast suku bunga FOMC, ada kemungkinan 80 persen kenaikan suku bunga di bulan Desember, dan 55 persen kemungkinan kenaikan lagi pada Maret 2019. Bilamana proyeksi-proyeksi ini terealisasikan, maka dalam 6 bulan ke depan, selisih suku bunga antara kedua mata uang akan menjadi 125 basis poin.

Di sisi lain, RBA telah jelas menyatakan bahwa hanya ada kemungkinan kecil mereka akan mengubah suku bunga dari level terendah historis 1.5 persen dalam 12 bulan ke depan. Dengan berbekal fakta-fakta ini, kami menyarankan trader jangka menengah untuk tetap mewaspadai kemungkinan downtrend pada AUD/USD.

ACY mencatat, EUR/USD diperdagangkan pada level tertinggi 2 bulan di kisaran 1.1785 selama sesi New York kemarin. Kami mengekspektasikan pergerakan korektif pasangan ini akan kehabisan momentum sebelum rapat FOMC minggu depan.

Posisi short kami pada GBP/USD dari 1.3145 telah meleset 100 poin karena data ekonomi Inggris telah dilaporkan lebih kuat pekan ini. Kami menilai masih ada risiko bagi Sterling untuk bergerak ke bawah, karena negosiasi Brexit berlanjut hari ini.

Ekstensi di atas 112.00 pada USD/JPY pekan ini terus merugikan posisi USD/JPY kami. Sebagaimana sebelumnya, level 112.45 terus menarik aksi jual bagi eksportir dan saran kami untuk jual mulai dari 112.65 tak dapat dipenuhi. Dengan pergerakan di US hari ini, kami menilai ada kemungkinan akan muncul trading "risk-off".

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Fed Tak Beri Petunjuk Baru, Hanya USD/JPY Yang Bergerak


Fed menaikkan suku bunga dan memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga berikutnya pada bulan Desember, sesuai dengan perkiraan pelaku pasar. Pasangan mata uang mayor mulai bergejolak mulai 26 September dan mayoritas berakhir dengan penguatan tipis USD.

Pengecualian satu-satunya hanya pasangan mata uang USD/JPY. Pasangan ini melewati level 113 pada akhir perdagangan pukul 5 sore (GMT+3). Pasar sudah maju duluan sebelum pengumuman Fed. Aksi jual menjadi tak tertanggulangi setelah diumumkannya kenaikan suku bunga, karena sudah diperhitungkan dalam pergerakan harga sejak Agustus.

ACY mencatat, FOMC tak memberikan kejelasan, melainkan kebingungan bagi pasar. Dihapuskannya kata "akomodatif" dalam pernyataan tersebut, secara tersirat menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga sebanyak 8 kali sudah mendekati final. Pimpinan Fed, Jerome Powell, telah mencoba menghapus pengaruhnya dengan menekankan bahwa penghapusan kata itu tak signifikan dan tak berhubungan dengan sinyal politik.

Karena proyeksi Dot Plot tak berubah, kebijakan moneter di Amerika Serikat menggunakan setting yang lebih netral; dan kenaikan suku bunga yang lebih lambat sesuai dengan itu. Menurut data Bloomberg, basis sesungguhnya untuk Fed Funds Rate sekarang positif untuk pertama kalinya sejak krisis finansial global, dan ini menggambarkan pengetatan kondisi finansial, walaupun situasi pasar yang sehat memotivasi investor untuk mengambil lebih banyak risiko. Masa-masa indah pemulihan setelah krisis global boleh jadi akan berakhir. Outlook ekonomi AS dapat melambat, dan USD mendekati akhir siklusnya dalam jangka panjang menengah hingga panjang, dengan kemungkinan relatif menengah ke tinggi.

Lebih dari itu, pasangan mata uang ini mengikuti pergerakan Obligasi Treasury AS bertenor 5 dan 7 tahun. Yield acuan untuk obligasi 10-tahunan jatuh ke 3.06 persen, setelah mencapai level tertinggi 3.10 persen pada perdagangan intraday. Pimpinan Bank of Japan akan menyampaikan pidato yang kemungkinan tidak memberikan petunjuk baru mengenai kebijakan moneter di Jepang. Data yang paling penting untuk diamati adalah GDP tahunan AS Kuartal II. Indeks yang berhubungan dengan ketenagakerjaan juga bisa berharga untuk dianalisa. Demikian pula tingkat pengangguran dan CPI bisa menjadi referensi.


fd9ddee3482f1123acd76f29864c452e.png


Dari perspektif teknikal, pasangan mata uang ini diperdagangkan pada 112.8, mendekati 112.9. Dari grafik 4 Jam, tren naik memudar pada level tertinggi bulan Juli dan berbalik turun. Dengan indikator teknikal mundur di dalam teritori positif, RSI putar balik pada 57. Garisnya pulih dari kejutan fundamental, tetapi ACY menilai, hanya ada sedikit energi untuk naik lagi. Level support terletak pada 112.443, sedangkan level resisten masih terdapat pada level tertinggi sejak Juli sekitar 113.083.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
USD Sayang, CAD Malang

USD akhirnya memperoleh kepercayaan dari pasar dan menguat terhadap mayoritas mata yang berhubungan dengannya. USD ditutup pada harga 1.30401 terhadap CAD pada tanggal 28 September. Walaupun retorika dalam pidato yang disampaikan Powell mengakibatkan volatilitas pasar, pernyataan yang disampaikan pada hari Kamis menanggulangi ketidakpastian dan mendongkrak indeks USD. Di sisi lain, CAD terkunci oleh kebuntuan negosiasi NAFTA.

Yield Obligasi Treasury 10-tahunan nampak bergerak lebih mendatar dan mendekati tren pembalikan setelah rilis proyeksi Dot Plot oleh Federal Open Market Committee. Kurva terbalik timbul ketika suku bunga jangka pendek berada di atas suku bunga jangka panjang. Pergerakan tersebut memicu debat di pasar mengenai apakah perekonomian Amerika yang sedang booming akan mencapai titik balik.

Powell mengklarifikasi bahwa perubahan kata yang digunakan dalam forecast kebijakan adalah untuk mengukur apakah kebijakan moneter terlalu ketat. Yield jangka panjang yang lebih rendah ditujukan untuk mengendalikan suku bunga pada level netral yang tidak memicu ataupun memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Suku bunga riil saat ini positif untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir; hal mana tidak sehat bagi pertumbuhan ekonomi. Powell juga menyatakan bahwa harga properti tidak sedang mengalami bubble dan berada di bawah pengawasan. Tak ada kerawanan besar terdeteksi di pasar properti. ACY mencatat, klarifikasi ini sangat penting dan mendorong indeks Dolar AS.

Berita baik juga mengemuka dari tingkat pengangguran dan GDP. Laju GDP 4.2 persen sesuai dengan ekspektasi dan relatif bagus diantara negara-negara maju. Klaim Pengangguran (214k) hanya reli sedikit dibandingkan angka 210k yang diestimasikan, tetapi Continuing Jobless Claims (1.661m) tetap lebih baik dibanding ekspektasi (1.684m).

Berita mengenai Dolar Kanada tidak positif. Keterlibatan Kanada membekukan negosiasi tiga negara di Amerika Utara. Sebagaimana disampaikan oleh Trump, kedua negara tak sejalan, meskipun deadline sudah nyaris tiba. Trump diperkirakan akan menolak bertemu dengan PM Kanada Trudeau. Tarif mobil yang tinggi akan mengancam perekonomian Kanada, apabila mereka tak bisa memperpanjang perjanjan NAFTA dengan Amerika. CAD takkan meningkat apabila ditekan keluar dari kesepakatan perdagangan yang baru.

9e2cdabb388bdd2e833ac3c891c67964.png

Secara teknikal, pasangan mata uang ini mengalami variasi besar dalam tiga hari terakhir. Namun, volatilitas diantisipasikan lebih kecil dibandingkan pekan berikutnya. ACY menilai, pasangan ini kemungkinan akan berfluktuasi lagi dalam level Fibonacci Retracement 50% dan level 61.8%, masing-masing pada 1.30530 dan 1.30137.

