radiaku
New member
Pada saat itulah sinar golok berkelebat, Pho Ang-soat yang
selamanya tidak sembarangan mengeluarkan senjatanya,
mendadak mencabut goloknya. Begitu sinar golok
menyambar, roti yang dipegang kedua bocah itu sudah
tertabas jatuh di tanah menjadi dua potong.
Kejadian yang mendadak itu keruan membuat kedua anak
itu kaget terpana, dengan menangis keras mereka berlari balik
ke samping sang nenek.
Yan Lam-hwi sendiri juga tertegun, dengan kaget dia
mengawasi Pho Ang-soat.
Golok Pho Ang-soat sudah kembali ke sarungnya,
wajahnya tidak memperlihatkan perubahan perasaan apa-apa.
Yan Lam-hwi menyeringai dingin, katanya, "Sekarang baru
aku mengerti, kecuali untuk membunuh orang golokmu itu
masih ada pula gunanya."
"Hm," Pho Ang-soat hanya mendengus dalam tenggorokan.
"Golokmu inipun berguna untuk menakuti bocah."
"Ya, tapi aku hanya menakuti satu macam bocah."
"Bocah macam apa?"
"Bocah yang berani membunuh orang."
Kembali Yan Lam-hwi melengak, perlahan dia menoleh,
dilihatnya si nenek sedang menyurut mundur sambil memeluk
kedua anak itu. Kedua bocah itu tidak menangis lagi, matanya
terbeliak, dengan penuh kebencian mereka melotot kepada
selamanya tidak sembarangan mengeluarkan senjatanya,
mendadak mencabut goloknya. Begitu sinar golok
menyambar, roti yang dipegang kedua bocah itu sudah
tertabas jatuh di tanah menjadi dua potong.
Kejadian yang mendadak itu keruan membuat kedua anak
itu kaget terpana, dengan menangis keras mereka berlari balik
ke samping sang nenek.
Yan Lam-hwi sendiri juga tertegun, dengan kaget dia
mengawasi Pho Ang-soat.
Golok Pho Ang-soat sudah kembali ke sarungnya,
wajahnya tidak memperlihatkan perubahan perasaan apa-apa.
Yan Lam-hwi menyeringai dingin, katanya, "Sekarang baru
aku mengerti, kecuali untuk membunuh orang golokmu itu
masih ada pula gunanya."
"Hm," Pho Ang-soat hanya mendengus dalam tenggorokan.
"Golokmu inipun berguna untuk menakuti bocah."
"Ya, tapi aku hanya menakuti satu macam bocah."
"Bocah macam apa?"
"Bocah yang berani membunuh orang."
Kembali Yan Lam-hwi melengak, perlahan dia menoleh,
dilihatnya si nenek sedang menyurut mundur sambil memeluk
kedua anak itu. Kedua bocah itu tidak menangis lagi, matanya
terbeliak, dengan penuh kebencian mereka melotot kepada