Main Saham Online Kini Lebih Menyenangkan di Lautandhana Online Trading | LOTS

Lautandhana Daily View 29 Agustus 2013

Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG berhasil rebound 58 poin setelah investor domestik lakukan aksi borong saham-saham murah. Penguatan IHSG dipengaruhi oleh sektor misc-industries (+4,4%), construction and property (+2,74%), finance( +1,53%) dan basic industrie (+1,52%), sedangkan yang menunjukkan pelemahan hanyalah sektor agrikultural (-0,75%). Meski demikian, aksi jual investor masih marak terkait situasi ekonomi yang belum kondusif dan sentimen negatif dari pasar global dan regional, bahkan indeks termasuk yang menukik paling parah di regional. Saham-saham top gainers di antaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.500 ke Rp 35.500, Mayora (MYOR) naik Rp 1.400 ke Rp 29.000, HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 1.000 ke Rp 62.000, dan Nippon Indosari (ROTI) naik Rp 500 ke Rp 6.600. Sementara saham-saham kategori top losers antara lain Taisho (SQBI) turun Rp 63.600 ke Rp 254.400, Multi Bintang (MLBI) turun Rp 20.000 ke Rp 1,15 juta, Goodyear (GDYR) turun Rp 750 ke Rp 22.000, dan Tigaraksa (TGKA) turun Rp 600 ke Rp 2.800.

Bursa AS kembali menguat disokong oleh pulihnya saham-saham industri energy karena naiknya harga minyak dunia yang dipicu oleh ketegangan yang terjadi di Suriah. Pasar ditutup dengan penguatan Indeks Dow Jones 14.824,51 (+0,3%). S&P 500 ke level 1.634,96 (+0,27%) dan Nasdaq level 3.593,35 (+0,4%). Di lain pihak, bursa Eropa ditutup melemah menyusul kekhawatiran investor terhadap kemungkinan serangan militer AS terhadap Suriah. Indeks FTSE turun 0,17% ke level 6.430,1, begitu juga dengan DJ Stoxx yang turun 0,2% ke level 2.742,6.

Hari ini kami perkirakan IHSG bergerak mixed cenderung menguat mengingat minat beli investor mulai meningkat pada perdagangan kemarin serta adanya kebijakan suku bunga BI yang akan diputuskan pada RDG BI hari ini yang diharapkan akan memicu sentimen positif terhadap bursa. Saham pilihan kami antara lain: ANTM dan SMGR.

sumber
 
Lautandhana Daily View 02 September 2013

Menutup perdagangan akhir pekan, IHSG menguat 91 poin atau 2,2% seiring dengan aksi beli investor asing dan domestik. Semua indeks sektoral kompak menguat dengan sektor basic-industries memimpin dengan kenaikan lebih dari 5%, diikuti sektor consumer goods (+4,95%) dan agricultural (+3,34%). Penguatan indeks ini merupakan dampak dari respon positif pasar terhadap kenaikan BI rate serta imbas dari positifnya laju bursa saham Asia. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Unilever (UNVR) naik Rp 2.850 ke Rp 31.200, HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 2.000 ke Rp 65.500, Indocement (INTP) naik Rp 1.600 ke Rp 19.700, dan Astra Agro (AALI) naik Rp 1.550 ke Rp 19.750. Sementara saham-saham kategori top losers antara lain Tower Bersama (TBIG) turun Rp 500 ke Rp 5.200, Bank Mega (MEGA) turun Rp 250 ke Rp 1.700, Adira Finance (ADMF) turun Rp 250 ke Rp 7.600, dan United Tractor (UNTR) turun Rp 200 ke Rp 15.800

Menlu AS, John Kerry mengumumkan pemerintah Suriah sudah melancarkan serangan gas beracun kepada warga sipil, namun Presiden Barack Obama belum mengambil keputusan final apakah militer AS akan masuk ke Suriah atau tidak. Selain ketegangan Suriah ini, data consumer spending AS yang mengecewakan juga turut membuat para investor cenderung menahan diri untuk tidak bertransaksi, sehingga bursa saham AS di akhir pekan ditutup negatif di tengah perdagangan yang sepi . Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq kompak melemah masing-masing pada level 13.810,3 (-0,2%), 1.633 (-0,3%), dan 3.589,9 (-0,8%). Bursa Eropa masih terus melemah menyusul jatuhnya saham-saham migas serta sentimen pasar yang masih negatif terhadap ketegangan di Suriah. Indeks FTSE dan Euro Stoxx anjlok masing-masing pada level 6.412,9 (-1,1%) dan 2.721,4 (-1,3%).

