radiaku
New member
ketiga kalinya, mendadak terdengar "Plak", cangkir itu remuk
di tangannya. Seketika rona mukanya berubah, berubah putih
mulus dan mengkilap.
Hanya sekilas Pho Ang-soat melihat wajahnya, mendadak
dia maju, tangan bekerja bagai angin, sepasang sumpit dia
jejalkan ke dalam mulutnya, sekaligus dia menutuk pula
delapan Hiat-to di sekitar urat nadinya.
Yan Lam-hwi mengertak gigi sekerasnya, tapi tak mampu
menggigit putus sepasang sumpit itu, di antara dua baris gigi
atas bawah terdapat celah-celah lubang. Lekas sekali Pho
Ang-soat sudah mencekok sebotol puyer obat ke dalam
mulutnya, begitu kedua jarinya memegang dagu dan memijat
gerahamnya, mulutnya lantas terpentang lebih lebar, sumpit
jatuh obat pun tertelan.
Nona cilik itu sudah berdiri kaku ketakutan, diam-diam dia
menggeremet mundur hendak ngacir, tiba-tiba dilihatnya
sepasang mata dingin setajam pisau sedang mendelik
kepadanya.
Poci arak dan cangkir terbuat dari perak, segel dan tutup
guci jelas belum pernah disentuh orang. Tapi kenyataan Yan
Lam-hwi terkena racun, hanya tiga cangkir, tapi racun yang
bekerja ternyata sudah segawat ini, lalu darimana datangnya
racun dalam arak.
Segera Pho Ang-soat angkat guci itu lalu dibalik, arak
tumpah, sinar lentera yang benderang menyinari pantat guci,
tampak setitik sinar gemerdep. Begitu guci dia tepuk pecah,
maka ditemukan sebatang jarum putih beracun di dalam guci.
Jarum panjang satu setengah dim, tebal guci itu hanya satu
di tangannya. Seketika rona mukanya berubah, berubah putih
mulus dan mengkilap.
Hanya sekilas Pho Ang-soat melihat wajahnya, mendadak
dia maju, tangan bekerja bagai angin, sepasang sumpit dia
jejalkan ke dalam mulutnya, sekaligus dia menutuk pula
delapan Hiat-to di sekitar urat nadinya.
Yan Lam-hwi mengertak gigi sekerasnya, tapi tak mampu
menggigit putus sepasang sumpit itu, di antara dua baris gigi
atas bawah terdapat celah-celah lubang. Lekas sekali Pho
Ang-soat sudah mencekok sebotol puyer obat ke dalam
mulutnya, begitu kedua jarinya memegang dagu dan memijat
gerahamnya, mulutnya lantas terpentang lebih lebar, sumpit
jatuh obat pun tertelan.
Nona cilik itu sudah berdiri kaku ketakutan, diam-diam dia
menggeremet mundur hendak ngacir, tiba-tiba dilihatnya
sepasang mata dingin setajam pisau sedang mendelik
kepadanya.
Poci arak dan cangkir terbuat dari perak, segel dan tutup
guci jelas belum pernah disentuh orang. Tapi kenyataan Yan
Lam-hwi terkena racun, hanya tiga cangkir, tapi racun yang
bekerja ternyata sudah segawat ini, lalu darimana datangnya
racun dalam arak.
Segera Pho Ang-soat angkat guci itu lalu dibalik, arak
tumpah, sinar lentera yang benderang menyinari pantat guci,
tampak setitik sinar gemerdep. Begitu guci dia tepuk pecah,
maka ditemukan sebatang jarum putih beracun di dalam guci.
Jarum panjang satu setengah dim, tebal guci itu hanya satu