Sistem pendidikan Home-Schooling jauh lebih efektif daripada Public School.

Kelompok anda masuk ke dalam tim


  • Total voters
    20
  • Poll closed .
Status
Not open for further replies.
xixixi.. now.. team anda ingin menanamkan bahwa.. dengan home schooling.. anak bisa lebih fokus di suatu topik tertentu kan..?? itu kan yang anda mau angkat sebagai efektif..?? karena fokus..??

ya itu saya angkat kursus..
utk fokus.. anak yang berada di public school.. bukan tidak mendapatkannya, terlebih masih banyak pilihan kursus utk mengembangkan bakat yang mungkin terasa kurang terasah di public school..
no problem toh..??

so.. dimana lebih effectivenya home schooling..??

and for bos miki miki.. kalau anda mengangkat hanya..
xixixi
saya balik ya pertanyaannya..

apa dengan hanya home schooling anda bisa ikut ujian nasional..?? bisa meneruskan ke perguruan tinggi..?? <<< ini nya aja belum saya bahas lho.. perguruan tingginya ini yang home schooling apa yang public..?? jiahaha
bisa jadi presiden..??
xixixi.. tidak juga kan..??

(dan ini saya belum bicara topik yang kita bahas ini case per case atau globally lho.. xixixi.. padahal ini sangat terkait dengan pembahasan mengenai efektifitas yang ditekankan di topik)
 
Last edited:
xixixi.. now.. team anda ingin menanamkan bahwa.. dengan home schooling.. anak bisa lebih fokus di suatu topik tertentu kan..?? itu kan yang anda mau angkat sebagai efektif..?? karena fokus..??

ya itu saya angkat kursus..
utk fokus.. anak yang berada di public school.. bukan tidak mendapatkannya, terlebih masih banyak pilihan kursus utk mengembangkan bakat yang mungkin terasa kurang terasah di public school..
no problem toh..??

so.. dimana lebih effectivenya home schooling..??

and for bos miki miki.. kalau anda mengangkat hanya..
xixixi
saya balik ya pertanyaannya..

apa dengan hanya home schooling anda bisa ikut ujian nasional..?? bisa meneruskan ke perguruan tinggi..?? <<< ini nya aja belum saya bahas lho.. perguruan tingginya ini yang home schooling apa yang public..?? jiahaha
bisa jadi presiden..??
xixixi.. tidak juga kan..??

(dan ini saya belum bicara topik yang kita bahas ini case per case atau globally lho.. xixixi.. padahal ini sangat terkait dengan pembahasan mengenai efektifitas yang ditekankan di topik)

efektif dari home schooling bukan hanya sekedar anak bisa lebih fokus, tapi suasana anak untuk belajar sesuatu menjadi lebih dimengerti dan dirasakan, cie..xixixixi...
dan anak juga tidak merasa terganggu oleh yang lain.... :D
 

utk fokus.. anak yang berada di public school.. bukan tidak mendapatkannya, terlebih masih banyak pilihan kursus utk mengembangkan bakat yang mungkin terasa kurang terasah di public school..
no problem toh..??
so.. dimana lebih effectivenya home schooling..??
dg mendapatkan mapel yg banyak misalkan 13, kebanyakan anak pasti tidak fokus..atau mengesampingkan mapel yg tdk disukai. (jelas tdk efektif)
lha kenapa anak harus menambah kursus segala, jika di public school sudah efektif?

apa dengan hanya home schooling anda bisa ikut ujian nasional..?? bisa meneruskan ke perguruan tinggi..?? <<< ini nya aja belum saya bahas lho.. perguruan tingginya ini yang home schooling apa yang public..?? jiahaha
bisa jadi presiden..??
xixixi.. tidak juga kan..??
Siswa yang mengikuti home schooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMU. Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan sekolah formal yang lebih tinggi.
yg cuma lulusan sma aja bisa jd presiden apalagi yg melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi...;)
 
Kelompok merah hanya mengedepankan kelebihan home schooling aja, tapi marilah kita melihat beberapa kelemahannya antara lain :....

Pertama, dalam home schooling siswa tidak di didik atau di latih untuk berinteraksi sosial dengan orang lain, hal ini karena home schooling di selenggarakan di rumah, padahal salah satu tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah menghasilkan individu yang mampu berinteraksi dengan dunia luar

Kedua, dalam home schooling tidak akan tercipta situasi dan kondisi kompetisi dalam belajar dan hal ini akan mengakibatkan individu tersebut cenderung egois dan tidak mampu menerima persaingan dengan orang lain, karena selama menempuh pendidikannya yang bersangkutan hanya berinteraksi satu arah dengan gurunya saja.

