Hindari 3 Kesalahan Ini Saat Memasang Take Profit Dan Stop Loss
Biasanya, seorang trader baru bisa dikatakan siap pasang posisi jika dia sudah bisa mengukur seberapa besar resiko dibanding reward-nya. Nah, dalam praktiknya, memasang Take Profit serta Stop Loss adalah salah satu metode paling dasar untuk membatasi kerugian dan meraih profit konsisten. Tapi toh, kenyataannya masih banyak di antara trader pemula mengulangi kesalahan-kesalahan sampai akunnya MC.
Hindari Kesalahan-Kesalahan Merugikan Ini
a. Memasang Take Profit dan Stop Loss terlalu rapat
Perlu diketahui, pasar Forex berbeda dengan pasar saham ataupun komoditas. Gejolak harga lebih sering terjadi pada pasar Forex,karena sejatinya tidak ada bursa sentral yang mampu membatasi lalu lintas volume trading dari tiap partisipannya. Dengan kata lain, tidak ada larangan bagi siapapun untuk meletakkan volume trading raksasa kapanpun mereka inginkan.
Itulah alasannya, kenapa tidak dianjurkan memasang Take Profit ataupun Stop Loss terlalu dekat dari titik entry Anda.
Pada gambar chart USD/JPY (H4) di atas, posisi entry (sell) dibuka pada harga 115.37 dengan prediksi trend akan mengalami koreksi. Berikutnya, Take Profit dipasang sekitar 11 pip serta Stop loss berada 9 pip dari titik awal tersebut. Perhatikan, sebelum uptrend sempat mengalami reversal, ternyata harga sudah menyentuh batas Stop Loss. Sayang sekali, kan?
Kebiasaan memasang Take Profit dan Stop Loss berdekatan seperti di atas biasanya dilakukan oleh para scalper. Mereka mengasumsikan harga akan cepat menyentuh batas Take Profit, begitu juga dengan Stop Loss. Jadi itulah alasan kenapa kegiatan scalping bisa membawa profit cepat atau loss beruntun dalam kurun waktu singkat.
Apalagi jika saat news trading. Dalam kondisi seperti itu, harga bergerak naik-turun dengan cepat. Jika salah perhitungan sedikit saja, jangan heran kalau akun Anda pelan-pelan tergerus sampai menyentuh batas Margin Call.
Eits, tunggu dulu, bukan berarti kalau memasang Take Profit dan Stop Loss saling berjauhan akan menjamin profit, loh. Kalau kejauhan sampai misalnya 500 pip dari posisi entry, wah, cari masalah juga itu namanya.
b. Salah mengukur Lot sebagai patokan memasang Take Profit Atau Stop Loss
Biasanya, sebelum membuka posisi, trader pemula akan dihadapkan pada pertanyaan ini;
"Kira-kira posisi ini mau dialokasikan berapa duit, yah?"
Nah, jika masih belum paham betul dengan dinamika pergerakan harga pasar, mereka biasanya hanya sekedar menggeser Stop Loss sampai sebesar alokasi kapital yang diresikokan. Misalnya seperti ini:
Gambar di atas adalah tatap muka market order untuk pair USD/JPY. Pada pair tersebut, pergerakan 1 pip pada lot standard bernilai sekitar US $8.7.
Katakanlah si Budi adalah seorang trader kemarin siang. Dia hanya mengalokasikan uangnya supaya tiap posisi hanya terbatasi sekitar US $100. Saking cupunya dia, baru trading sudah pakai satu lot penuh, bagus. Tak pikir panjang, dia hanya menggeser jarak Stop Loss (uang yang berani ditradingkan) sampai mencapai nilai batasan tadi.
Coba diperiksa, karena ketidakpahamannya, akhirnya si Budi cuma memasang Take Profit serta Stop Loss tidak jauh dari posisi entry. Kena, deh. Kena Stop Loss, maksudnya.
c. Memasang Take Profit Serta Stop Loss persis menempel di batas Support dan Resistance
Eh, beneran loh, masih banyak trader melakukan kesalahan ini.
Mungkin bagi kita para veteran, garis support dan resistance hanya berlaku sebagai panduan saja. Lain halnya dengan pemula, masih banyak anggapan bahwa kedua garis tersebut mutlak diikuti karena kata guru mereka, "harga akan berulang, nak".
Ya, ada benarnya juga kata si Master tadi, tapi dalam kenyataannya harga bergerak dalam distribusi acak.
Jadi, kemungkinan besar harga akan lebih sering mengalami reversal atau koreksi sebelum menyentuh batas-batas tadi. Jikapun ternyata harga telah menyentuh salah satu batas tadi, kemungkinan trend breakout akan terjadi.
Masih belum percaya?
Tuh, coba diperiksa sendiri chart GBP/USD (H4) di atas. Formasi candlestick pada lingkaran biru bahkan sempat mengonfirmasi sinyal reversal (pola doji). Eh, kenyataannya pada momen-momen terakhir, harga malah menembus batas support pada kisaran 1.23500.
Heran? Pingin tahu kenapa bisa begitu?
Nih, jawabannya;
Pada tanggal 1 Maret 2017. PMI Manufaktur Inggris Raya tercatat pada angka 54.6 di bawah ekspektasi 55.6. Market langsung bereaksi dengan sell-off
Garis support dan resistance pun akan takluk pada fundamental pasar.
Sumber : seputarforex.com