Re: Kanjeng Ratu Kidul
Nyuwunsewu, ikut rembug.
Saya berkeyakinan bahwa manusa biasa ngga mungkin interaksi dengan alam ghaib, apapun alasanya. Ke-ghaib-an hanya diperlihatkan kpd rasul-rasul yg diridhoi Allah (Al-Qur'an surat Al-Jin 26-27).
Alam ghaib dan penghuni2nya memang ada, namun ngga bisa kita masuki, melihat, apalagi sampe interaksi & transaksi.
Nah soal nyai roro Kidul, menurut pendapat saya, itu mah cuma mitos rakyat pesisir kidul jawa. Bisa jadi itu hanya karangan para penguasa (raja) jawa jaman dulu biar lebih dihormati/ditakuti rakyat. Bisa juga mitos ini berkembang berawal dari rakyat pesisir
/nelayan yg dulu miskin dan blm kenal agama samawi. Mengharap ada penguasa spiritual yg bisa memberi kemakmuran.
Jadi mohon maaf sama teman2 yg sudah panjang lebar mengaku pernah ketemu dgn. si Ratu Kidul, saya ngga munkin percaya.
Namun saya tetap menghargai Anda mengungkapkannya di forum ini sebagai masukan2 yg merangsang orang beropini dan bertukar pengetahuan. Bukan begitu ??
Terima kasih atas ulasannya, apapun anggapan dan keyakinan anda saya juga menghargai karena semua merupakan hak bebas diri kita masing2, mohon maaf utk moderator kalau ini dianggap OOT tapi ini juga perlu saya sampaikan.
Alif Laam mim....., hanya Allah yang tahu dan hanya Allah yang berkehendak. Bagaimana kalau Allah menghendaki ada seseorang bisa melihat hal yang ghaib ? Bagaimana kalau orang tersebut salah satunya adalah saya ? bukankah itu hak periogratif Allah sebagai wujud dari Janjinya : "Kalau bisa kamu goda hai Setan, godalah dan kulepas dia (manusia), tetapi bila tidak bisa kamu goda, dia (manusia) dalam Kuasa-KU". Arti dalam
Kuasa-KU itu sangatlah luas dan merupakan kemutlakan kehendak sekaligus keinginan Allah, sehingga ketika manusia sudah masuk ke dalam konteks arti Kuasa-KU maka tatkala Allah mengijinkan seseorang bisa melihat tetang hal yang Ghaib bahkan bertemu dengan Malaikat, itu hal yg wajar bila memang sudah selayaknya Manusia yg dimaksud telah menjalankan sesuai sistem yg dijanjikan Allah/Tuhan.
Saya bukan Nabi dan
SAYA TIDAK AKAN PERNAH BERSEDIA disamakan dengan Nabi. Nabi adalah seorang Manusia yang sudah diformat oleh Allah/Tuhan, tetapi kalau saya adalah Manusia yang sedang dalam mencari Format. Nabi adalah ibarat sample sebagai contoh perilaku yang dapat ditiru. Terciptanya sekian Nabi (25 Nabi) dan 5 yg Rasul adalah sebagai contoh pembentukan nilai2 akhlak moral manusia seperti yang dikehendaki Allah/Tuhan.
Tapi sampai saat ini tidak banyak orang menganggap demikian, sehingga Nabi seolah dianggap sebagai Tokoh yang selalu dikultuskan, sedangkan para Nabi dan Rasul sendiri tidak menghendaki untuk dikultuskan. Nabi/Rasul ibarat sebagai penuntun dan guru dalam perjalanan hidup kita, nah layaknya seorang Guru yang benar tatkala ada seorang siswanya bisa belajar dan menjadi pandai apakah Sang Guru tadi sakit hati dan merasa iri ? Guru yang baik dan bijaksana tidaklah demikian, justru Guru yang arogan dan otoriterlah yang mengharuskan siswanya seperti dirinya atau bahkan tidak boleh melebihi kemampuannya. Dan saya yakin semuaNabi/Rasul tidaklah demikian.
Agama itu tidak mencetak manusia untuk menjadi Bodoh, tetapi melalui pendidikan akhlak moralnya agama mengajarkan Manusia utk bersikap Bijaksana, karena orang yang Bijaksana akan mudah utk dipandaikan tetapi orang yg pandai belum tentu bijaksana. Satu lagi apakah urusan Ghaib hanya Nabi saja yang berhak mengenalnya ? Apakah kita yang terlahir sebagai Manusia biasa jauh dari dunia Ghaib. Saya kira pemikiran itu perlu di-upgrade lagi. Karena sebenarnya manusiapun bukan hanya merupakan seonggok daging, namun dalam diri manusia juga dilengkapi "Alat" kekuatan Ghaib yang luar biasa, namun permasalahannya apakah setiap manusia bisa menjangkau hal yg demikian ? Memang..!! Tidak semua manusia mampu demikian. Karena hal itu tergantung dari kualitas "Alat" yang dia miliki serta bagaimana dia memberadabkan dan memberdayakan "alat" yg ia miliki.