IHSG hari ini masih diperkirakan menguat dalam level terbatas mengingat minat asing yang mulai melaksanakan aksi nett buy pada akhir pekan lalu. Saham pilihan kami antara lain: SMGR.

sumber
 
Lautandhana Daily View 09 September 2013

Perdagangan di akhir pekan ditutup dengan IHSG yang bergerak positif yang didorong aksi beli selektif investor di saham-saham unggulan. Investor asing terus melanjutkan aksi jual saham dengan total nilai Rp 175,5 miliar. Hampir seluruh indeks sektoral menguat, terutama sektor basic-industries (+2,95%), misc-industries (+2,15%), manufaktur (+1,87%), dan consumer (+1,20%).Sedangkan beberapa sektor yang mengalami penurunan antaralain sector perdagangan (-1,04%) dan properti (-0,61%). Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.250 ke Rp 37.250, Unilever (UNVR) naik Rp 900 ke Rp 31.900, Indocement (INTP) naik Rp 800 ke Rp 19.500, dan Tiga Raksa (TGKA) naik Rp 500 ke Rp 3.550. Sementara saham-saham kategori top losers antara lain Matahari (LPPF) turun Rp 700 ke Rp 10.300, Nipress (NIPS) turun Rp 650 ke Rp 8.000, Samudra Indonesia (SMDR) turun Rp 525 ke Rp 3.000, dan HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 450 ke Rp 64.950.

Bursa Wallstreet kembali ditutup positif didorong kuatnya penjualan sector otomotif serta kemungkinan dilanjutkannya program stimulus the Fed karena laporan tenaga kerja yang mengecewakan, namun penguatan ini masih dibatasi oleh kekuatiran pasar akibat ketegangan Suriah. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq ditutup positif masing-masing di level 14.922,5 (+0,8%), 1.655,2 (+0,0%), dan 3.660 (+0,0%). Lemahnya laporan tenaga kerja AS yang meredakan sentimen akan dikuranginya program stimulus Fed pun membuat bursa Eropa ditutup positif. Selain itu, pertumbuhan industri manufaktur di AS dan China juga menjadi sentimen positif bagi pasar saham Eropa. Indeks DJ Euro Stoxx dan FTSE 100 kompak menguat pada level 2.803,4 (+1,1%) dan 6.547,3 (+0,2%).

Pergerakan IHSG hari ini diperkirakan bergerak mixed cenderung menguat didorong sentimen positif dari penguatan indeks regional dan global, namun masih dibatasi pelemahan mata uang Rupiah terhadap USD. Saham pilihan kami antara lain: SMGR.

sumber
 
Hot Topics & Opinion
6 Alasan Investor Asing Masuk Bursa Lagi

Kemarin IHSG ditutup naik 4% dan investor asing membukukan net buy senilai Rp1,57 triliun. Secara historis, pada saat investor asing mulai membukukan net buy diatas satu triliun rupiah (dari sebelumnya bearish dan net sell), maka itu adalah indikasi sebuah pembalikan arah. Begitu juga sebaliknya. Apakah net buy kali ini juga sebuah awal dari proses pembalikan arah market? Biar nanti waktu yang membuktikan.

Pertama, soal tapering The Fed, yang merupakan sumber terkuat dari semua permasalahan yang kita alami. Menurut survey terakhir, The Fed hanya akan mengurangi stimulus bulanan sebesar US$10 miliar saja dari dugaan semula US$20 miliar.

Kedua, data makro, manufaktur dan industri China terus menguat dalam dua bulan terakhir. China adalah partner dagang terbesar Indonesia, terutama untuk produk mineral. Dan menguatnya ekonomi China (yang tengah coba dibendung oleh pemerintahnya) adalah barometer menguatnya ekonomi dunia. Kredit China di bulan Agustus kembali melesat, hampir dua kali lipat dari bulan sebelumnya. Pabrik baja disana sudah beroperasi full capacity dan tetap saja masih belum cukup untuk memenuhi demand. Impor bijih besi China di Juli mencatat rekor tertingginya sepanjang sejarah dan mendongkrak naik ongkos kirim melalui kapal (shipping rates) ke level tertingginya sejak 2010.

Ketiga, satu potensi mimpi buruk turunnya cadangan devisa kita secara drastis kini sirna setelah Bank Indonesia mengadakan perjanjian swap bilateral dengan tiga negara, dan kalau perlu lebih banyak lagi.

Keempat, memang sudah ada perbaikan dibeberapa emerging market dalam sepekan terakhir, terutama sekali India. Rupee sudah rebound 6% dan tahukah Anda bahwa indeks saham mereka, Sensex Index, hanya kurang 3% lagi untuk kembali ke level tertingginya tahun ini? Itu India yang selama ini gambarannya begitu suram dan bahkan jauh lebih parah dari kita.

Kelima, ancaman militer terhadap Suriah rasanya tinggal kenangan. Harga minyak mentah terus turun dan ini penting untuk menjaga beban impor kita agar tidak melonjak diluar rencana.

Keenam, rasanya ada peran faktor politik domestik dengan munculnya nama Jokowi. PDIP telah mengatakan bahwa mereka akan mencalonkan Capres dan Cawapres dari internal partai yang artinya pasti ada nama Jokowi disitu dengan siapapun dia dipasangkan. Tidak masalah apakah Jokowi sebagai Capres ataupun Cawapres. Faktor Jokowi, bisa mendongrak perolehan suara PDIP dalam pemilu Legislatif 6 April 2014 mendatang hingga tercapai kuota 20%..