Ketiga, patut di perhatikan adalah 3 domain penting dalam proses pendidikan itu sendiri sesuai dengan taksonomi Bloom, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada home schooling ketiga ranah domain sangat diragukan dapat di aplikasikan dengan baik karena yang menjadi pusat kegiatan belajarnya hanya 1 atau 2 orang saja sehingga kalau mau dikatakan jujur penilaian berdasarkan ketiga domain itu bisa tidak subyektif.

sementara seperti itu dulu.....
 
homeschooling lebih efektif karena si anak bisa lebih terfokus pd suatu bidang/jurusan yg ingin dicapai sejak dini. beda dg public school yg harus banyak belajar berbagai bidang, toh pd kenyataanya banyak yg suka dibidang tertentu saja. semisal si anak minat pd bidang bahasa tetapi di public school, harus belajar rumus rumus ( mtk,fisika,kimia) yg rumit/ribet yg mungkin pd kehidupan sehari hari sedikit/jarang dipakai, hal ini tidak efektif tidak memaksimalkan potensi yg dimiliki anak tsb.
Jadi efektifitas diukur dari fokus atau tidaknya?
Tidak ada acuan yang pasti bahwa public school itu bisa dikatakan kalah fokus.

Sekolah itu selain berfungsi untuk mengembangkan potensi diri juga untuk mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuan itu bisa bervariatif.

Yang perlu diingat juga, di sekolah itu ada yang namanya ekstra kurikuler yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi tertentu dari siswa.

menurut saya juga lebih efektif dengan home schooling,
anak tidak harus berpaju pada jam yang sama, tempat yang sama, masuk jam segini pulang jam segini, berpakaian ini, bersepatu itu, ber ini dan ber itu.

bahkan, menurut saya juga, orang tua bisa lebih memperhatikan anaknya, dan memberi banyak dukungan untuk anaknya lebih giat belajar, karena anak home schooling belajar dengan santai, tidak dipenuhi dengan aturan yang tidak semua anak bisa mengikutinya,

bagaimana dengan anak-anak yang memiliki masalah sosial..? atau anak yang "sedikit" sulit di atur..?
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa bisa jadi nggak efektif dengan waktu yang sama dan peraturan-peraturan yang sama??

Soal anak bermasalah secara sosial atau sedikit sulit diatur itu udah lain soal, karena anak-anak semacam ini memang butuh penanganan khusus dan itu nggak bisa apple to apple dengan public school karena domainnya udah jauh beda.

efektif dari home schooling bukan hanya sekedar anak bisa lebih fokus, tapi suasana anak untuk belajar sesuatu menjadi lebih dimengerti dan dirasakan, cie..xixixixi...
dan anak juga tidak merasa terganggu oleh yang lain.... :D
Ukuran itu bukan karena sistem, tapi lebih karena personal.
dg mendapatkan mapel yg banyak misalkan 13, kebanyakan anak pasti tidak fokus..atau mengesampingkan mapel yg tdk disukai. (jelas tdk efektif)
Memang yang dipelajari dalam kurikulum HS itu seperti apa?
Ingat ujian persamaan itu mengacunya adalah kurikulum yang dipakai untuk public shool.
 
Kelompok merah hanya mengedepankan kelebihan home schooling aja, tapi marilah kita melihat beberapa kelemahannya antara lain :....

Pertama, dalam home schooling siswa tidak di didik atau di latih untuk berinteraksi sosial dengan orang lain, hal ini karena home schooling di selenggarakan di rumah, padahal salah satu tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah menghasilkan individu yang mampu berinteraksi dengan dunia luar

Kedua, dalam home schooling tidak akan tercipta situasi dan kondisi kompetisi dalam belajar dan hal ini akan mengakibatkan individu tersebut cenderung egois dan tidak mampu menerima persaingan dengan orang lain, karena selama menempuh pendidikannya yang bersangkutan hanya berinteraksi satu arah dengan gurunya saja.