Level RSI yang lebih mendatar, memperkuat kemungkinan tersebut. Sebaliknya, jika pasangan mata uang ini menembus level 1/30530, maka kenaikan berkelanjutan diproyeksikan akan mencapai 1.30941 pada level Fibonacci Retracement 38.2%.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
USD Sayang, CAD Malang

USD akhirnya memperoleh kepercayaan dari pasar dan menguat terhadap mayoritas mata yang berhubungan dengannya. USD ditutup pada harga 1.30401 terhadap CAD pada tanggal 28 September. Walaupun retorika dalam pidato yang disampaikan Powell mengakibatkan volatilitas pasar, pernyataan yang disampaikan pada hari Kamis menanggulangi ketidakpastian dan mendongkrak indeks USD. Di sisi lain, CAD terkunci oleh kebuntuan negosiasi NAFTA.

Yield Obligasi Treasury 10-tahunan nampak bergerak lebih mendatar dan mendekati tren pembalikan setelah rilis proyeksi Dot Plot oleh Federal Open Market Committee. Kurva terbalik timbul ketika suku bunga jangka pendek berada di atas suku bunga jangka panjang. Pergerakan tersebut memicu debat di pasar mengenai apakah perekonomian Amerika yang sedang booming akan mencapai titik balik.

Powell mengklarifikasi bahwa perubahan kata yang digunakan dalam forecast kebijakan adalah untuk mengukur apakah kebijakan moneter terlalu ketat. Yield jangka panjang yang lebih rendah ditujukan untuk mengendalikan suku bunga pada level netral yang tidak memicu ataupun memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Suku bunga riil saat ini positif untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir; hal mana tidak sehat bagi pertumbuhan ekonomi. Powell juga menyatakan bahwa harga properti tidak sedang mengalami bubble dan berada di bawah pengawasan. Tak ada kerawanan besar terdeteksi di pasar properti. ACY mencatat, klarifikasi ini sangat penting dan mendorong indeks Dolar AS.

Berita baik juga mengemuka dari tingkat pengangguran dan GDP. Laju GDP 4.2 persen sesuai dengan ekspektasi dan relatif bagus diantara negara-negara maju. Klaim Pengangguran (214k) hanya reli sedikit dibandingkan angka 210k yang diestimasikan, tetapi Continuing Jobless Claims (1.661m) tetap lebih baik dibanding ekspektasi (1.684m).

Berita mengenai Dolar Kanada tidak positif. Keterlibatan Kanada membekukan negosiasi tiga negara di Amerika Utara. Sebagaimana disampaikan oleh Trump, kedua negara tak sejalan, meskipun deadline sudah nyaris tiba. Trump diperkirakan akan menolak bertemu dengan PM Kanada Trudeau. Tarif mobil yang tinggi akan mengancam perekonomian Kanada, apabila mereka tak bisa memperpanjang perjanjan NAFTA dengan Amerika. CAD takkan meningkat apabila ditekan keluar dari kesepakatan perdagangan yang baru.

9e2cdabb388bdd2e833ac3c891c67964.png

Secara teknikal, pasangan mata uang ini mengalami variasi besar dalam tiga hari terakhir. Namun, volatilitas diantisipasikan lebih kecil dibandingkan pekan berikutnya. ACY menilai, pasangan ini kemungkinan akan berfluktuasi lagi dalam level Fibonacci Retracement 50% dan level 61.8%, masing-masing pada 1.30530 dan 1.30137.

Level RSI yang lebih mendatar, memperkuat kemungkinan tersebut. Sebaliknya, jika pasangan mata uang ini menembus level 1/30530, maka kenaikan berkelanjutan diproyeksikan akan mencapai 1.30941 pada level Fibonacci Retracement 38.2%.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Kemerosotan AUD Berlanjut

Dari grafik H4, pasangan mata uang AUD/USD tak menampakkan tanda-tanda akan pulih dari penurunan yang dimulai sejak awal Oktober. Kemerosotan ini bisa berakhir karena posisi harga sudah mencapai level terendah tahunan, karena keruntuhan pasar saham global diperpanjang. Namun, ACY menilai SMA-100 sekarang berhasil menembus Retracement 23.6% pada penurunan Oktober, yang akan memperkuat solidnya resisten dari atas.

59c6174154de06153679368ac14f0939.png

Pembacaan teknikal hanya memberikan sedikit indikasi, tetapi tren terbaru menunjukkan akselerasi pergerakan menurun, ke sisi bearish. Meski demikian, level terendah tahunan sangat kuat dikarenakan dua upaya sebelumnya untuk menguji level tersebut gagal, pada tanggal 8 dan 11 Oktober. Support di kisaran 0.70579 nampak lebih persuasif.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Waktunya Jual Dolar Aussie

Sejak mencatat level tertinggi intraday pada level 0.8135 pada tanggal 26 Januari, AUD/USD telah merosot lebih dari 14 persen dan jatuh ke level terendah 2 tahun pada 0.7015 dalam sesi perdagangan London di hari Jumat. Grafik Daily menggambarkan secara sempurna serangkaian "lower high" dan "lower low" yang berkombinasi membentuk sebuah harmonic downtrend pattern.

Pengamatan lebih dekat pada chart menunjukkan bahwa meskipun AUD/USD telah mengikuti pola umum dengan menembus ke level rendah baru, kemudian sebuah fase trading sideways, diikuti oleh tekanan ke lower low.

Secara sederhana, nampaknya pergerakan harga AUD/USD sensitif pada kenaikan target suku bunga AS (Fed Funds Rate), dan menurun selaras dengan itu.

Pada bulan Januari tahun ini, tingkat suku bunga acuan RBA adalah 1.50 persen, yang sama dengan Fed Funds Rate. Sejak saat ini, FOMC telah menaikkan target Fed Funds sebesar 25 basis poin sebanyak tiga kali ke level harga saat ini pada 2.25 persen.

Setelah setiap perubahan kebijakan oleh FOMC, AUD/USD tembus ke kisaran harga baru yang lebih rendah. Selisih tingkat suku bunga antara kedua bank sentral telah menjadi bagian integral dalam penentuan nilai tukar dan sebuah penggerak utama yang menekan AUD melemah. Penting dicatat bahwa selisih suku bunga saat ini sebesar 75 basis poin antara AUD dan USD merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun.

RBA telah menyatakan dengan jelas dalam 10 rapat terakhir mereka bahwa tingkat suku bunga acuan domestik kemungkinan akan tetap berada pada 1.50 persen sepanjang 2019. Namun demikian, gejolak baru-baru ini dalam pasar ekuitas global telah membuat banyak trader forex mempertanyakan apakah FOMC akan menaikkan Fed Funds Rate ke 2.50 persen pada bulan Desember, ataukah mereka akan menundanya hingga tahun depan. Ini merupakan pertanyaan yang valid dan kemungkinan menyebabkan sebagian pembalikan harga tajam dari level 0.7015 pada hari Jumat.

Dari perspektif teknikal, AUD/USD nyaris mencapai level reversal kunci yang lebih tinggi seiring dengan mendekatnya akhir pekan. Ini karena saham-saham Wall Street tertekan untuk tujuh hari beruntun dalam 10 sesi terakhir.

Ini artinya, kisaran perdagangan hari Jumat mencatat level terendah mingguan baru dan kemudian hampir ditutup di atas level tertinggi hari Kamis pada 0.7105. Dalam kondisi normal, kami akan mencari sejumlah peluang di sisi atas pasangan ini, setelah mengalami lonjakan yang kuat dari momentum di sisi bawah dan support pada level 0.7000.

Dalam hal ini, ACY meyakini pasar forex telah meremehkan kemantapan dan komitmen FOMC untuk menormalisasi suku bunga AS dalam 18 bulan ke depan. Oleh karenanya, kami mengekspektasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi pada bulan Desember akan meningkat, karena data AS terus menunjukkan pertumbuhan kokoh dan inflasi meningkat.

Di sisi lain, meski 0.7000 bisa jadi support dalam beberapa pekan ke depan, kami mengekspektasikan puncak selisih antara suku bunga AUD dan USD baru akan tercapai setelah lebih dari setahun ke depan, dan AUD/USD akan menurun dalam jangka menengah.