sumber
 
Lautandhana Daily View 12 September 2013

Pasca rebound signifikan di perdagangan sebelumnya, IHSG kemarin langsung terkena aksi profit taking investor yang kemudian ditutup melemah 0,2% di level 4.349,4. Tekanan jual marak terjadi pada saham‐saham sektoral aneka industry, industry dasar dan Infrastruktur. Koreksi IHSG sendiri bersifat terbatas sejalan dengan masi adanya akumulasi saham‐saham unggulan terutama sektoral pertambangan dan financial. Rupiah masih ditutup melemah di posisi Rp 11.480 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 11.430 per dolar AS. Asing mencatatkan transaksi net buy senilai Rp 599 miliar. Saham‐saham jajaran top gainers di antaranya Matahari (LPPF) naik Rp 600 ke Rp 11.700, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 600 ke Rp 29.900, Bukit Asam (PTBA) naik Rp 550 ke Rp 13.150, dan United Tractor (UNTR) naik Rp 400 ke Rp 17.400; sedangkan saham‐saham kategori top losers antara lain Tiga Raksa (TGKA) turun Rp 850 ke Rp 2.700, Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 750 ke Rp 13.750, Indocement (INTP) turun Rp 600 ke Rp 19.950, dan Gowa Makassar (GMTD) turun Rp 500 ke Rp 6.000.

Bursa AS dan Eropa semalam kembali ditutup cenderung menguat pasca ditundanya agresi militer AS terhadap Suriah terkait dengan negosiasi penghapusan penggunaan senjata kimia oleh Suriah. Presiden AS, Barack Obama memberikan opsi lain dengan mangajukan proposal kepada Suriah untuk menyerahkan gudang senjata kimia kepada pengadilan internasional. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat masing‐masing ke level 15.326,6 (+0,9%) dan 1.689,1 (+0,3%) sedangkan indeks Nasdaq terkoreksi tipis sebesar 0,1% ke level 3.725 akibat anjloknya saham Apple terkait dengan mengecewakannya penjualan Iphone murah. Sementara itu, indeks FTSE 100 dan DJ Euro Stoxx cenderung menguat terbatas masing‐masing sebesar 0.1% dan 0,4% untuk ditutup ke level 6.588,4 dan 2.863,4.

IHSG hari ini kami perkirakan masih bergreak berfluktuatif terbatas. Sentimen dalam negeri seperti: ancaman inflasi yang masih liar (lonjakan harga kedelai), pelemahan rupiah dan defisit current account menjadi katalis koreksi indeks. Saham pilihan kami adalah SMGR dan ADRO.

sumber
 
ELTY Lawan Gugatan Pailit

ELTY mengajukan keberatan atas gugatan PKPU yang dilayangkan pihak Bank of New York Mellon melalui cabangnya di London mengingat gugatan tersebut dinilai tidak sesuai prosedur karena tidak ada tanda tangan dari pihak kreditur selaku penggugat. Sebagai informasi, Bank of New York meminta percepatan pembayaran obligasi anak usaha ELTY atas nama BLD Investment Ltd sebesar Rp 1,55 T.

KIJA Tambah Apartemen

KIJA menginvestasikan Rp120 miliar untuk menambah 1 menara apartemen Elvis Tower di kawasan Hollywood Arcade, Kota Jababeka, Bekasi dengan harga yang ditawarkan mulai dari Rp 300 juta per unit. Kenaikan harga apartemen diproyeksikan mencapai 2,5-5% per tahun.

DYAN Incar Pertumbuhan 130%


DYAN menargetkan pendapatan tahun ini mencapai Rp1,3 T dan dipatok 130% pada tahun depan ditunjang oleh kontribusi omzet 5 hotel baru yang segera selesai pembangunannya pada Desember 2013.

ANTM Evaluasi Emisi Obligasi


Kondisi ekonomi makro, pasar financial, dan harga komoditas yang masih tidak menentu membuat ANTM hingga saat ini belum dapat memutuskan rencana penerbitan obligasi senilai Rp1 triliun. Rencana penerbitan obligasi sejak awal 2013 itu merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan senilai maksimal Rp4 triliun

ICBP Tuntaskan Akuisisi Pepsi-Cola

ICBP melalui perusahaan patungannya dengan Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd, yaitu PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM) dan PT Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB) menuntaskan transaksi akuisisi atas seluruh saham PT Pepsi-Cola Indobeverages senilai US$30 juta atau setara Rp 340,5 miliar, AIBM dan IASB mengakuisisi saham Pepsi-Cola masing-masing sebanyak 264,11 juta dan 15.000 saham.

Pemegang Saham AISA Lakukan Restrukturisasi Internal


Primanex Limited dan PT Tiga Pilar Corpora, pemegang saham mayoritas AISA, melakukan restrukturisasi internal dengan melakukan jual beli 114,39 juta lembar atau 3,9% dari total saham perseroan dengan nilai transaksi mencapai Rp 164,7 miliar. Setelah transaksi ini, Primanex kini menguasai 8,14% saham AISA sedangkan PT Tiga Pilar Corpora memiliki 14,38% total saham AISA yang beredar di pasar sebanyak 2,93 miliar saham.

WIKA Segera Akuisisi Sarana Karya

WIKA akan segera merealisasikan proses akuisisi saham PT Sarana Karya (Persero) sebanyak 5.000 saham yang awalnya dimiliki pemerintah. Sebelumnya, WIKA menargetkan proses akuisisi Sarana Karya dapat rampung 1Q13 tetapi ternyata tertunda karena menunggu peraturan pemerintah.