Ketiga, patut di perhatikan adalah 3 domain penting dalam proses pendidikan itu sendiri sesuai dengan taksonomi Bloom, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada home schooling ketiga ranah domain sangat diragukan dapat di aplikasikan dengan baik karena yang menjadi pusat kegiatan belajarnya hanya 1 atau 2 orang saja sehingga kalau mau dikatakan jujur penilaian berdasarkan ketiga domain itu bisa tidak subyektif.

sementara seperti itu dulu.....

Pertama, sekolah di rumah tidak berarti sang anak harus dikurung di rumah. Anak tetap bisa bebas bermain dengan tetangga, atau malah disekolahkan di sekolah non-formal yang lain seperti sekolah musik atau sekolah olahraga.

Kedua, home schooling tidak hanya satu siswa dan satu guru saja, sekarang sudah ada home schooling majemuk, seperti Kak Seto's home schooling, ada beberapa murid dalam sebuah home schooling, jadi para siswa tetap mendapat motivasi untuk kompetisi. Dengan cara mengajar yang tepat, siswa home schooling bisa di motivasi agar berkompetisi dengan anak public school.

Untuk yang ketiga saya kurang memahami 3 domain tersebut, belajar dulu ah...
 
dg mendapatkan mapel yg banyak misalkan 13, kebanyakan anak pasti tidak fokus..atau mengesampingkan mapel yg tdk disukai. (jelas tdk efektif)
lha kenapa anak harus menambah kursus segala, jika di public school sudah efektif?
xixixi..
harap bos miki jangan lupa.. kita tidak bahas apakah public school sudah efektif di sini...
tapi.. di topik ini dikatakan bahwa.. home schooling jauh lebih efektif dibanding public school..
nah.. itu yang hendak coba kita lihat dari postingan team merah.. dimananya jauh lebih effektifnya..??

makanya diatas saya coba masukkan variabel kursus kalo dibilang efektif itu berdasarkan variabel fokus..



Siswa yang mengikuti home schooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMU. Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan sekolah formal yang lebih tinggi.
yg cuma lulusan sma aja bisa jd presiden apalagi yg melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi...;)


xixi.. ya kalo gini mah namanya gak hanya home schooling kali bos miki.. tapi home schooling plus kesetaraan..
 

Kedua, home schooling tidak hanya satu siswa dan satu guru saja, sekarang sudah ada home schooling majemuk, seperti Kak Seto's home schooling, ada beberapa murid dalam sebuah home schooling, jadi para siswa tetap mendapat motivasi untuk kompetisi. Dengan cara mengajar yang tepat, siswa home schooling bisa di motivasi agar berkompetisi dengan anak public school.



:D
dan yang anda bisa tarik dari home schooling majemuk ini adalah..??
adalah..??
kasih tau dong..
karena saya tidak lagi melihat bedanya dengan public school :D

gini ya.. jika home schooling majemuk ini sudah sedemikian berkembang..
sampai kemudian memiliki kurikulum yang sudah terstandar, waktu belajar yang sudah organized dengan baik. (mungkin juga nantinya seragamisasi)
yang kemudian lagi lagi dirasa tidak mengakomodir kebutuhan individual seorang anak..
maka..
apa akan dimunculkan lagi home schooling atas home schooling majemuk ini..??
:D

kami.. masih belum dapat melihat keunggulan dari segi efektifitas yang konon, di thread ini dikatakan sebagai : "jauh lebih effektif"

 
Memang yang dipelajari dalam kurikulum HS itu seperti apa?
Ingat ujian persamaan itu mengacunya adalah kurikulum yang dipakai untuk public shool.
xixixi..
harap bos miki jangan lupa.. kita tidak bahas apakah public school sudah efektif di sini...
tapi.. di topik ini dikatakan bahwa.. home schooling jauh lebih efektif dibanding public school..
nah.. itu yang hendak coba kita lihat dari postingan team merah.. dimananya jauh lebih effektifnya..??
HS jelas lebih efektif dg proses pembelajaran seperti lari marathon bukan lari sprint, dimana anak tidak dibebani tes atau PR harian, mingguan, bulanan, tengah semester dll. HS Belajarnya tidak mesti berjenjang dan tidak harus menyelesaikan semua mata pelajaran kelas 1, untuk kemudian meneruskan ke kelas 2. Bisa saja anak memiliki jenjang kelas yang berbeda, matematika kelas 7, IPA kelas 6, Bahasa Indonesia kelas 5 dan lain-lain. HS orientasinya jauh lebih panjang yaitu akhir tingkat (kelas 6 SD, 3 SMP, 3 SMA). sehingga kalu ikut mengukuti ujian Kesetaraan, HS lebih efektif, anak hanya Belajarnya mengacu pada materi-materi yang diujikan.