Sebagaimana AUD, EUR/USD diperdagangkan menurun tajam dalam sepekan hingga mencapai level terendah 2.5 bulan, sebelum berbalik naik saat mendekati akhir pekan, indikator momentum internal mengarah ke level lebih rendah, tetapi kami memperkirakan pasangan mata uang ini bisa mencapai kisaran 1.14440 atau 1.14470 di awal pekan.

Dalam jangka waktu lebih lama, ACY mengekspektasikan pasangan mata uang ini untuk kembali menurun ke 1.1200.

Tekanan atas saham-saham dan yield obligasi AS mendorong USD/JPY ke bawah Moving Average 100-Day pada 111.45 untuk kedua kalinya dalam tiga bulan. Karena pasangan mata uang ini sekarang sudah lebih dari 65 persen berkorelasi dengan SP500, maka kami memperkirakan kisaran harga akan meluas dalam pekan ini.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
USD mengawali pekan ini dengan posisi lebih kuat, karena data Non-farm Payroll yang dirilis Jumat lalu cukup kuat untuk membuat rencana kenaikan Fed Funds Rate pada bulan Desember menjadi nyaris pasti terjadi. Kontrak CME Fed Funds Futures merefleksikan peluang kenaikan pada bulan Desember sebesar 81%.

Angka ketenagakerjaan 250,000 melampaui perkiraan konsensus median pada 190,000, bahkan setelah diperhitungkan pula rebound yang berhubungan dengan cuaca. Tingkat pengangguran tetap pada level terendah 40 tahun pada level 3.7 persen, sementara pertumbuhan gaji year-on-year mencapai level tertinggi 9 tahun pada 3.1 persen.

Dilihat dari kacamata manapun, ini merupakan laporan yang sehat dan mengikuti kabar yang dirilis lebih awal dalam pekan lalu bahwa PMI China selip ke level lebih rendah, pertumbuhan manufaktur di Zona Euro telah stagnan, BoE dirantai oleh Brexit, sementara inflasi dan penjualan ritel Australia sama-sama menurun.

De-sinkronisasi pertumbuhan global serta divergensi suku bunga telah menjadi fondasi kisah penguatan USD bagi trader forex selama 2018.

Paduan kebijakan AS antara kondisi moneter yang lebih ketat yang dikombinasikan dengan kebijakan fiskal yang lebih longgar, telah menggarisbawahi performa ekonomi AS. Di sisi lain, pertumbuhan Uni Eropa, Inggris, dan sebagian besar Asia justru mengecewakan.

Meskipun kinerja partai Republik-nya Trump pada Mid-Term Elections hari Selasa boleh jadi meredam beberapa agenda fiskalnya, ACY yakin bahwa FOMC akan terus menaikkan suku bunga sepanjang tahun 2019, sedangkan bank-bank sentral G-7 lainnya tak merubah kebijakan.

Memantau masing-masing mata uang G-7 dari kacamata divergensi suku bunga, EUR memiliki potensi penurunan terbesar dalam 12 bulan ke depan.

Selisih suku bunga obligasi 2-tahunan saat ini antara USD dan EUR diperdagangkan pada level tertinggi historis 330 basis poin. Hal itu menghapus nyaris 800 pips pada EUR/USD di pasar forward 2-tahunan.

Secara sederhana, ini berarti kontrak forward 2-tahunan berada tepat di bawah 1.2200, lebih mahal ketimbang level harga yang diindikasikan EUR/USD spot pada 1.1380. Korporasi Eropa tidak biasanya menjual USD dalam kontrak forward 2-tahunan. Dalam hal ini, mereka takkan menganggap nilai EUR/USD saat ini lebih murah ketimbang kisaran 1.0700 hingga 1.1800 yang dihuni pada tahun lalu.

Selain itu, pada hari Jumat, ECB mengumumkan bahwa mereka bisa memulai kembali program Targeted Longer-Term Refinance Operations (TLTRO). Dengan demikian, kami tak melihat kemungkinan bagaimana selisih suku bunga ini bisa menyempit. Oleh karenanya, ACY melihat kemungkinan lebih besar bahwa EUR/USD akan tembus di bawah 1.0900, ketimbang naik ke atas 1.1800 dalam jangka menengah.

Pemulihan ekuitas global telah mendongkrak USD/JPY untuk saat ini. Kami masih mengekspektasikan pola "risk-off" tradisional untuk mengemuka pada akhir pekan ini.

Dolar Australia mengakhiri pekan ini dengan pola yang tepat berlawanan dengan minggu sebelumnya. Pergerakan harga gagal di area 0.7260 dan indikator momentum internal telah berbalik negatif lagi.

Nampaknya, risiko Brexit bagi Sterling telah bergeser secara asimetris dari sisi bawah ke sisi atas. Dengan kata lain, kabar-kabar positif mengangkat GBP/USD lebih tinggi. Namun, resisten teknikal dekat 1.3045 terus menerus membatasi pergerakan pasangan mata uang ini pada reli intraday.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Pada 8 November 2016, para pakar politik AS bertekuk lutut saat kandidat partai Republik Donald Trump mengalahkan kandidat partai Demokrat Hillary Clinton yang sangat disukai massa.

Setiap hari sejak Trump menduduki jabatannya pada Januari 2017, partai Demokrat telah berfokus pada bagaimana caranya untuk membalas dendam dan memenangkan kembali Kongres dalam Midterm Elections pekan ini.

Dalam dua hari terakhir, kita mengetahui bahwa tujuan para pemimpin Demokrat bukan hanya untuk meraih suara mayoritas guna menghalangi agenda politik Trump, melainkan juga untuk memenangkan cukup kursi guna melakukan impeachment dan menggusurnya dari jabatan Presiden.

Sejak Trump menempati White House, SP500 telah naik lebih dari 28 persen dan pengangguran AS berada pada level terendha 40 tahun. Karenanya, tindakan Demokrat jelas bersumber dari ketidaksukaan mereka pada Trump, dan bukan sebagai hasil dari kebijakan-kebijakannya.

Kini, setelah keriuhan mereda dan hampir semua suara dihitung, nampaknya Demokrat akan mendapatkan mayoritas dalam 435 kursi House of Representatives (HoR), sementara Republik memperpanjang dominasinya pada 100 kursi Senat.

Respon spontan pasar dalam menghadapi kemenangan Demokrat di HoR telah mengakibatkan Dolar AS menurun dan Wall Street menanjak. Dalam pandangan kami, anggapan bahwa kendali Demokrat atas HoR akan mengakibatkan perubahan ekonomi merupakan pandangan partisan, bukan hasil analisis.

Kami telah dikejutkan oleh betapa banyaknya komentator keuangan yang membicarakan implikasi pasar dari peristiwa politik yang hasilnya nyaris persis sama dengan perkiraan konsensus. Apalagi, ini sudah terjadi dalam 18 Midterm Elections terakhir yang terjadi setelah Presiden baru memasuki Gedung Putih.

Singkat kata, ACY tak mengekspektasikan suara mayoritas Demokrat di HoR untuk berdampak apapun pada tarif perdagangan, legislasi pajak, dan lebih penting lagi, trayek kebijakan kenaikan suku bunga FED. Di sisi lain, kami mempertimbangkan koreksi Indeks Dolar AS baru-baru ini sebagai peluang bagi trader forex untuk menambah jumlah posisi long atas USD pada level-level yang lebih baik.

Sebagaimana telah diterima secara universal, RBA mempertahankan suku bunga pada 1.50 persen. Penilaian optimistis Gubernur Lowe mengenai pasar tenaga kerja Australia, dikombinasikan dengan pendapat yang lebih lunak mengenai kejatuhan harga perumahan, telah menjaga AUD/USD di atas Moving Average 30-Day dalam enam sesi perdagangan terakhir. Terakhir kalinya hal semacam ini terjadi pada pertengahan Juni.

Terlepas dari kenaikan secara teknikal tersebut, ACY masih mengekspektasikan beban selisih suku bunga untuk menggerakkan pasangan mata uang ini menurun.