MYOH Incar Pertumbuhan 20%-30%


MYOH memprediksi pendapatan dan laba bersih pada 3Q13 dapat meningkat 20%-30% dari perolehan pada 1H13 sebesar Rp 1,11 Triliun dan laba bersih Rp 86,83 miliar. Kenaikan laba bersih pada 3Q13 ini ditopang oleh efisiensi peralatan yang sudah ada.

Marketing Sales APLN Tumbuh 24,9%

Periode Januari sampai Agustus 2013 APLN berhasil meraih marketing sales senilai Rp3,91 trilyun, tumbuh 24,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Proyek The Podomoro City menjadi kontributor utama dengan memberikan pendapatan sekitar 45 persen dari total pendapatan dan proyek Metri Park Residence memberikan sumbangan pendapatan 14%
 
Rekomendasi Mingguan Lautandhana 16 September 2013

IHSG naik 300 poin dari sekitar level 4.072 ke level 4.375 sepanjang pekan lalu. Selain karena dorongan sentimen positif yang berasal dari global market, investor juga merespon positif data cadangan devisa RI yang tertahan diatas US$92 miliar dan kenaikan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,25%. Aksi beli pun tidak datang hanya dari investor lokal, tetapi juga investor asing yang tercatat hingga lebih dari dua triliun rupiah.

Apa yang dilakukan Bank Indonesia, dengan melakukan kerjasama bilateral swap valas dan menaikkan suku bunga acuan, adalah upaya preventif untuk meredam dampak negatif yang mungkin masih ada saat bank sentral Amerika, yaitu Federal Reserve, memberi kepastian atas rencana pengurangan stimulus ekonominya (tapering) pada FOMC meeting 17-18 September atau pekan ini.

Pengumuman The Fed tersebut, tentu saja dengan tetap memperhatikan besar skala tapering-nya dan catatan Bernanke yang menyertainya, diduga tidak akan memicu panic selling gelombang kedua. Hal ini karena tapering telah lama menjadi concern investor, yaitu sejak digulirkan pada pertengahan Mei 2013 lalu dan harga saham pun telah pula merefleksikan dampak negatif tapering tersebut.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kami memutuskan untuk mempertahankan saham ADRO yang pekan ini telah masuk dalam Tabel Portfolio karena target beli di level Rp880 tercapai.

Berikut adalah tabel saham-saham pilihan Lautandhana selengkapnya untuk rekomendasi pekan ini.

Lanjutan
 
Lautandhana Daily View 25 September 2013

IHSG kemarin ditutup terkoreksi cukup dalam hingga ke level 4.460,4 (-2,2%) akibat derasnya tekanan jual yang dilakukan oleh investor baik di saham unggulan dan lapis kedua keseluruhan sektoral IHSG. Ketidak pastian realisasi pengurangan stimulus QE3 The Fed merupakan katalis aksi profit taking investor. Asing sendiri kemarin merealisasikan transaksi net sell senilai Rp 625 miliar. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Chandra Asri (TPIA) naik Rp 300 ke Rp 4.000, Saratoga (SRTG) naik Rp 200 ke Rp 4.700, Indofood CBP (ICBP) naik Rp 150 ke Rp 10.850, dan Elang Mahkota (EMTK) naik Rp 150 ke Rp 5.350; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 2.100 ke Rp 37.150, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 1.700 ke Rp 67.300, Bukit Asam (PTBA) turun Rp 800 ke Rp 13.200, dan Indocement (INTP) turun Rp 700 ke Rp 20.000.

Bursa AS semalam kembali ditutup terkokeksi sejalan dengan sikap investor yang menanti rapat APBN AS dan batasan pinjaman antara Pemerintah dan Kongres ditengah meredanya konflik Timur Tengah. Presiden Barack Obama mengindikasikan adanya kesepakatan terbaru Iran untuk menyelesaikan konfrontasi atas program nuklir Iran. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing ditutup melemah sebesar 0,4% dan 0,3% berada di level 15.334,6 dan 1.697,4.

Sementara itu, bursa Eropa semalam mampu terjadi rebound ditopang oleh lonjakan harga saham sektoral telokomunikasi, yakni Telecom Italia (TIT) SpA naik 1,7% pasca Telefonica SA setuju untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di Telecom Italia; sedangkan Nokia Oyj melonjak 2,4% setelah pengadilan AS menemukan pelanggaran 2 hak paten yang dilakukan oleh HTC Corp. Indeks DJ Euro Stoxx dan FTSE 100 menguat masing-masing ke level 2.922,9 (+0,6%) dan ke level 6.571,5 (+0,2%).

