Berita dan Fundamental

Euro Stabil, Pound Dekati Level Tertinggi Dua Pekan

Euro Stabil, Pound Dekati Level Tertinggi Dua Pekan

Britain-Poll.jpg


Euro bertahan dan stabil pada hari Kamis menjelang pengumuman kebijakan Bank Sentral Eropa, sementara sterling didukung oleh ekspektasi bahwa partai Perdana Menteri Theresa May akan memenangkan mayoritas dalam pemilihan Inggris.


Euro diperdagangkan di level $1,1251, setelah mendapatkan topangan pasca tergelincir ke level terendah ke level $1,1204 pada hari Rabu, tertekan oleh laporan yang menunjukkan bahwa ECB akan menurunkan target inflasinya.

Bloomberg, mengutip pejabat zona euro yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa bank sentral tengah mempersiapkan penurunan perkiraan inflasi tahunannya untuk tiga tahun ke depan menjadi 1,5 persen, dari 1,7 persen, 1,6 persen dan 1,7 persen.

Perkiraan baru yang harus disetujui oleh Dewan Pengatur, akan memberi sinyal garis yang lebih lembut dari yang diperkirakan di pasar mata uang dan obligasi. ECB menolak berkomentar. Euro kemudian memulih setelah sebuah laporan Reuters mengutip sumber yang mengatakan bahwa ECB cenderung menyokong perkiraan pertumbuhan ekonomi di zona euro meskipun memotong perkiraan inflasinya.

ECB sangat diharapkan akan mempertahankan kebijakannya tidak berubah pada hari Kamis, termasuk program pembelian obligasi 2,3 triliun euro dan berjanji mempertahankan suku bunga rendah. Sterling stabil di level $ 1,2961, diperdagangkan di dekat level puncak Rabu di $1,2970, level tertinggi sejak 25 Mei. Pound naik 0,4 persen pada hari Rabu, dengan investor semakin meyakini pandangan bahwa partai May akan memenangkan mayoritas dalam pemilihan pada hari Kamis.

Para pelaku pasar tetap waspada menjelang kesaksian Senat AS hari Kamis oleh James Comey, mantan Biro Investigasi Federal yang dipecat oleh Presiden Donald Trump pada bulan Mei.

Comey menuduh Trump pada hari Rabu mencoba membuatnya meredam penyelidikan FBI atas dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, menurut kesaksian yang dimuat di situs Komite Intelijen Senat.

Indeks dolar, yang mencatat perdagangan greenback terhadap mata uang utama, stabil di level 96,774. Terhadap yen, dolar naik tipis 0,1 persen ke level 109,94 yen, setelah naik dari level terendah Rabu di 109,159 yen, level terlemah dolar AS sejak 21 April. Yen menunjukkan sedikit reaksi terhadap laporan peluncuran rudal oleh Korea Utara.

Korea Utara menembakkan beberapa rudal darat ke kapal di lepas pantai timur pada hari Kamis, militer Korea Selatan mengatakan yang terbaru dalam rangkaian uji coba rudal yang serba cepat yang menentang tekanan dunia untuk mengendalikan program senjatanya.
 
Investor enggan pasang posisi, bursa Asia rontok

Investor enggan pasang posisi, bursa Asia rontok

19029360_1911152732434249_2911361700920344599_n.jpg


Saham-saham Asia diperdagangkan tergelincir karena investor enggan pasang posisi besar jelang agenda utama mulai dari Eropa sampai Amerika. Sementara itu yen berhasil mengkompensasi kerugian setelah laporan BOJ rilis.


Faktor yang mendorong penguatan yen adalah laporan bahwa BOJ sedang mengatur kembali komunikasinya tentang bagaimana mengatasi rencana keluar dari kebijakan stimulus.

Sementara itu minyak berhasi menguat setelah muncul laporan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat. Beberapa agenda ekonomi yang akan menghiasi pasar minggu ini diantaranya keputusan kebijakan ECB, pemilu Inggris dan pernyataan mantan direktur FBI James Comey.

Dari pasar mata uang, dilaporkan yen naik menjadi 109,47 per dolar, pound terkoreksi tipis pada $1,2959 dan aussie flat setelah data neraca perdagangan lebih lemah dari harapan.

Dari sektor komoditas dilaporkan minyak mentah WTI naik 0,5% menjadi $45,94 per barrel. Sementara emas naik 0,1% menjadi $1.2897,99 per ounce.
 
Kejutan Pemilihan Inggris Guncang Sterling

Kejutan Pemilihan Inggris Guncang Sterling

Image-34-14.jpg


Sterling turun tajam pada hari Jumat buntut dari hasil pemilihan Inggris yang tampaknya tidak meninggalkan satu partai pun dengan klaim kekuasaan yang jelas, menyisihkan investor yang telah melewati peristiwa besar di Amerika Serikat dan Eropa.