xixi.. ya kalo gini mah namanya gak hanya home schooling kali bos miki.. tapi home schooling plus kesetaraan..
lha berarti?berarti? benar kan kursus berbeda dg HS.
;)
 
HS jelas lebih efektif dg proses pembelajaran seperti lari marathon bukan lari sprint, dimana anak tidak dibebani tes atau PR harian, mingguan, bulanan, tengah semester dll. HS Belajarnya tidak mesti berjenjang dan tidak harus menyelesaikan semua mata pelajaran kelas 1, untuk kemudian meneruskan ke kelas 2. Bisa saja anak memiliki jenjang kelas yang berbeda, matematika kelas 7, IPA kelas 6, Bahasa Indonesia kelas 5 dan lain-lain. HS orientasinya jauh lebih panjang yaitu akhir tingkat (kelas 6 SD, 3 SMP, 3 SMA). sehingga kalu ikut mengukuti ujian Kesetaraan, HS lebih efektif, anak hanya Belajarnya mengacu pada materi-materi yang diujikan.

oh, jadi menurut bos miki hs lebih efektif karena tidak harus dan tidak harus diatas itu ya..??
xixixi..
kok bisa ya kalo tidak harus tidak harus jadi efektif..??
diukur dari mana ya..??

mmhh.. i know.. ukurannya dari ujian kesetaraannya ya..??
ya jelas lebih efektif lah.. karena public school kan gak ikutan ujian persamaan.. :D
gitu gak sih artinya postingan bos miki..??




lha berarti?berarti? benar kan kursus berbeda dg HS.
;)

jiaaaah.. and kapan saya bilang kursus sama dengan hs..??
xixixi
kalau ada postingan saya yang mengatakan demikian.. saya rela tidak mencalonkan diri menjadi presiden seumur hidup saya bos.. that's my promise..
xixixi
 
Keuntungan dalam hal apa?
Apa maksudnya menjadi subyek dan bukan obyek? apa yang membedakan dengan public school?

peserta didik home-schooling d tempatkan jadi subyek bukan obyek. Mereka ini d tempatkan pada posisi sama dengan guru demi pencapaian kompetensi dasar dari materi yang d ajarkan. Sedangkan public school selalu dalam posisi obyek. Guru menerangkan setelah itu ulangan. Sehingga peserta didik public school kurang berperan menganalisa indikator pencapaian kompetensi dasar yang d ajarkan

Dan jangan salah, di sistem pendidikan umum pun nggak hanya terbatas pada kurikulum yang ada. Karena dalam pendidikan itu ada yang namanya Hidden Curriculum.

d sekolah2 public school memang ga terbatas pada kurikulum yang ada d antaranya Mulog [Muatan Lokal]. namun pada prakteknya Mulog ini hanya terisi oleh bahasa daerah, olah raga, seni budaya dan internet, yang kesemuanya itu terlihat mubazir. Tanpa Mulog-pun anak2 peserta didik itu dengan sendirinya akan menguasainya dengan belajar sendiri d luar bangku sekolah.

Lepas dari itu semua, pertanyaan besarnya adalah mana dari postingan diatas yang menunjukkan kalau homeschooling itu lebih efektif??

sangat banyak keefektifan home-schooling d bandingkan dengan public-school d antaranya adalah soal WAKTU. Pada public school sangat terikat waktu, pk. 06. 30 WIB sudah masuk jam pertama belajar. Ini memberatkan peserta didik yang menggunakan angkutan umum. Mereka setidaknya pk. 05. 00 WIB harus bangun menyiapkan perlengkapan sekolah, mandi, sarapan, lantas menunggu angkutan umum, dll. Demikian setelah pulang sekolah pk. 13. 30 WIB, memungkinkan sampai rumah pk. 15. 00 atau lebih. dalam kelelahan mereka ini harus mengerjakan PR utk esok harinya.