IHSG hari ini kami perkirakan kembali berpotensi terjadi koreksi seiring dengan sell on news terkait pengurangan stimulus The Fed yang tak lain merupakan berita basi. Saham pilihan kami adalah ADRO dan KIJA.

sumber
 
Lautandhana Daily View 26 September 2013

IHSG kembali melanjutkan tren pelemahannya di perdagangan kemarin untuk kemudian ditutup berada di level 4.406,8 (-1,2%). Lagi-lagi penyebabnya adalah jadi tidaknya pengurangan stimulus QE3 The Fed sehingga menyebabkan maraknya aksi tekanan jual investor. Asing tercatat mencetak transaksi net sell senilai Rp 578 miliar. Terkecuali sektoral perkebunan yang ditutup menguat, seluruh sektoral IHSG mengalami tekanan jual signifikan dan dipimpin oleh koreksi saham-saham sektoral industry dasar. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Astra Agro (AALI) naik Rp 550 ke Rp 19.600, Tower Bersama (TBIG) naik Rp 250 ke Rp 5.900, Nipress (NIPS) naik Rp 250 ke Rp 9.050, dan Indomobil (IMAS) naik Rp 250 ke Rp 5.450; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 2.200 ke Rp 29.600, Solusi Tunas (SUPR) turun Rp 900 ke Rp 6.800, Indocement (INTP) turun Rp 900 ke Rp 19.100, dan HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 800 ke Rp 66.500.

Bursa AS semalam masih ditutup melanjutkan pelemahannya namun dalam kisaran terbatas sejalan sikap wait and see investor atas pembahasan APBN dan debt ceiling AS. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melemah ke level 15.273,3 (-0,4%); 1.692,8 (-0,3%) dan ke level 3.761,1 (-0,2%). Sementara itu, bursa Eropa semalam cenderung ditutup mixed karena investor menanti hasil pembahasan APBN AS. Saham Nordea Bank anjlok 2,6% dan saham Carnival Corp jatuh cukup dalam 6,7% sedangkan ThyssenKrupp AG berhasil rebound sebesar 3,7% seiring dengan Cevian Acpital meningkatkan kepimilikannnya dalam holding ThyysenKrupp. Indeks FTSE 100 melemah 0,3% ditutup pada level 6.551,5 sedangkan DJ Euro Stoxx ditutup menguat ke level 2.927,4 (+0,2%).

Hari ini IHSG masih akan melanjutkan tren koreksinya dengan kecenderungan terbatas pergerakannya. Saham pilihan kami adalah ADRO dan KIJA.

sumber
 
Berita Emiten 26 September 2013

ELTY Janji Bayar Utang Rp1,5 Triliun

Setelah memenangkan gugatan PKPU oleh Bank of New York Mellon, ELTY berjanji akan membayar lunas utangnya senilai total US$155 juta kepada para kreditur dengan cara mencicil. Bahkan, perseroan berharap pembayaran utang secara keseluruhan bisa diperpanjang hingga 2016 dari jadwal utang jatuh tempo di 2015.

ADES & MYOR Kaji Kenaikan Harga

ADES dan MYOR akan menaikkan harga jual produk mereka jika pemerintah mengenakan bea masuk atas bahan baku untuk kemasan plastik jenis PET. Seperti diketahui sejumlah produsen PET dalam negeri telah mengajukan petisi anti-dumping kepada Komite Anti Dumping Indonesia. Penerapan bea masuk anti dumping (BAMD) akan berdampak langsung terhadap beban bahan baku kedua perseroan.

ADHI Cari Dana Rp2 Triliun

ADHI mencari pendanaan eksternal sebesar Rp2 triliun untuk pembangunan proyek monorel Jabodetabek, yang rencananya akan diperoleh melalui penerbitan obligasi atau pinjaman bank. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan proyek monorel koridor Kuningan-Bekasi Timur dan Cawang-Cibubur yang diprediksi menelan dana Rp1,2 triliun.

Komposisi Ekspor TCID Naik 2,5%

Komposisi penjualan ekspor produk TCID hingga saat ini telah mencapai 30% atau meningkat 2,5% dibandingkan dengan penjualan sepanjang tahun lalu, dipengaruhi kondisi melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Selama 2012, komposisi penjualan ekspor 27,5% dengan nilai Rp510,18 miliar sedangkan saat ini penjualan ekspor mencapai Rp296,7 miliar.

DUTI Rampungkan Akuisisi Wijaya Pratama

DUTI telah menyelesaikan proses akuisisi PT Wijaya Pratama Raya dengan nilai Rp268 miliar yang dananya berasal dari kas internal. Perseroan membeli 83,73 juta saham atau setara dengan 64,25% kepemilikan Wijaya Pratama. Transaksi pembelian saham tersebut juga termasuk transaksi afiliasi karena terdapat kesamaan anggota dewan komisaris dan direksi.

TKIM Jaminkan Saham Oki Pulp & Paper

TKIM akan menjaminkan seluruh saham kepemilikan perseroan sebesar 35,29 persen di PT Oki Pulp & Paper Mills (OKI) senilai Rp300 milyar sebagai jaminan pinjaman dari China Development Bank Corporation (CDB). OKI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pulp dan tissue yang didirikan dan berpusat di Jakarta. Total nilai investasi yang akan dilakukan oleh OKI direncanakan mencapai US$3 milyar dengan kapasitas produksi pulp dan tissue sebesar 2 juta ton dan 500 ribu ton per tahun. Produksi komersial pulp dan tissue direncanakan pada kuartal kedua tahun 2016.

SMRA Akuisisi Saham Dua Perusahaan Properti

SMRA melalui anak usahanya, PT Inovasi Jaya Properti, mengakuisisi saham PT Kencana Jayaproperti Agung (KPA) dan saham PT Kencana Jayaproperti Mulia (KPM) masing-masing sebesar 40,8% atau senilai total Rp 284,78 miliar. Saham-saham tersebut diakuisisi PT Inovasi Jaya Properti dari Colliman Limited. Adapun dilakukannya aksi korporasi tersebut adalah untuk meningkatkan persediaan lahan (landbank) SMRA melalui penyertaan modal dalam KPA dan KPM yang telah memiliki tanah seluas sekitar 2.510.864 meter persegi yang terletak di Bogor, Jawa Barat.
 