Dalam proses kenaikan menuju level tertinggi tiga pekan pada 1.3190, GBP/USD menyentuh posisi short kami dari 1.3015 pada 1.3090. Kami masih meyakini bahwa pergerakan yang paling mudah bagi Sterling adalah pada level yang lebih rendah.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Update Forex : Sterling Selip Karena Berita Brexit

Setelah sekitar sepekan menguat bersama dengan perbaikan data ekonomi Inggris, Sterling pada dua hari terakhir sepenuhnya didominasi oleh headline-headline seputar Brexit dan GBP/USD menurun.

Negosiasi Brexit secara pesat berkembang menjauh dari diskusi ekonomi dan lebih berfokus pada politik taktis. Hal ini menciptakan dilema bagi PM May yang strateginya sekarang gagal memuaskan parlemennya sendiri maupun Uni Eropa.

Rasanya cukup adil untuk mengatakan bahwa rintangan paling besar yang menghalangi kesepakatan adalah masalah perbatasan Irlandia. Dalam topik ini, PM May bahkan tak mendapatkan dukungan dari partainya sendiri, karena faksi garis keras terus menerus menolak kesepakatan perbatasan terbuka dengan Irlandia Utara; bukan atas alasan ekonomi, melainkan sepenuhnya politis.

Selain itu, pada akhir pekan, para pejabat Uni Eropa menolak untuk mempertimbangkan rencana May mengenai mekanisme independen untuk keluar dari Custom Union jika diskusi Brexit tetap gagal.

ACY mencatat jadwal rilis data Inggris cukup ringan. Namun, dua laporan utama, CPI dan Penjualan Ritel, bisa menambah tekanan penurunan dalam beberapa hari ke depan. Dari perspektif teknikal, dengan level support saat ini ada 1.2940 sudah ditembus, maka kita bisa menyaksikan sejumlah perpanjangan rentang ke bawah ke level terendah tahun ini dekat 1.2670.

Sebagaimana Sterling, koreksi EUR/USD kehilangan energi pada akhir Rabu lalu dekat 1.1500 dan berbalik kembali ke kisarannya baru-baru ini. Level terendah tahun ini pada 1.1300 telah ditembus pada awal perdagangan sesi London hari ini, dan Moving Average 200-Day pada 1.1325, akan menjadi resisten pada grafik Daily.

USD/JPY nampaknya mulai memperoleh momentum di atas 114.00 dan kita bisa menyaksikan adanya ruang untuk kenaikan lagi pada level tertinggi tahun ini dekat 114.60. Sebagai mata uang cadangan devisa Asia, JPY akan menguat di masa-masa melemahnya pasar ekuitas.

Dolar Aussie telah ketinggalan jauh di belakang GBP dan EUR, seiring dengan pergerakan mata uang cross GBP/AUD dan EUR/USD ke arah bawah. AUD/USD mencapai dasarnya pada 0.7020 pada 27 Oktober dan diperdagangkan di atas 0.7300 selama beberapa jam pekan lalu. Kini, ACY memantau potensi penembusan pada level 0.7165 sebagai sinyal bahwa level tinggi sudah mapan dan level 0.7000 akan ditembus dalam jangka pendek.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Update Forex : Jangan Remehkan The FED

Sebagian besar kepala berita keuangan dalam 24 jam terakhir berhubungan dengan tumbuhnya optimisme bahwa sebuah kesepakatan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa akhirnya tercpaai. Hal ini diikuti dengan kolapsnya keseluruhan proposal Brexit saat ini dan lebih banyak ketidakpastian pada kedua belah pihak.

Sebagaimana didiskusikan pada laporan hari Senin, realita keras dari politik partisan Inggris sekali lagi menghancurkan narasi mengenai kesepakatan yang saling menguntungan.

Kali ini, pengunduran diri pimpinan negosiator Brexit dari pihak Inggris, Dominic Raab, yang menggagalkan proses dan mendorong Sterling menurun tajam terhadpa semua mata uang G-7. Hal ini kemungkinan mengakibatkan sebuah voting mosi tidak percaya bagi PM May, yang dapat memicu trader forex untuk menjual GBP/USD kembali ke level 1.2600.

ACY memahami apa saja yang diperdebatkan Inggris maupun Uni Eropa. Dan kami memahami dampak potensial sebuah "Hard Brexit" bagi Inggris dan seluruh benua Eropa.

Namun demikian, kami terkejut bahwa roller-coaster negosiasi Brexit yang merupakan isu lama, mampu mengalihkan perhatian dari pidato dan komentar yang dibuat oleh pimpinan FED Jerome Powell dalam sebuah forum ekonomi di Dallas kemarin.

Powell tak segan-segan menegaskan pendapatnya bahwa perekonomian Amerika Serikat membutuhkan penyesuaian suku bunga lebih lanjut ke level lebih tinggi, bahkan meskipun itu berarti meningkatkan tingkat volatilitas di pasar ekuitas AS. Powell menjelaskan bahwa ketergantungan pada data, yang akan digunakan FOMC guna membentuk trayek suku bunga mereka, akan berdasarkan pada "kondisi ekonomi sesungguhnya" dan tidak akan dipengaruhi oleh fluktuasi dalam berbagai jenis aset finansial...termasuk saham-saham Wall Street.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa FOMC berkomitmen untuk "menormalisasi" kurva yield obligasi jangka pendek, sekaligus mengurangi neraca FED sebesar USD50 Milyar per bulan...berdasarkan pada Dot Plot dari rapat FOMC sebelumnya. Kini, tak ada alasan bagi trader forex untuk meragukan kalau target suku bunga FED akan dinaikkan ke 2.50% pada pertengahan Desember, dan bahwa FED kemungkinan akan menaikkan suku bunga 2 atau tiga kali lagi sebelum berhenti merubahnya pada Kuartal III/2019.

Setelah mempertimbangkan semuanya, kami meyakini bahwa pelaku pasar meremehkan laju normalisasi kebijakan AS, dan bahwa dinamika divergensi suku bunga ini akan menjaga indeks USD naik lebih tinggi hingga akhir tahun terhadap semua mata uang pasangannya, kecuali JPY.

Karena pimpinan ECB Mario Draghi dijadwalkan berpidato hari ini, ACY mengekspektasikan EUR/USD untuk tetap diperdagangkan pada kisaran terbatas. Pekan ini telah diwarnai oleh kadaluwarsanya Option dalam jumlah besar dari 1.1400 hingga 1.1200.

Dolar Aussie mempertahankan bias bullish-nya setelah laporan ketenegakerjaan domestik kemarin mencatat kenaikan pekerjaan penuh waktu sebesar 32,000 dan tingkat pengangguran tetap dekat 5 persen. Laporan yang lebih baik ini menarik pendapat seperti biasanya dari komentator pasar, menghimbau agar RBA menggeser bias mereka menjauh dari netral dan memberikan sejumlah ruang bagi penyesuaian suku bunga lebih tinggi tahun depan.

Dengan mempertimbangkan bahwa pertumbuhan gaji telah tersendat tahun ini dan level utang rumah tangga mendekati 200 persen dari pendapatan, kami meyakini bahwa RBA tak akan merubah suku bunga sepanjang 2019.
 
Ketegangan Soal Perdagangan Muncul Lagi Di APEC Summit

USD berakhir agak melemah pada sesi perdagangan hari Jumat, karena para trader forex menilai pemerintah AS akan mengambil posisi yang lebih lunak dalam hal tarif perdagangan di pertemuan tingkat tinggi APEC di Papua New Guinea (PNG).

Penilaian tersebut terbukti salah, karena komentar-komentar dari pejabat AS maupun China justru menggarisbawahi perbedaan pendapat antara keduanya dalam hal perdagangan serta pengaruh militer di kawasan Asia bagian Selatan.

Faktanya, perpecahan politik telah melebar sedemikian rupa antara kedua negara, hingga untuk pertama kalinya dalam sejarah APEC Summit, para pemimpin regional gagal menyepakati sebuah komunike final. Lonjakan ketegangan mendadak dalam hal ketegangan perdagangan dan ketidakpastian yang melingkupi negosiasi Brexit pekan ini membuka potensi terulangnya perdagangan dengan volatilitas tinggi pada pasar aset global yang sebelumnya terjadi pada bulan Oktober. Menurut kami, tema "risk off" yang secara umum terlihat pada bulan Oktober, bisa kembali lagi pada akhir bulan November.