Sedangkan home-schooling dapat mengatur waktu kapan mereka melaksanakan proses belajar mengajar
 

:D
dan yang anda bisa tarik dari home schooling majemuk ini adalah..??
adalah..??
kasih tau dong..
karena saya tidak lagi melihat bedanya dengan public school :D

gini ya.. jika home schooling majemuk ini sudah sedemikian berkembang..
sampai kemudian memiliki kurikulum yang sudah terstandar, waktu belajar yang sudah organized dengan baik. (mungkin juga nantinya seragamisasi)
yang kemudian lagi lagi dirasa tidak mengakomodir kebutuhan individual seorang anak..
maka..
apa akan dimunculkan lagi home schooling atas home schooling majemuk ini..??
:D

kami.. masih belum dapat melihat keunggulan dari segi efektifitas yang konon, di thread ini dikatakan sebagai : "jauh lebih effektif"

Kalau ditanya bedanya jelas beda banget secara prinsipil.
Beda pertama tentu saja soal institusi. Institusi bukan mengacu kepada operatornya tapi sistem pendidikannya.
Kedua, HS majemuk nggak akan berkembang seperti yang darkgrey sebutkan di atas, karena pelaksanaan HS majemuk ini bukanlah seperti itu. Menurut panduan pelaksanaan HS yang dikeluarkan oleh Diknas, HS Majemuk adalah format HS yang dilaksanakan oleh orangtua dari dua atau lebih keluarga lain yang menerapkan HS karena melakukan satu atau lebih kegiatan sementara kegiatan inti dan kegiatan lainnya tetap dilaksanakan dalam lingkungan rumah oleh orangtua masing-masing.

Kegiatan akedemik tetap dilaksanakan dirumah dan dibawah bimbingan orang tua masing-masing. Jadi walaupun satu kelompok dalam komunitas majemuk para orang tua bebas menentukan kurikulum apa yag hendak dicapai tidak harus sama dengan anggota lainnya.

Itupun secara nggak langsung menghasilkan apa yang disebut sebagai sosialisasi, disamping juga lebih mempercepat penyelesaian kurikulum dibanding sekolah umum.
 
oh, jadi menurut bos miki hs lebih efektif karena tidak harus dan tidak harus diatas itu ya..??
xixixi..
kok bisa ya kalo tidak harus tidak harus jadi efektif..??
diukur dari mana ya..??

mmhh.. i know.. ukurannya dari ujian kesetaraannya ya..??
ya jelas lebih efektif lah.. karena public school kan gak ikutan ujian persamaan.. :D
gitu gak sih artinya postingan bos miki..??
jiahh...PS gak pake ujian kesetaraan??? ujian kesetaraan sama aja dg ujian nasional yaitu sama sama untuk mendapatkan ijazah. HS lebih efektif karena tdk perlu ngeluarin biaya ujian/waktu,karena HS gak harus/perlu ikutan ujian kesetaraan klo gak niat mau ngelanjutin ke jenjang yg lebih tinggi...beda dg PS yg wajib ikut ujian nasional klo mau lulus. yg terpenting dari HS adalah output anak menguasai skill/keahlian yang disukai dan diinginkan.
jiaaaah.. and kapan saya bilang kursus sama dengan hs..??
xixixi

makanya saya tanya diatas untuk pembatasan.. kalo kursus gimana..??
menurut kelompok merah termasuk home schooling or public..??

kan kursus juga satu bidang tertentu..
hmmm...maksudnya menyamakan atau gmna?

apa dengan hanya home schooling anda bisa ikut ujian nasional..?? bisa meneruskan ke perguruan tinggi..?? <<< ini nya aja belum saya bahas lho.. perguruan tingginya ini yang home schooling apa yang public..?? jiahaha
bisa jadi presiden..??
xixixi.. tidak juga kan..??
hmmm...jelas2 disini anda menganggap HS tidak bisa hal2 tsb yg berarti sama dg kursus, bukan begitu?
 
HS jelas lebih efektif dg proses pembelajaran seperti lari marathon bukan lari sprint, dimana anak tidak dibebani tes atau PR harian, mingguan, bulanan, tengah semester dll. HS Belajarnya tidak mesti berjenjang dan tidak harus menyelesaikan semua mata pelajaran kelas 1, untuk kemudian meneruskan ke kelas 2. Bisa saja anak memiliki jenjang kelas yang berbeda, matematika kelas 7, IPA kelas 6, Bahasa Indonesia kelas 5 dan lain-lain. HS orientasinya jauh lebih panjang yaitu akhir tingkat (kelas 6 SD, 3 SMP, 3 SMA). sehingga kalu ikut mengukuti ujian Kesetaraan, HS lebih efektif, anak hanya Belajarnya mengacu pada materi-materi yang diujikan.