Pound turun sebesar tiga sen dolar AS pada satu titik dalam perdagangan yang sibuk, atau mendekati 2 persen, sebelum akhirnya stabil berkurang dan memudar. Indeks FTSE Futures turun 0,3 persen, sementara imbal hasil pada gilt 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 1,00 persen.

Pelemahan sterling dimulai saat sebuah jajak pendapat menunjukkan Perdana Menteri Theresa May dari Partai Konservatif bisa saja gagal meraih suara mayoritas, sebuah hasil mengejutkan yang akan menyebabkan politik dalam negeri menjadi kacau dan menunda pembicaraan Brexit.

Hasil awal menunjukkan pergerakan besar pada Partai Buruh namun hasilnya masih diragukan, dengan BBC memperkirakan Konservatif bisa memenangkan 322 kursi.

Jajak pendapat tersebut memprediksikan partai Konservatif yang berkuasa akan mendapatkan 314 kursi di parlemen yang beranggotakan 650 kursi dan oposisi Partai Buruh 266 kursi, sehingga tidak ada pemenang mayoritas ketika pasar memperkirakan May akan dengan mudah meningkatkan mayoritasnya.

Sterling memulih dan turun 1,2 persen menjadi $1,2785, setelah sebelumnya sempat anjlok ke kevel terendah dua bulan di $1,2693. Sterling juga turun 1,2 persen terhadap euro di 87,59 pence. Sementara Yen Jepang melepas kenaikan di awal terhadap dolar AS dan turun ke level 110,22. Euro sedikit lebih beruntung terhadap dolar AS, hanya turun 0,2 persen ke level $1,1193.

Semalam, Wall Street tampaknya menilai kesaksian mantan direktur FBI James Comey bukanlah ancaman hidup pemerintahan Presiden Donald Trump. Comey menuduh Trump memcat dia untuk mencoba melemahkan investigasi kemungkinan kolusi oleh tim kampanyenya dengan upaya yang diduga dilakukan oleh Rusia untuk mempengaruhi pemilihan Presiden AS pada 2016.
 
Penurunan Harga Minyak Tertahan

Penurunan Harga Minyak Tertahan

20160725121546858.jpg


Harga minyak menguat pada hari Jumat menyusul penurunan tajam pada awal pekan ini, tertekan oleh bukti luas minyak mentah yang melimpah meskipun ada upaya untuk memperketat pasar yang dipimpin oleh OPEC.


Minyak mentah brent naik 10 sen menjadi $47,96 per barel, sekitar 12 persen di bawah tingkat pembukaan pada 25 Mei, ketika OPEC berjanji untuk memperpanjang pembatasan produksi hingga 2018. Minyak mentah AS menguat 10 sen menjadi $45,74.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen besar lainnya telah sepakat untuk memproduksi hampir 1,8 juta barel per hari (bpd) kurang dari yang mereka berikan pada akhir tahun lalu, dan menahan produksi sampai kuartal pertama 2018. Namun pasar dunia masih dibanjiri dengan minyak.

Data AS minggu ini menunjukkan pertambahan produksi minyak mentah yang mengejutkan sebesar 3,3 juta barel pada persediaan minyak mentah komersial menjadi 513,2 juta. Persediaan produk olahan juga naik, meski awal permintaan puncak musim panas.

Persediaan produk minyak olahan AS saat ini kembali di atas level 2016 dan jauh di atas kisaran lima tahun, yang mencerminkan perlambatan yang tidak terduga dalam permintaan AS untuk bensin dan bahan bakar distilat.

Pasar Asia juga mengalami kelebihan pasokan, dengan para pelaku pasar memasukkan minyak mentah berlebih ke dalam penyimpanan terapung, sebuah indikator berlebihnya persediaan.

Kurva menguat Brent menunjukkan bentuk "contango" yang jelas, dengan minyak untuk digunakan sekarang dengan diskon besar untuk harga di masa depan. Brent untuk Januari 2018 bernilai sekitar $1,50 per barel lebih mahal dari Brent untuk Agustus 2017, sehingga menguntungkan bagi beberapa pelaku pasar untuk mengirim minyak dan menunggu penjualan selanjutnya.

Jumlah yang sama dengan bulan Mei dan April, mengindikasikan bahwa bahkan di Asia, dengan pertumbuhan permintaan yang kuat, para [elaku pasar berjuang untuk menghapus persediaan. Dan lebih banyak minyak yang akan diproduksi. Lapangan minyak Sharara seluas 270.000 bpd di Libya telah dibuka kembali setelah sebuah demonstrasi pekerja dan harus kembali ke produksi normal dalam waktu tiga hari, ungkap National Oil Corp pada hari Jumat.
 