Sejumlah data penting yang akan dirilis dalam pekan ini termasuk notulen RBA dari rapat mereka tanggal 6 November, data US Durable Goods Orders pada hari Rabu, serta data PMI Zona Euro pada hari Jumat.

Patut untuk dicatat bahwa pasar AS akan ditutup pada hari Kamis dikarenakan liburan Thanksgiving. Ini artinya, pasar AS akan dibuka hanya setengah hari pada Rabu, dan meja perdagangan interbank akan sangat sepi pada Jumat.

Secara historis, sesi perdagangan yang lebih sepi membuat pasangan-pasangan mata uang G7 diperdagangakan dalam kisaran sangat lebar, baik pada sesi Kamis maupun Jumat. Dengan banyaknya potensi risiko berita yang menggerakkan pasar forex, kami akan memantau sejumlah level teknikal yang bisa berperan dalam pekan ini.

Pekan lalu, GBP/USD diperdagangkan pada kisaran 400 poin antara 1.2700 dan 1.3100. Pada 1.2850, posisi teknikal nampak lemah dengan RSI dan Stochastics mengarah ke bawah. Level terendah tahun ini telah tercapai pada bulan Agustus di 1.2660, dan kami dari ACY menilai level ini sebagai target yang mungkin dicapai lagi dalam jangka pendek...kecuali bila kesepakatan Brexit berhasil lolos.

EUR/USD menunjukkan sejumlah divergensi bullish pada RSI Daily, karena berhasil mempertahankan level rendah 1.1200 pada pekan lalu. Pasangan mata uang ini mengakhiri perdagangan sepekan di atas level 1.1400, sehingga mengundang beberapa komentator berpendapat kalau level rendah signifikan sudah mapan. Sementara itu, meskipun indikator momentum internal menunjukkan adanya ruang untuk kenaikan ke kisaran 1.1475, kami tak yakin kalau EUR/USD sudah berubah dari tren menurunnya. Pada titik ini, hanya penembusan level 1.1520 yang dapat merubah tren penurunan dalam jangka lebih panjang.

USD/JPY jatuh tajam pada akhir pekan, menembus level kunci pada garis support 113.60. Level kunci berikutnya ada pada 112.00. Sesuai statusnya sebagai mata uang cadangan Asia, ACY mengekspektasikan JPY akan menguat lebih jauh jika perdagangan pasar ekuitas menurun lagi pekan ini.

AUD/USD mencapai level tertinggi 3 bulan pada hari Jumat lalu dan terus menerus diperdagangkan di atas Moving Average 30-Day selama bulan ini. Stochastics Daily kini mendekati level 70.00 dan momentum nampak sudah sangat terulur. Area antara 0.7260 hingga 0.7280 nampaknya bisa menjadi titik infleksi. Penutupan di bawah kisaran tersebut akan mensinyalkan bahwa sebuah level tinggi signifikan telah terbentuk.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
PMI Yang Melemah, Menekan Euro Makin Rendah

Mata uang Euro bertekuk lutut versus semua mata uang G-7 menjelang akhir minggu lalu, di tengah pekan yang ramai oleh berbagai peristiwa terkait forex.

Katalis utama bagi kemerosotan pada hari Jumat adalah laporan PMI Zona Euro yang mengecewakan, yang secara keseluruhan dialami oleh laporan Purchasing Manager dari 12 negara anggota Uni Eropa.

Dari perspektif seorang trader forex, data yang meleset paling signifikan adalah PMI Manufaktur Jerman yang jatuh dari 52.2 ke 51.6. Dalam data seluruh Zona Euro sebagai satu kelompok, angka gregat jatuh ke 52.0, dari 53.1 pada bulan September. Ini merupakan angka komposit terburuk dalam lebih dari dua tahun.

Kelemahan yang berlangsung secara luas di sektor manufaktur Uni Eropa akan menempatkan ECB pada posisi sulit dalam menentukan respon kebijakan moneter mereka berikutnya.

ACY mencatat, pimpinan ECB Mario Draghi dijadwalkan berpidato dua kali pekan ini, sebelum pertemuan tingkat tinggi G-20 pada akhir pekan.

Ketika Draghi berpidato, trader forex akan berfokus pada dua topik khusus: apakah lemahnya PMI mensinyalkan bahwa kontraksi Kuartal III telah berlanjut hingga Kuartal IV, dan akankah kelemahan ini membuat ECB batal mengakhiri Quantitative Easing (QE) pada akhir tahun ini?

ECB telah menjelaskan bahwa diakhirinya program pembelian aset mereka akan tergantung pada data ekonomi yang akan datang. Dengan demikian, ACY menilai hal ini berarti beban untuk melanjutkan QE hingga tahun depan akan sangat tinggi dan lebih berfokus pada pasar tenaga kerja Zona Euro daripada laporan bulanan rutin.

Sejalan dengan itu, diakhirinya pembelian QE resmi pada bulan depan, tak lantas berarti ECN mengakhiri kebijakan stimulatif-nya. Angka PMI yang lebih lemah menggarisbawahi kebutuhan ECB untuk memperpanjangan kebijakan moneter akomodatif. Dalam hal ini, suku bunga acuan ECB kemungkinan akan tetap pada -40 basis poin hingga kuartal III/2019 dengan tingkat pembiayaan Uni Eropa dipertahankan dekat nol.

Setelah ditimbang, paduan kebijakan moneter ECB saat ini, dikombinasikan dengan perselisihan anggaran antara European Commission dan Italia, akan berkontribusi pada pelemahan fundamental bagi mata uang EUR.

Secara teknikal, EUR/USD mencapai level tertinggi tiga pekan dekat 1.1470 pada akhir pekan lalu, sebelum berbalik turun dekat 1.1320 pada hari Jumat. RSI harian berada pada 44 dan mengarah ke bawah, sementara pasangan mata uang ini di bawah Moving Average 30-Day pada 1.1390.

Saga Brexit akan berlanjut pekan ini, karena Parlemen Inggris akan melakukan voting atas kesepakatan 585 halaman yang disetujui oleh Uni Eropa pada akhir pekan. Indikasi awal menandakan akan ada debat sengit dari dua sisi, setelah salah satu pendukung Brexit mengatakan bahwa tetap tinggal dalam UE itu lebih baik daripada kesepakatan yang sekarang ada...hal mana kemungkinan merupakan keinginan Uni Eropa sejak awal.

GBP/USD telah bergerak menurun sejak awal sesi perdagangan, dengan support awal kini berada pada area 1.2760.

Setelah reli lebih dari 3.5 persen dalam tiga pekan terakhir, AUD/USD kini berada pada titik infleksi penting. Rebound baru-baru ini dari 0.7000 bertolak dari pergerakan turun 15 persen yang dimulai sejak Maret. Indikator momentum internal telah berbalik negatid, dan penembusan level 0.7180 bisa berkepanjangan hingga 0.7120.

USD/JPY tetap berada dalam kisaran perdagangan ketat, dengan pasangan mata uang ini bergerak kurang dari 100 poin dalam sepekan. Karena ekuitas global nampaknya masih bergerak menurun, kami memilih sisi short pada pasangan ini.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Apakah Ini Akhir Dari Kenaikan Suku Bunga Dan USD?

Kemarin malam, terjadi drama selain Brexit. Pasangan GBP/USD yang berkeliling di sekitar 1.2750 sepanjang hari, mendadak melonjak ke 1.2805 dan menanjak ke 1.2830 dikarenakan beberapa berita mengejutkan dari AS maupun Inggris. Kisah yang melatarbelakangan Pound dapat diperkirakan, sedangkan Greenback di luar perkiraan. Pidato dari dua orang yang bertanggung jawab atas BoE dan Fed menarik kedua mata uang ke arah berbeda. Namun demikian, USD terluka lebih parah.