Wah...berarti cara belajar dengan sistem Home Schooling bisa saya katakan amburadul nih, karena sepengetahuan saya pembagian jenjang kelas dan tingkat dalam public school itu didasarkan pada proses perkembangan anak sesuai dengan usia dan kemampuan cara berpikirnya juga selaras dengan fitrah sebagai manusia khan... maksud saya sangat tidak mungkin kita anak diajarkan melompat sedangkan untuk berdiri saja dia belum mampu...

Nah...kalau sistem belajar di Home Schooling dengan lompat-2 materi seperti itu justru akan memberikan dampak yang kurang baik dari sisi psikologis anak yang mengikuti Home Schooling karena bila dia telah merasa mampu menguasai materi IPA kelas 6 SD (pada sistem Public School) tentu saat dia disajikan materi IPA kelas 5 maka sang anak pasti akan merasa enggan karena sebelumnya dia sudah mampu menguasai level yang lebih tinggi, padahal mungkin materinya tidak berhubungan...

Kalo sistem pembelajaran Home Schooling cara belajarnya seperti yang den Miki paparkan, menurut saya Home Schoolong kurang efektif...

Berkaitan dengan ujian keseteraan saya kira tidak perlu dilakukan oleh peserta home scholing, karena apa? karena ujian kesetaraan itu hanya dilakukan untuk mereka yang telah menempuh suatu proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang baku, dan satu hal yang harus diperhatikan adalah salah satu syarat dalam mengikuti ujian kesetaraan adalah individu yang bersangkutan telah menyelesaikan beberapa tahap pembelajaran yang terbagi dalam sistem belajar paket (semesteran) atau SKS.., nah hal ini bila dirujuk pada penjelasan den Miki tentang home schooling tentu peserta home schooling tidak bisa mengikuti Ujian Kesetaraan karena tidak memenuhi salah satu persyaratan tersebut...


peserta didik home-schooling d tempatkan jadi subyek bukan obyek. Mereka ini d tempatkan pada posisi sama dengan guru demi pencapaian kompetensi dasar dari materi yang d ajarkan. Sedangkan public school selalu dalam posisi obyek. Guru menerangkan setelah itu ulangan. Sehingga peserta didik public school kurang berperan menganalisa indikator pencapaian kompetensi dasar yang d ajarkan

Saat ini sejak dikembangkannya kurikulum KBK terbaru dan reformasi di dunia pendidikan pada public school, orientasi proses pendidikan yang dulunya siswa hanya menjadi obyek telah berubah..., karena sejak penerapan KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi) sejak tahun 2003 hingga KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan PEndidikan) sekarang ini siswa diorientasikan menjadi subyek dari proses pembelajaran dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran itu sendiri, dan sudah banyak public school yang mengembangkan sistem "belajar sambil melakukan, sehingga siswa yang menemukan konsep belajar yang efektif untuk dirinya dan kelompok belajarnya."
So... sistem pembelajaran yang usang "guru menerangkan kemudian ulangan" sudah sangat jarang di temui dalam dunia pendidikan pada public school dewasa ini...
 
Saat ini sejak dikembangkannya kurikulum KBK terbaru dan reformasi di dunia pendidikan pada public school, orientasi proses pendidikan yang dulunya siswa hanya menjadi obyek telah berubah..., karena sejak penerapan KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi) sejak tahun 2003 hingga KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan PEndidikan) sekarang ini siswa diorientasikan menjadi subyek dari proses pembelajaran dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran itu sendiri, dan sudah banyak public school yang mengembangkan sistem "belajar sambil melakukan, sehingga siswa yang menemukan konsep belajar yang efektif untuk dirinya dan kelompok belajarnya."
So... sistem pembelajaran yang usang "guru menerangkan kemudian ulangan" sudah sangat jarang di temui dalam dunia pendidikan pada public school dewasa ini...