Minyak Bangkit Dari Penurunan Pekan Lalu

Minyak Bangkit Dari Penurunan Pekan Lalu

56bca818c36188353f8b45eb.jpg


Harga minyak mencatat kenaikan di sesi perdagangan Amerika Utara pada hari Senin, setelah sempat mencari arah, di saat investor kembali ke pasar dan mencari valuasi murah setelah terjadi penuruna baru-baru ini.


Kontrak minyak mentah AS West Texas Intermediate Juli berada di level $46,52 per barel, naik 69 sen atau sekitar 1,5%. WTI menyentuh titik terendah sejak 5 Mei di level $45,20 pada Kamis lalu. Di tempat lain, minyak Brent untuk pengiriman Agustus di ICE Futures Exchange di London naik 82 sen menjadi $48,97 per barel. Minyak patokan global itu merosot ke level $47,40 pada sesi sebelumnya, level yang tidak terlihat sejak 5 Mei.

Harga minyak mengalami penurunan mingguan ketiga berturut-turut pekan lalu, di tengah kekhawatiran bahwa rebound produksi minyak serpih AS terus berlanjut yang dilakukan oleh produsen utama lainnya untuk menyeimbangkan pasar tetap fokus.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan pada hari Jumat bahwa perusahaan pengeboran AS minggu lalu menambahkan rig untuk minggu ke-21 berturut-turut, penambahan beruntun terpanjang dalam catatan, menyiratkan bahwa kenaikan lebih lanjut produksi dalam negeri berada.

Jumlah rig AS bertambah 8 menjadi 741, memperpanjang pemulihan pengeboran sepanjang tahun hingga tingkat tertinggi sejak April 2015. Peningkatan aktivitas pengeboran dan produksi minyak serpih AS telah membayangi upaya OPEC dan produsen lainnya untuk mengurangi produksi dalam upaya untuk meningkatkan pasar.

Bulan lalu, OPEC dan beberapa produsen non-OPEC memperpanjang kesepakatan untuk mengurangi pasokan 1,8 juta barel per hari sampai Maret 2018. Sejauh ini, kesepakatan pemangkasan produksi itu tidak banyak berpengaruh pada tingkat persediaan global karena kenaikan pasokan dari produsen yang tidak berpartisipasi sesuai kesepakatan, seperti Libya dan Nigeria, dan peningkatan output minyak shale yang tiada henti.

Pada minggu ini, para pelaku pasar akan menantikan laporan mingguan persediaan terbaru minyak mentah dan produk olahan AS sebagai tolak ukur kekuatan permintaan konsumen minyak terbesar di dunia tersebut. Sementara itu, investor akan mengawasi laporan bulanan dari Organisasi Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional untuk menilai tingkat permintaan dan permintaan global.
 
Emas Relatif Flat Imbas Kehati-hatian Investor

Emas Relatif Flat Imbas Kehati-hatian Investor

gold-720x340.jpg


Harga emas hampir tidak bergerak di Asia pada hari Selasa dengan perhatian pada Federal Reserve dan prospek permintaan logam mulia tersebut yang bergerak untuk menormalkan kebijakan moneter.


Kontrak emas untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun 0,01% menjadi $1,268.82 per troy ons.

Tadi malam, harga emas cenderung tidak bergerak pada hari Senin, karena investor menanti keputusan suku bunga Federal Reserve (Fed) yang akan datang dan konferensi pers dari ketua Fed Janet Yellen untuk mengukur apakah Federal Reserve akan melanjutkan jalur pengetatan moneternya.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan dari 0,75 hingga 1% menjadi 1 hingga 1,25%, setelah ditutupnya dua pertemuan pada hari Rabu.

Namun, para pelaku pasar sangat menantikan pernyataan ketua Fed Janet Yellen, yang dijadwalkan akan memberikan konferensi pers-nya0, setelah keputusan suku bunga.

Investor akan sangat memperhatikan konferensi pers untuk petunjuk rencana Fed lainnya untuk mengurangi neraca senilai $4,5 triliun akhir tahun ini dan kemungkinan perubahan tingkat suku bunga akan meningkat seiring dengan data ekonomi AS yang lemah.

Perekonomian AS menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan pada bulan Mei sementara penurunan harga energi diperkirakan akan membebani laju inflasi.

Emas sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang justru akan menaikkan kemungkinan biaya kepemilikan aset non yielding seperti bullion.

Meskipun ekspektasi investor terhadap kenaikan suku bunga, permintaan emas tetap kuat dalam beberapa bulan terakhir, karena data menunjukkan bahwa investor negara meningkatkan kepemilikan bersih emas mereka mencapai rekor dalam upaya untuk melakukan lindung nilai terhadap dolar yang berpotensi melemah.