Ketidakpastian tetap tinggi, karena tak ada sinyal jelas bagi Parlemen untuk mengijinkan rencana Brexit. Kami menyebutkan "ketidakpastian" dan bukan "kemunduran", dikarenakan adanya rencana B untuk mengatasi ketiadaan rencana transisi yang disiapkan dengan matang. Ini seperti ada kesepakatan yang tidak ideal itu lebih baik daripada tak ada kesepakatan sama sekali. Hubungan dengan Uni Eropa yang mirip dengan hubungan UE dengan Norwegia bisa dipertimbangkan, jika proposisi Uni Eropa diblokir. Namun demikian, risiko kejatuhan akibat "No-Deal Brexit" masih mengancam dan dapat mendevaluasi ekonomi Inggris hingga 7.75 persen dalam 15 tahun, dibandingkan dengan jika Inggris tetap tinggal dalam Uni Eropa.

Komentar BoE mengenai ini adalah bahwa Inggris belum sepenuhnya siap untuk menghadapi "No-Deal Brexit". Laporan yang dipublikasikan BoE memprediksikan kejatuhan GDP sebesar 8 persen, sementara Poundsterling akan terdepresiasi lebih dari seperempat nilainya saat ini. Jika semuanya terwujud, maka aksi jual akan menjadi tren tahun depan.

Setelah satu ronde kritik dari Trump, kami menyaksikan Powell bergeming dan tetap bersikukuh mempertahankan rencana kenaikan suku bunga tahun depan. Latar belakang ceritanya berbalik tadi malam. GDP Kuartal III ternyata selaras dengan perkiraan kosnensus. Namun demikian, New Home Sales berada di bawah ekspektasi. Neraca Perdagangan melebar ke level tinggi baru. Ekspor menurun 0.6 persen dari 141.3 Miliar Dolar ke 140.5 Miliar Dolar. Mungkin, penggeraknya bukan komentar "just below". Jika tidak, maka dengan menghimpun semua informasi lainnya, Fed menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga acuan tepat di bawah level netral. Kemungkinan kenaikan suku bunag tahun depan dikurangi. Sebuah momen yang lebih baik untuk short mendominasi pasar.

1a97e2e2d9295786e8d3a4a55c37b76d.png

Dari perspektif teknikal, pola terbaru membentuk Descending Channel pada grafik. Meskipun devaluasi Greenback menarik candle untuk menembus SMA jangka pendek, batas atas masih menahan harga dengan cukup kuat karena candle terakhir itu bearish. Namun demikian, pembacaan teknikal mengindikasikan sebuah perpanjangan tren bullish, karena RSI tepat di atas ambang 50 dan Fast Line menjauh dari Slow Line pada MACD. Investor sebaiknya mulai aksi jual jika harga mencapai bawah level 1.27739 atau Take Profit untuk 1.28317.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
AS-China Jadi Sorotan, Pasar Forex Antisipasi Pertemuan G-20

Pertemuan G-20 yang ditunggu-tunggu akhirnya dimulai di Argentina, dan partisipan pasar akan memantau berita-berita yang dapat di-trading-kan, seiring dengan dilakukannya berbagai negosiasi dan diskusi.

Agenda asal dari pertemuan tingkat tinggi selama dua hari ini berfokus pada infrastruktur, perubahan iklim, dan keamanan pangan bagi negara-negara berkembang. Topik-topik tersebut kemungkinan akan disishkan karena konflik perdagangan AS-China, produksi minyak mentah, dan peningkatan ketegangan Timur Tengah akan membayangi pertemuan para pemimpin dunia tersebut.

Pasar ekuitas global dan pasangan mata uang G-7, telah mengukuhkan posisi pekan ini dengan harapan AS dan China akan menemukan titik temu untuk mulai memudarkan pertikaian perdagangan antara mereka yang makin sengit.

Saat ini, kita tahu bahwa Presiden X dan Trump akan makan malam bersama pada Sabtu malam. Sebagai pendahuluan bagi pertemuan itu, Wakil Presiden China, Liu, telah menyampaikan janjinya bahwa China sudah mulai mengambil langkah-langkah untuk membuka pasar domestik mereka.

Sebagian besar komentator pasar dan sejumlah pejabat AS setuju kalau ini adalah sebuah langkah menuju arah yang tepat, tetapi tak melaju dengan kecepatan yang cukup memadai untuk mencapai sebuah kesepakatan akhir pekan ini.

ACY mencatat, seiring dengan makin lamanya perselisihan antara kedua negara ekonomi terbesar di dunia, ruang lingkupnya pun nampaknya meluas.

Menjelang pertemuan tingkat tinggi akhir pekan ini, kritik pemerintah AS atas China telah mencakup lebih dari soal praktek dagang dan komersil, serta kini telah ditambah fokusnya pada inisiatif strategis dan politis, termasuk kebijakan One Belt One Road dan Made In China 2025.

Penting untuk dicatat bahwa ini jauh berbeda dengan negosiasi perdagangan oleh pemerintah AS yang telah menerima dukungan bipartisan dan persetujuan dari sejumlah perusahaan dan korporasi teknologi yang berbasis di AS.

Karena kebijakan Trump biasanya hanya mendapatkan kritik saja dari partai Demokrat dan Silicon Valley, maka dukungan ini membuat Gedung Putih makin berani.

Oleh sebab itu, ACY mengekspektasikan hasil yang paling mungkin muncul pada akhir pekan ini adalah dilanjutkannya diskusi perdagangan pada awal tahun baru.

Dari perspektif pasar, trader forex akan berfokus pada diskusi soal tarif. Apakah AS akan melanjutkan rencananya untuk menaikkan tarif dari 10 persen menjaid 25 persen pada bulan Januari dan akan memulai proses untuk menambah tarif baru atas USD250 Miliar impor China lagi?

Dengan mempertimbangkan semuanya, kami menilai pembatalan tarif baru merupakan ambang yang terlalu tinggi untuk dicapai, dan kelanjutan diskusi sebagai hasil yang paling mungkin dicapai. Posisi forex kami akan mengabaikan pertemuan G-20 dan tetap positif pada USD.

Sterling telah bergerak menurun pekan ini, karena penilaian risiko atas Inggris menghasilkan kemungkinan yang lebih besar bagi "Hard Brexit".

AUD/USD telah menjadi pihak yang paling diuntungkan dari antisipasi menjelang persetujuan dagang akhir pekan ini. Pasangan ini mencapai level tertinggi 3 bulan pada 0.7330 dalam sesi London tadi malam.

USD/JPY masih diperdagangkan pada kisaran relatif sempit, dan kini berada tepat di atas Moving Average 30-Day pada 113.10.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Pasca Pertemuan G20, AUD Cenderung Menguat

Mata uang manakah yang paling terdukung setelah KTT G20? Jawabnya adalah Dolar Australia. Setelah pertemuan AS-China di akhir pekan lalu, kenaikan ekstensif di awal bulan Desember memungkinkan AUD/USD untuk dibuka di harga 0.73779 pada sesi Sydney hari ini (03/Des). Situasi yang serupa juga terjadi pada pair AUD/CAD dan AUD/NZD.

Gencatan senjata dalam perang dagang AS-China telah meredupkan ketegangan yang terakumulasi sejak berbulan-bulan lamanya di sepanjang tahun 2018. Saham-saham AS pun mencantatkan gain mingguan tertinggi dalam lebih dari 7 bulan terakhir, didukung oleh spekulasi mengendurnya kebijakan moneter The Fed setelah bulan Desember.

Mengingat AS dan China adalah dua negara partner dagang terbesar di dunia, ACY berpendapat bahwa gencatan senjata antar keduanya selama 90 hari adalah hal yang sangat positif bagi Australia. Likuiditas di pasar global bisa berjalan sebagaimana mestinya, tanpa perlu mengkhawatirkan ancaman dari penerapan tarif terhadap barang-barang China, yang rencananya akan dinaikkan dari 10% ke 25% pada awal tahun depan.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat menghentikan konflik dagang untuk sementara waktu, dengan menunda penerapan tarif impor baru selama 90 hari. Sementara itu, persetujuan mengenai dihapuskannya tarif tambahan masih dalam tahap negosiasi. Sebagai gantinya, China perlu merespon dan menindaklanjuti masalah pencurian hak kekayaan intelektual dari AS, juga mengimpor lebih banyak produk pertanian dari negeri pimpinan Donald Trump tersebut.