Investor Reference 30 Sep 2013
LOTS Trading Club™ | lots.co.id
Lautandhana Securindo | YJ

"Drama Amerika, Shutdown or Not?"


DPR AS yang dikuasai Republik melakukan voting keduanya pada Minggu pagi dan kembali menang dengan 231 vs 192 untuk menyerahkan rancangan spending bill versi mereka kepada Senat. Senat yang dikuasai Demokrat sebelumnya telah mengembalikan RUU yang telah direvisi hasil voting DPR yang pertama. Kini "bola volley" tsb kembali berada ditangan Senat yang akan bekerja mungkin hingga larut malam nanti (pagi hari WIB) untuk menghasilkan kesepakatan.

RUU anggaran tersebut, jika disetujui Senat, akan mendanai kegiatan pemerintahan AS hingga 15 Desember mendatang. Namun jika tidak, akan terjadi pemberhentian 800.000 pekerja publik (shutdown) hingga Kongres AS mencapai kesepakatan.

Kubu Republik melalui DPR akan meloloskan rancangan spending bill tsb menjadi UU hanya jika Demokrat di Senat setuju untuk menunda realisasi Obama’s Affordable Care Act (Obamacare) selama setahun. Obama dan Demokrat sejauh ini masih bersikeras mempertahankan Obamacare. Pendapat mengatakan, setidaknya Senat Demokrat dan seluruh staffnya harus berinisiatif tidak ikut menerima manfaat Obamacare untuk menunjukkan niat baiknya dan meluruhkan 'hati' DPR.

Bagaimana reaksi Wall Street jika shutdown terjadi? Satu pendapat yang bisa mewakili jawaban atas pertanyaan tersebut adalah: "A shutdown is just one domino, if it falls, it will cause a series of unknowns, and those unknowns are impossible to quantify."

Berkaca pada sejarah, selama shutdown yang terjadi sejak 15 Des 1995 hingga 6 Jan 1996, indeks S&P 500 naik 0.1%. Lalu saat shutdown yang terjadi pada 13-19 Nov 1995, indeks S&P 500 naik 1.3%, demikian data dari SentimenTrader.com. Senator Demokrat Richard Durbin dari Illinois, memprediksi shutdown akan terjadi dalam dua hari.
me @ LOTS Trading Club (LTC)
 
Lautandhana Daily View 30 September 2013

IHSG akhir pekan berhasil terkerek naik dari level 4.405,9 ke 4.423,7 meski minim sentimen positif. Aksi beli tetap dilakukan investor yang memburu saham-saham murah. Asing kembali mencatatkan transaksi net sell senilai Rp182 miliar. Adapun sektor yang memimpin penguatan diantaranya sektor misc-industries, consumer, infrastruktur dan manufaktur dengan kenaikan masing-masing 1,19%, 0,94%, 0,87% dan 0,83%. Sedangkan sektor pertambangan, agrikultur, perdagangan umum dan properti terpaksa ditutup melemah di akhir pekan. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Nipress (NIPS) naik Rp 1.750 ke Rp 10.700, Indofood CBP (ICBP) naik Rp 450 ke Rp 10.650, Adira Finance (ADMF) naik Rp 300 ke Rp 8.200, dan Indofood (INDF) naik Rp 250 ke Rp 7.050. Sementara saham-saham kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.050 ke Rp 27.500, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 600 ke Rp 65.400, Surya Toto (TOTO) turun Rp 350 ke Rp 7.600, dan Astra Agro (AALI) turun Rp 350 ke Rp 19.450.

Bursa saham Wallstreet anjlok menyusul kekhawatiran akan keterbatasan anggaran pemerintah AS yang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi di negara terbesar di dunia tersebut. Partai Republik dan Partai Demokrat saat ini sedang berdebat untuk penggunaan dana darurat demi menghindari habisnya anggaran tersebut. Pemerintah AS sendiri sudah mendekati batas waktu penentuan anggaran yang bisa berujung kepada ditutupnya operasional pemerintah pada 1 Oktober mendatang.

Akhir pekan lalu, Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq ditutup masing-masing pada level 15.258,2 (-0,46%), 1.691,8 (-0,41%) dan 3.781,6 (-0,2%). Bursa Eropa juga ikut melemah imbas dari gejolak politik di Italia dan masalah anggaran AS. Indeks DAX dan FTSE 100 ditutup masing-masing pada level 2.919,3 (-0,1%) dan 6.512,7 (-0,8%).