dalam pengamatan team Akreditasi Sekolah baik tingkat DIKDASMEN maupun DIKMENTI tahun ini, membuktikan jika silabus 2003 maupun silabus 2006 yang d terapkan d sekolah umum tak menjawab kebutuhan kurikulum yang d perlukan. Hanya beberapa daerah yang mampu melaksanakannya semisal DKI Jakarta dan kota2 besar lainnya. Perangkat penunjang yang termaktub pada RPP guru yang tentu mengacu pada silabus itu tak tersedia untuk "materi ajar" seperti ketersediaan perangkat multi media. Sehingga sekolah umum yang ada d daerah yang tak terjangkau jaringan internet atau tak terjangkau listrik terpaksa d bantu oleh guru untuk mendongkrak nilai raport Ujian Akhir Sekolah [UAS] demi mengantisipasi nilai yang sudah pasti anjlok jika melakukan UN nantinya. Sebab jika nilai UAS tak d dongkrak besar kemungkinan peserta didik akan gagal lulus dan mendapatkan ijazah. Ketetapan kelulusan peserta didik mengacu pada Nilai UAS + Nilai UN. Sedangkan mana soal2 UN yang d berikan pada daerah2 tak terjangkau internet atau tak terjangkau listrik sama dengan soal2 yg d berikan pada sekolah2 umum yang ada d perkotaan. Maka tak heran jika kita menyaksikan d daerah yang d maksudkan ada pengawas ruang UN yang membiarkan peserta didik nyontek berjamaah saat pelaksanaan UN
 
Wah...berarti cara belajar dengan sistem Home Schooling bisa saya katakan amburadul nih, karena sepengetahuan saya pembagian jenjang kelas dan tingkat dalam public school itu didasarkan pada proses perkembangan anak sesuai dengan usia dan kemampuan cara berpikirnya juga selaras dengan fitrah sebagai manusia khan... maksud saya sangat tidak mungkin kita anak diajarkan melompat sedangkan untuk berdiri saja dia belum mampu...

Nah...kalau sistem belajar di Home Schooling dengan lompat-2 materi seperti itu justru akan memberikan dampak yang kurang baik dari sisi psikologis anak yang mengikuti Home Schooling karena bila dia telah merasa mampu menguasai materi IPA kelas 6 SD (pada sistem Public School) tentu saat dia disajikan materi IPA kelas 5 maka sang anak pasti akan merasa enggan karena sebelumnya dia sudah mampu menguasai level yang lebih tinggi, padahal mungkin materinya tidak berhubungan...

Kalo sistem pembelajaran Home Schooling cara belajarnya seperti yang den Miki paparkan, menurut saya Home Schoolong kurang efektif...
Lha klo sudah ada kesepakatan antara anak dan orang tua yg saling stuju, dan anak merasa mampu knapa tidak?

Inget sistem itu alat bukan tujuan jd bisa dipake atau tidak..misal apa ada peraturan cara sampai dari Jakarta ke kebandung? Bisa saja toh kita naik mobil pribadi/angkutan umum/jalan kaki ato yg lain, yg penting tujuan ke bandung tercapai..sama halnya dg HS yg terpenting output anak menguasai skill/keahlian yang disukai dan diinginkan, toh mau pake metode/sistem/kurikulum apa saja itu gak masalah.

Berkaitan dengan ujian keseteraan saya kira tidak perlu dilakukan oleh peserta home scholing, karena apa? karena ujian kesetaraan itu hanya dilakukan untuk mereka yang telah menempuh suatu proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang baku, dan satu hal yang harus diperhatikan adalah salah satu syarat dalam mengikuti ujian kesetaraan adalah individu yang bersangkutan telah menyelesaikan beberapa tahap pembelajaran yang terbagi dalam sistem belajar paket (semesteran) atau SKS.., nah hal ini bila dirujuk pada penjelasan den Miki tentang home schooling tentu peserta home schooling tidak bisa mengikuti Ujian Kesetaraan karena tidak memenuhi salah satu persyaratan tersebut...

di postingan atas sudah saya jelaskan bahwa peserta HS tidak harus/perlu ikut ujian kesetaraan kalau mereka tidak niat untuk melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi.

HS kan fleksibel bisa pake kurikulum apa saja…klo memang dari awal niat melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi ya tinggal ambil kurikulum diknas ( standar nasional). Lha trus apa bedanya dg PS? Beda la waktu belajar tidak di patok seperti di PS….anak jg tidak perlu mengambil mapel yg mungkin dianggap tidak begitu dibutuhkan (mulok dll)…misalkan HS tingkat SMP, anak bisa saja hanya mengambil mapel yg nanti di ujikan seperti unas ( mtk, indo,ingris,ipa) dan mapel yg menjadi minat anak tsb.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top