Saham-saham AS mencerna kesepakatan ini sebagai berita positif dan naik pesat. S&P 500 memperlihatkan kenaikan mingguan terbesar sejak 2011. Dengan demikian, saat ini terdapat peluang yang baik untuk mengambil posisi Long pada asset-asset yang berkorelasi terhadap AUD. Meskipun begitu, apabila tidak ada progres struktural dalam waktu 90 hari ke depan, maka semuanya justru akan kembali pada keadaan semula yang cenderung negatif.

Hanya sedikit info berdampak yang datang dari Australia, tapi minggu ini akan cukup disibukkan dengan beberapa rilis data. PMI Manufaktur akan meluncur pada hari Senin, sementara Reserve Bank of Australia akan mengumumkan perubahan suku bunga. GDP untuk kuartal ketiga juga akan dirilis, tepatnya pada hari Rabu. Dengan The Fed yang saat ini banyak diperkirakan bakal menurunkan laju pengetatannya, RBA diprediksi mengikuti langkah yang sama.

Secara teknikal, ACY mengamati jika AUD/USD bergerak dalam Ascending Channel dan menguat ke atas. SMA 20 menjauh dari SMA 60 dengan jarak yang semakin besar. Pembacaan teknikal untuk pair ini mensinyalkan berlanjutnya tren bullish.

cc3c1014bd7ef9f61360267fce4ebd9d.png

Namun dalam jangka pendek, High terbaru terbentuk sangat dekat dengan High Agustus, dan tampaknya akan sulit melalui batas tersebut. RSI sedang menuju area Overbought di chart H4. Berspekulasi di level ini cenderung berbahaya. Jika harga mematahkan level 0.73829, maka ini bisa menjadi peluang entry. Di sisi lain, Stop Loss bisa diterapkan di level 0.73438.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Penundaan Tarif Impor Belum Memecahkan Masalah

Pasar finansial memulai pekan ini dalam mode "Risk On", setelah acara makan malam Presiden Trump dan Xi berujung pada kesepakatan gencatan senjata selama 90 hari. Hal ini praktis menunda perang dagang yang terjadi di antara dua negara Superpower pimpinan Trump dan Xi.

Laporan yang datang dari KTT G20 di Argentina menyiratkan bahwa pertemuan tersebut berakhir dengan kepuasan dari kedua belah pihak. AS setuju menahan tarif impor untuk barang-barang China di kisaran 10%, sekaligus urung meningkatkan tarif tersebut ke 25% pada 1 Januari mendatang. Sebagai gantinya, China sepakat untuk meningkatkan pembelian terhadap barang-barang AS; khususnya dari sektor pertanian.

Meskipun gencatan sejata ini jelas-jelas mampu memberikan "ruang bernafas" bagi Trump maupun Xi hingga akhir tahun ini, keduanya belum membuat progres apapun terkait isu mendasar dan masalah-masalah inti perdagangan yang sedari awal memicu konflik di antara AS dan China, dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Semenjak pemerintahan Trump menerapkan bea impor di bulan Juli lalu, negosiasi-negosiasi yang dilakukan cenderung berakhir buntu. AS selalu meminta reformasi struktural dalam bentuk subsidi untuk produsen baja, alih paksa teknologi dari perusahaan-perusahaan AS, dan penerapan hak kekayaan intelektual. Sejauh ini, belum ada laporan yang menyebutkan tentang progres substantif mengenai masalah-masalah tersebut dalam pertemuan G20.

Oleh karena itu, ACY mengamati bahwa reli asset-asset dengan minat risiko tinggi akan memudar di minggu ini, seiring dengan meresapnya pemahaman bahwa pada dasarnya, isu-isu mendasar yang memicu konflik dagang AS-China sebenarnya belum terpecahkan; tinggal menunggu waktu sebelum tensi dagang di antara kedua negara tersebut kembali menguat.

Di samping penundaan tarif impor, trader forex juga menghadapi jadwal rilis data berdampak tinggi yang cukup padat di minggu ini. Termasuk di antaranya adalah meeting RBA, negosiasi Brexit, pidato beberapa pejabat bank sentral, dan rilis data NFP AS di hari Jumat.

Secara keseluruhan, pandangan ACY tidak berubah dari Outlook awal pekan lalu. Hanya saja, ada beberapa tambahan posisi jual untuk AUD/USD.

Situasi teknikal untuk EUR/USD terus melemah. Bounce yang terjadi pada sesi Asia hari ini belum mampu memulihkan posisi harga di atas MA 30 yang terpatok di level 1.1370. Baik Stochastics maupun RSi di time frame Daily bergerak menurun, dengan key support berikutnya terletak di level 1.1275.

Sementara itu, Sterling merangsek naik ke area 1.2780, terdukung oleh sentimen "Risk On" yang memperlemah USD. Dengan Parlemen Inggris yang akan membahas isu Brexit pekan ini, prospek untuk GBP/USD tidak terlalu menjanjikan.

Walaupun USD/JPY telah menguat dalam 4 hingga 5 pekan terakhir, range trading untuk bulan November terlihat menjadi range bulanan yang terkecil dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Hal ini tidak terlalu mengejutkan, sebab pair tersebut ditarik ulur oleh kekuatan berimbang antara data ekonomi Jepang yang lemah, dan aksi beli Yen sebagai safe haven dari para investor.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Outlook USD/CNH Pasca Insiden Penangkapan CFO Huawei

Renminbi Offshore (CNH) dikabarkan anjlok terhadap Greenback, meskipun data ADP kemarin malam dirilis lebih rendah dari ekspektasi. Harga terkini menunjukkan pergerakan di kisaran 6.876 setelah sebelumnya terjadi aksi jual masal. Pemicu utama penurunan tersebut adalah Huawei. Sebagai supplier telekomunikasi terbesar, adanya penangkapan CFO dari perusahaan tersebut tentu bisa menimbulkan kekacauan besar.

Menurut ACY, berita terkait perusahaan raksasa tersebut memiliki relevansi dengan nilai Renminbi, karena waktu kemunculannya yang relatif berdekatan dengan acara makan malam Trump-Xi. Kabar ini pun memicu aksi penghindaran risiko di pasar.

Sabtu lalu (1/Desember), negosiasi yang dipimpin oleh pimpinan dua negara yang sedang terlibat perang dagang (AS dan China) berakhir dengan sukses. AS setuju menunda penerapkan tarif impor baru untuk barang-barang China. Sebagai gantinya, China sepakat membeli lebih banyak produk pertanian AS, serta merespon keluhan AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual, juga masalah-masalah internasional lain yang diperkarakan AS.

Sementara itu, Meng Wanzhou, CFO Huawei Technologies Co. dicekal saat berada di bandara di Vancouver, Kanada. Penangkapan tersebut kemungkinan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan Meng terhadap sanksi AS atas Iran. Beijing segera beraksi dan menuntut pembebasan Meng.

Sebagai pewaris kerajaan bisnis Huawei, Meng memainkan peranan penting dalam upaya China untuk menjadi negara yang berdikari di bidang teknologi. Karena itu, tak heran bila aksi penangkapan Meng "mengecewakan" banyak perusahaan teknologi China. Hal ini membuat harga saham-saham tersebut berguguran.

Lebih lanjut, insiden penangkapan Meng juga bisa menjadi ronde terbaru dari "permainan" antara AS dan China. Apapun itu, jelas bahwa perang dagang belum mendekati akhirnya. Jumat malam ini (7/Desember), pasar akan bergejolak karena ketidakpastian terkait pencekalan Meng dan rilis NFP bisa menggerakkan pasar secara signifikan.

Dari sisi AS, data ekonomi yang dirilis terpantau mengecewakan. ADP Employment Change mencatatkan hasil 179k, lebih rendah dari konsensus pasar yang sebesar 195k. Angka tersebut dapat mengindikasikan hasil NFP yang kurang cerah. Sementara itu, Initial Jobless Claims untuk perhitungan mingguan yang berakhir di penghujung November lalu, mengalami kenaikan ke 231k. Unit Labor Costs juga meningkat 0.9%. Semua data tersebut lebih buruk dari ekspektasi.