Tekanan jual masih menghantui perdagangan saham pada hari ini mengingat kekhawatiran pasar akan anggaran AS serta penantian pasar akan data dalam negeri seperti tingkat inflasi dan trade balance, sehingga IHSG diperkirakan bergerak mixed cenderung melemah. Saham pilihan kami antara lain: TIJA dan ADRO.

sumber
 
Investor Reference 1 Oct 2013
LOTS Trading Club™ | lots.co.id
Lautandhana Securindo | YJ

IDETrading: TINS. Apa yang tengah coba dilakukan oleh TINS sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada emiten lain di industri tambang dan perkebunan. TINS tengah berupaya mengurangi ekspor dengan harapan harga jual naik (dan berhasil). Ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah mineral, dengan melarang ekspor timah yg memiliki purity level below 99,9% sejak 1 Juli, memaksa buyer melakukan deal melalui BKDI (ICDX) per 30 Agustus lalu, serta menasionalisasi Koba Tin (kemungkinan besar dijual ke TINS).

Ekspor timah dari Indonesia, yg menguasai 40% pasar ekspor dunia pun anjlok ke level terendahnya dalam 2 tahun terakhir menjadi 6.500an ton pada Jul-Aug dari 11.111 ton di Juni. Ekspor timah diprediksi akan terus merosot hingga Des nanti menjadi hanya 3.000an ton saja per bulan. Alhasil, stock timah dunia yg tercatat di LME merosot menjadi 13.740 ton pekan lalu dari level tertingginya tahun ini di 15.440 ton akhir Agustus.

Resources-hungry China akan terus memburu komoditas timah hingga ke kolong jagat untuk mengamankan cadangan domestiknya. Salah satu penggunaan timah yg tengah booming adalah utk produk ponsel. Sebuah ponsel butuh setidaknya 0,7 gram timah utk solder (1,75 miliar ponsel terjual pada 2012). Satu bulan ekspor Indonesia bisa terserap seluruhnya hanya untuk kebutuhan ponsel, belum termasuk gadget dan perangkat elektronik lainnya.

Harga timah berpeluang menembus $25.000 sebelum akhir tahun. Itu adalah resisten kuat tin yang 2x gagal ditembus pada Feb 2012 dan Jan 2013 silam. Sukrisno, Dirut TINS memprediksi harga timah dapat mencapai $28.000 pada akhir tahun. All time high tin adalah $33.300 pada Apr 2011. LOTS Trading Club rekomendasi BoW TINS dengan target medium term kembali menyentuh level tertingginya tahun ini di Rp1.780 (potensial upside +12%).
me @ LOTS Trading Club (LTC)
 
Lautandhana Daily View 01 Oktober 2013

Mengawali pekan, IHSG anjlok hingga 107 poin, terdalam se-Asia, akibat aksi jual investor yang cukup marak. Investor asing mencatatkan net sell senilai Rp805,9 miliar. Ramainya sentimen negatif yang beredar dari pasar regional serta global, seperti masalah anggaran AS membuat para investor langsung mengamankan portofolio dengan melepas saham sebelum harga semakin jatuh. Seluruh indeks sektoral ditutup pada zona merah, dengan sektor yang terkoreksi paling dalam adalah basic industries (-4,66%) disusul finance (-2,90%) dan consumer (-2,79%). Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Nipress (NIPS) naik Rp 450 ke Rp 11.150, Chandra Asri (TPIA) naik Rp 4o0 ke Rp 3.900, Acset (ACST) naik Rp 325 ke Rp 2.850, dan Bank Mayapada (MAYA) naik Rp 260 ke Rp 1.310. Sementara saham-saham top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.300 ke Rp 35.000, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.200 ke Rp 26.300, Indocement (INTP) turun Rp 1.000 ke Rp 18.000, dan Unilever (UNVR) turun Rp 800 ke Rp 30.150.

Ancaman penghentian sebagian operasional pemerintah AS akibat masalah anggaran yang belum disepakati membuat bursa Wallstreet ditutup melemah. Proposal yang diajukan Partai Republik untuk memundurkan rencana Obamacare selama setahun demi mengembalikan dana kepada anggaran pemerintah sebelum tenggat waktu tengah malam 1 Oktober ini ditolak oleh Partai Demokrat.

Indeks Dow Jones melemah 0,84% ke level 15.129,67. Indeks Standard & Poor's 500 turun 0,60% ke level 1.681,55. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 0,27% ke level 3.771,48. Bursa Eropa juga melanjutkan pelemahan sebagai imbas dari permasalahan anggaran AS dan gejolak politik di Italia yang memanas. Indeks DAX dan FTSE sama-sama melemah di level 2.893,2 (-0,9%) dan 6.462,2 (-0,8%).

IHSG diperkirakan akan bergerak mixed mengingat kecenderungan investor yang bersikap wait and see akan perkembangan pasar hari ini, seperti pengumuman data inflasi, neraca perdagangan, dan langkah pemerintah AS atas anggarannya. Saham pilihan kami antara lain: TIJA dan ADRO.

sumber
 
oWIireBGs21668.jpg
 
Lautandhana Daily View 02 Oktober 2013

IHSG berhasil menguat berkat aksi beli investor domestik yang termotivasi data inflasi dan neraca perdagangan bulan September yang membaik. Badan Pusat Statistik melaporkan selama September 2013 telah terjadi deflasi hingga 0,37% atau 7,75% yoy. Ramainya pemberitaan mengenai operasional pemerintah AS yang di shut down kemarin tidak membuat pelaku pasar berhenti memburu saham. Hampir seluruh sektor saham berada di zona hijau dengan sektor basic industries dan infrastruktur memimpin penguatan, sedangkan sektor yang terpaksa memerah antaralain misc-industries (-1,71%) dan pertambangan (0,79%). Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Nipress (NIPS) naik Rp 1.150 ke Rp 12.300, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 950 ke Rp 35.950, Indocement (INTP) naik Rp 450 ke Rp 18.450, dan Semen Indonesia (SMGR) naik Rp 300 ke Rp 13.300. Sementara saham-saham kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 800 ke Rp 25.500, Bukit Asam (PTBA) turun Rp 350 ke Rp 12.400, Supreme Cable (SCCO) turun Rp 300 ke Rp 4.500, dan Bank Mayapada (MAYA) turun Rp 250 ke Rp 1.060.