Nabi atau Rasul bagi saya hanyalah sebuah status yg disematkan Allah kepada manusia sebagai contoh pembelajaran akhlak moral, dan apakah salah atau tidak boleh apabila ketika ada manusia biasa yg telah mencontoh nabinya kemudian secara kemampuan mampu memiliki kemampuan seperti nabi atau bahkan melebihi nabi ? Kalau dibilang ‘
YA’ maka kita semua adalah orang2 yg salah karena telah memiliki kemampuan yg tidak dimiliki nabi, bisa menciptakan Komputer, pesawat terbang, HP, dsb. Bagi saya Manusia siapa saja berhak dihadapan Allah/Tuhan untuk belajar di Alam Jagad Raya dan seisinya, tidak saja Alam Jagad Raya Bumi ini, tetapi, Alam Jagad Setan/Jin ataupun Malaikat....., bahkan Alam Tuhan/Allah sekalipun (Lihat dan pelajari Asma'ul Husna, karena itu mewakili alam Allah).
Jadi kalau boleh saya katakan bahwa dalam ajaran Islam atau di seluruh ajaran Agama apapun mutlak dilakukan secara SISTEMATIS dan PROPORSIONAL, tidaklah bisa kita merujuk hanya pada satu ayat saja. Dan saya menganggap bahwa
Al Qur’ an bukanlah segala-galanya. Mengapa demikian ? Karena
yang segala-galanya adalah Allah pribadi. Al Qur’ an adalah produk Allah, dan kurang lebih sekitar 6000an lebih ayat dalam Al Qur’ an mengisyaratkan kita untuk belajar pada alam.
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109)
“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).
Nah …beranikah anda menghilangkan ayat yg tertulis di atas, yg didalam ayat ini terkandung makna bahwa ilmu Allah sangatlah luar biasa tanpa batas ?. Kalau anda hanya berpatokan pada satu ayat Al Qur’an yg anda maksud (Al-Qur'an surat Al-Jin 26-27) berarti anda juga sudah mengabaikan ayat2 yg lainnya, yg sebenarnya justru tugas kita untuk mencari makna yg sesungguhnya maksud dari seluruh ayat2 dalam Al Qur'an.
Tetapi kalau saya justru ingin lebih memahami mengapa Allah menulis demikian ? Karena dengan demikian saya tidak akan terjebak dalam sebuah peng-KLAIM-an opini.
Sebuah study banding,
“Seorang ahli medis yang melihat sperma akan berkata pemeriksaan sperma dalam laboratorium meliputi volume, jumlah dan struktur spema, gerakan sperma, ketebalan, keasaman dan kandungan gula dalam sperma.Volume sperma normal antara 1.5-5.0 mm per ejakulasi, sedangkan jumlah sperma normal bervariasi antara 20 sampai 150 juta sperma per mm. Paling sedikit 60% sperma memiliki bentuk dan gerakan normal. Sperma yang sudah dikeluarkan tidak boleh dibiarkan dalam udara terbuka karena sperma sangat sensitif terhadap perubahan suhu, untuk itu dalam waktu 15-30 menit sejak dikeluarkan sperma harus segera diperiksa. Tetapi tidak menutup kemungkinan kurun sekian tahun kedepan akan ditemukan metode “ALAT” yang lebih canggih lagi yang mengatakan bahwa didalam kandungan semen (cairan sperma) ada sebuah tanda2 kehidupan, yaitu tampak tangan,kaki, kepala, dsb”.
Maka dengan itu kita akan meyakini kebesaran Sang Pencipta, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu medis (orang awam), akan melihatnya tidak lebih dari “segumpal cairan kental”.
Oleh karena itu mari kita saling berkaca Sudahkah kita memiliki “ALAT” untuk memahami dan mengetahui segala ciptaan Allah, baik yang nyata ataupun Ghaib ?
Kalau "belum" tetap saja akan terjadi PERDEBATAN SENGIT dan takkan ada habisnya antara Ahli Medis dengan orang awam mengenai sperma. Sama seperti antara anggapan anda dengan saya tentang Alam Ke-Ghaib-an. Salam Damai. =b=