Secara teknikal, ACY mengamati jika volatilitas USD/CNH mulai berkurang, karena harga kini sudah bergerak stabil di antara dua garis MA. Kekuatan bull maupun bear relatif berimbang, menandakan bahwa pasar sedang menunggu rilis NFP malam nanti.

d783d5cdb0b5effa245bc0156cc3f8be.png

Sebagian besar sinyal teknikal belum menunjukkan arah yang pasti, sehingga pair ini bisa dianggap netral cenderung bearish dalam jangka pendek. Para investor kemungkinan berspekulasi di level Retracement 50% dan 38.2%.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Faktor Penggerak Utama Di Zona Euro Minggu Ini

Laporan data ketenagakerjaan AS Jumat lalu (7/Desember) menunjukkan penambahan 155,000 pekerjaan, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 195,000. Upah pekerja turun dari 0.3% ke 0.2%, sementara tingkat pengangguran tidak berubah di 3.7%.

Dari perspektif FOMC, data-data di atas merupakan ilustrasi sempurna dari sebuah laporan yang "pas"; tidak terlalu mengkhawatirkan (sehingga bisa memicu pertimbangan untuk menunda kenaikan suku bunga), tapi juga tidak terlalu optimis (sehingga bisa diikuti dengan peningkatan laju Rate Hike). Dengan kata lain, ini adalah situasi yang tepat bagi The Fed untuk menerapkan kebijakan suku bunga sesuai dot plot saat ini.

Meskipun saham-saham Wall Street diperdagangkan di level rendah 3 minggu pada akhir pekan lalu, mata uang negara-negara G7 bergerak dalam range yang lebih stabil. Akan tetapi, ACY memperkirakan jika situasi yang sama hampir tak mungkin berulang di minggu ini, mengingat para trader forex akan fokus pada beberapa event penting di Eropa.

Dua peristiwa utama yang berlangsung pada pekan ini adalah voting parlemen Inggris terkait Brexit di hari Selasa (11/Desember), dan pertemuan ECB di hari Kamis (13/Desember). Kedua event fundamental tersebut berpotensi menggerakkan mata uang negara-negara G7 secara signifikan.

Konsensus pasar saat ini memperkirakan jika rencana Brexit akan ditolak di parlemen, dan hal itu akan berakibat negatif bagi Sterling. Sementara itu, rapat ECB kali ini akan menjadi pertemuan ketujuh di sepanjang 2018. Jika dilihat dari 6 rapat sebelumnya, EUR/USD selalu diperdagangkan turun (paling tidak) 1% usai meeting (kecuali pada pertemuan di bulan Desember).

Dengan memperhatikan situasi di atas, ACY memetakan range pergerakan EUR/USD di antara level 1.1290 dan 1.1415 dalam 3 minggu terakhir. Kisaran harga yang relatif sempit tersebut membuat sinyal-sinyal indikator teknikal berada di level netral. Mengingat data berdampak tinggi dari Zona Euro yang cenderung melemah di bulan lalu, ACY masih memilih untuk Short EUR/USD.

Di sisi lain, AUD/USD mengakhiri minggu lalu dengan pergerakan turun sebesar 1.25%. Padahal, pair tersebut sempat naik hingga ke level 0.7400 di awal pekan lalu. Key Support terdekat untuk AUD/USD berada di kisaran 0.7160. Break harga dari level tersebut akan membuka peluang penurunan ke dekat level terendah 2 tahun, yakni area 0.7020 yang tersentuh di pertengahan November 2018.

Seperti yang telah disiratkan di bagian sebelumnya, faktor penggerak utama GBP/USD untuk minggu ini adalah voting parlemen Inggris untuk rencana Brexit May. Karena proses tersebut diekspektasikan berakhir dengan kegagalan, maka Pound bisa bergerak menguat jika jumlah suara yang tidak setuju ternyata lebih sedikit dari perkiraan pasar.

Layaknya EUR/USD, USD/JPY cenderung diperdagangkan dalam pola sideways di satu bulan terakhir. Pair ini telah turun menembus MA 30, yang berada di level 113.25 dalam 5 sesi trading terakhir. Hal ini juga berakibat pada perubahan sinyal indikator momentum menjadi negatif. Level support minor berikutnya ada di kisaran 111.65, dengan poin support yang lebih kuat di area 111.30, yang merupakan level terendah 26 Oktober 2018.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Pasar Hadapi Risiko Baru, Aset Safe Haven Bisa Jadi Pilihan


Saat ini merupakan momen yang tepat untuk mengambil peluang dari aset safe haven seperti Yen Jepan dan Emas, karena munculnya volatilitas baru yang disebabkan oleh beragam situasi fundamental. Pergerakan Yen terapresiasi karena Dolar AS sedang melemah. Salah satu penyebabnya adalah NFP yang dirilis lebih rendah dari ekspektasi.

Selain itu, ada beberapa isu penting lain, seperti masalah Huawei yang telah mengoyak keyakinan pasar, dan kerusuhan di Prancis yang menumbuhkan berbagai keresahan. Maka dari itu, hedging risiko sebaiknya diprioritaskan menjelang akhir tahun. Dalam hal ini, ACY memfavoritkan Yen Jepang sebagai aset pilihan utama. Segala informasi fundamental saat ini mendukung pemanfaatan JPY sebagai aset safe haven untuk meng-hedging risiko. Mata uang tersebut sedang bergerak di kisaran 112.554, turun dari level sebelumnya di 112.911.

Akhir pekan lalu, AS melaporkan adanya penambahan lapangan kerja sebanyak 155,000 di bulan November. Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi yang mengharapkan penambahan sebesar 200,000. Ditambah lagi, revisi turun sebanyak 12,000 yang dikenakan pada angka NFP periode sebelumnya (Oktober), semakin menambah keresahan di pasar tenaga kerja AS.

Di sisi lain, upah dan tingkat pengangguran AS masih terpantau kuat. Upah tenaga kerja per jam dilaporkan berada di level 3.1%, sementara tingkat pengangguran konsisten bertahan di level rendah 3.7%. Tingkat partisipasi juga cukup stabil di kisaran 62.9%. Dengan data-data ketenagakerjaan lain yang masih cukup positif, melesetnya rilis NFP kemungkinan tak akan mempengaruhi kebijakan The Fed bulan ini. Bagaimanapun juga, Rate Hike Desember telah hampir pasti terjadi. Namun untuk outlook jangka panjang, performa buruk di pasar tenaga kerja akan membebani pergerakan USD.

Ketua The Fed saat ini, Jerome Powell, justru merasa cukup puas dengan kondisi data yang ada. Jadi sekalipun pasar memandang perkembangan di pasar tenaga kerja sebagai hal yang buruk, The Fed tak akan menyesuaikan proyeksi suku bunga mereka karena hal tersebut.

Sementara di Jepang, Leading Economic Index tercatat berada di level 100.5, lebih rendah dri ekspektasi di 104.8. GDP Jepang memperlihatkan hasil di -2.5%, juga lebih rendah dari konsensus yang memperkirakan pencapaian di -1.9%. Lebih dari itu, tensi perang dagang yang disebabkan masalah Huawei akan memberikan dampak yang paling besar. Dalam kondisi ini, ACY memproyeksi jika para investor akan lebih memilih Yen Jepang sebagai aset yang cocok untuk berlindung dari risiko.

Secara teknikal, pair USD/JPY anjlok setelah pembukaan sesi Asia kemarin. Descending Channel yang terbentuk pada chart di bawah ini memang belum tertembus, tapi harga sudah bergerak mendekati batas atasnya.

4680863e30b210a3ca67ec872f09964f.png

Sinyal-sinyal teknikal masih menunjukkan nuansa bearish. Namun, RSI sudah sedikit naik dari level 30. Momentum juga kembali ke kisaran 98. Jika harga turun menembus level psikologis 112, maka USD/JPY akan jeblok dan aksi sell-off bisa terjadi. Sebaliknya, harga akan rebound jika kondisi Oversold di indikator RSI telah terkonfirmasi, dan grafik RSI berbalik naik.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-analysis?affiliate=12229
 
Back
Top