Meskipun pemerintahan AS ditutup kemarin, bursa Wallstreet berhasil rebound cukup tinggi. Rupanya para investor percaya bahwa penutupan ini hanya sementara dan berharap bahwa ketika pemerintah beroperasi kembali maka harga saham akan kembali menanjak.

Pada penutupan kemarin, indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq kompak menguat masing-masing pada level 15.191,7 (+0,4%), 1.695,0 (+0,8%), dan 3.818,0 (+1,2%). Keyakinan yang sama ditunjukkan pelaku pasar Eropa, membawa bursa ditutup positif pada perdagangan kemarin. Pasar juga didukung oleh membaiknya data industri manufaktur dan telekomunikasi di Eropa. Indeks DAX ditutup menguat pada level 2.933,0 (+1,4%) sedangkan FTSE menipis kurang dari 0,1% pada level 6.460,0.

Indeks hari ini diperkirakan mixed berpotensi melanjutkan penguatan berkat data deflasi dan neraca perdagangan yang baik dan indeks global dan regional yang relatif menguat. Namun pasar masih harus tetap waspada mengingat masih adanya aksi jual investor asing. Saham pilihan kami antara lain: TIJA dan ADRO.

sumber
 
Berita Emiten

BUMI Masih Merugi

BUMI pada 1H13 meraih pendapatan usaha sebesar US$1.86 milyar, turun sekitar 4,6% yoy dibandingkan Rp1.95 milyar pada 1H12. Merosotnya penjualan dan naiknya beban pokok pendapatan sebesar 6,4% yoy membuat laba kotor semakin terpuruk dengan koreksi 32,2% yoy menjadi US$375.80 juta dari US$554.08 juta. Namun kerugian bersih yang diderita BUMI pada 1H13 berkurang sekitar 19,3% menjadi US$269.73 juta dari rugi bersih US$334.11 juta pada 1H12, disebabkan berkurangnya beban lain-lain bersih dari US$506.45 juta menjadi US$420.58 juta akibat berkurangnya beban bunga dan keuangan dan menyusutnya rugi atas transaksi derivatif.

ATPK Cetak Laba Rp14,42 M

Kinerja keuangan ATPK di paruh pertama tahun ini terbilang memuaskan dengan laba usaha mencapai Rp15,40 milyar dibandingkan paruh pertama tahun lalu dengan rugi usaha Rp6,24 milyar dan laba komprehensif sebesar Rp14,42 milyar dari rugi komprehensif Rp7,24 milyar.

ISAT dan Pos Indonesia bekerja sama

ISAT dan Pos Indonesia bekerja sama untuk pemanfaatan infrastruktur dan penyediaan layanan telekomunikasi bersama untuk masyarakat. Bentuk kerjasama saling menguntungkan itu antara lain meliputi pengembangan branding bersama (co-branding), penjualan Starter Pack, pengembangan Postal Mobile Financial Services, pengembangan agen Dompetku, serta pemanfaatan masing-masing infrastruktur kedua belah pihak dalam memberikan layanan yang lebih luas kepada masyarakat.

WIKA akan realisasikan akuisisi PT Sarana Karya

WIKA menargetkan dapat merealisasikan rencana akuisisi PT Sarana Karya (Persero), yang bergerak di bidang industri pertambangan aspal alam, pada akhir tahun 2013 sebagai langkah pengembangan bisnis perseroan tahun 2014. Eksekusi rencana perusahaan itu menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) yang dijadwalkan bisa terealisasi dalam waktu dekat. Pabrik aspal alam itu rencananya dibangun dalam waktu 1 tahun dan diharapkan bisa berproduksi pada tahun 2015. Perseroan mengharapkan akan memproduksi hingga 300.000 metrik ton aspal blended dengan mendirikan 6 pabrik pengolahan aspal di dekat Pulau Buton.

Bayar Bunga Obligasi, BTPN Siapkan Rp12,1 M

BTPN akan melakukan pembayaran bunga obligasi I Tahap I Tahun 2011 dengan total pembayaran Rp12,1 miliar. Pembayaran itu terdiri untuk pembayaran bunga obligasi seri A sebesar Rp3,8 miliar. Untuk pembayaran bunga seri B Rp8,2 miliar. Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2011 seri A sebesar Rp165 miliar dengan suku bunga 9,25% per tahun. Untuk obligasi berkelanjutan I Tahun 2011 seri B sebesar Rp335 miliar dengan suku bunga 9,9% per tahun.

Sumber: Bisnis Indonesia, Investor Daily, Kontan, Detik Finance
 
Back
Top