Data dari Forum Moneter dan Keuangan Resmi menunjukkan bahwa investor negara meningkatkan kepemilikan bersih emas mereka sebesar 377 ton menjadi sekitar 31.000 tahun lalu - tingkat tertinggi sejak 1999.
 
Bursa Asia kembali stabil, pasar nantikan rapat rate the Fed

Bursa Asia kembali stabil, pasar nantikan rapat rate the Fed

19105837_1913400445542811_5778206025434560117_n.jpg


Bursa Asia diperdagangkan menguat setelah aksi jual saham-saham teknologi mulai mereda. Sementara itu poundsterling menguat setelah PM Theresa May berhasil mengamankan jumlah voting yang dibutuhkan untuk mendapatkan sokongan mayoritas di pemerintahan.


Dari Australia dilaporkan saham-saham setempat menguat didukung oleh perbankan. Dari pasar komoditas minyak berhasil melonjak dan diperdagangkan diatas $46 per barrel. Emas dan dolar terkoreksi jelang rapat the Fed.

Diantara saham-saham sektor teknologi Asia yang berhasil menguat diantaranya Samsung Electronics, Tencent Holdings dan Taiwan Semiconductor. Kini, bursa Asia tidak lagi dipengaruhi oleh kisruh disektor teknologi dan cenderung fokus
ke sektor perangkat keras seperti manufaktur ketimbang perangkat lunak.

Beberapa agenda yang perlu diawasi pada minggu ini prediksi bahwa the Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan untuk kedua kalinya di tahun ini esok hari. Selain itu bank sentral dari Jepang, Swiss dan Inggris juga dijadwalkan akan merilis kebijakannya minggu ini.

Dari pasar valas dilaporkan pound berhasil menguat 0,2% menjadi $1,2683, euro melemah 0,1% menjadi $1,1188. Yen tergelincir 0,1% menjadi 110,05 per dolar. Kiwi menguat 0,4% dan Looney naik 0,3%. Dari pasar komoditas, minyak mentah jenis West Texas diperdagangkan naik menjadi $46,29 dan emas terkoreksi pada posisi $1.265,96.
 
Harga Minyak Mentah Kian Merosot

Harga Minyak Mentah Kian Merosot

bigstock-oil-Market-Crash-79135762-702x336.jpg


Harga minyak turun satu persen pada Rabu pagi setelah data menunjukkan bertambahnya persediaan minyak mentah AS dan OPEC melaporkan kenaikan produksi meskipun janjinya untuk memotong kembali.


Minyak mentah berjangka Brent berada di $48,25 per barel, turun 47 sen, atau 1 persen, dari penutupan terakhir mereka. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka berada di $45,94 per barel, turun 52 sen, atau 1,1 persen.

Harga minyak jatuh di balik semakin melimpahnya persediaan yang telah menyeret harga minyak mentah lebih dari 10 persen sejak akhir Mei meskipun langkah yang dipimpin oleh Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksi sebesar hampir 1,8 juta barel per hari (bph ) sampai akhir kuartal pertama 2018.

Kepatuhan OPEC sendiri dengan pemangkasan produksi telah dipertanyakan, dan kelompok produk mengatakan dalam laporannya minggu ini bahwa output naik 336.000 barel per hari menjadi 32,14 juta barel per hari pada bulan Mei.

Produksi minyak shale AS ditambah bertambahnya jumlah rig yang telah mendorong output AS naik 10 persen dibanding tahun lalu menjadi 9,3 juta barel per hari, tidak jauh dari eksportir atas, Arab Saudi semakin membuat persediaan minyak mentah semakin berlimpah,.

Data dari American Petroleum Institute menunjukkan pada hari Selasa bahwa persediaan minyak mentah AS naik 2,8 juta barel dalam pekan hingga 9 Juni menjadi 511,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 2,7 juta barel.

Dengan pasokan yang berlimpah, permintaan yang kuat diperlukan untuk mendorong pasar, tetapi saat ini yang muncu tanda-tanda perlambatan. Permintaan energi global tumbuh sebesar 1 persen pada 2016, tingkat yang sama dengan dua tahun sebelumnya, tetapi jauh di bawah rata-rata 10-tahun 1,8 persen, BP mengatakan dalam Proyeksi Statistik Energi Dunia pada hari Selasa.
 
Dollar Bertahan Jelang Keputusan FOMC

Dollar Bertahan Jelang Keputusan FOMC

20170202.png


Dolar bertahan stabil terhadap mata uang utama pada hari Rabu, karena investor masih berhati-hati menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve yang sangat diantisipasi dan di tengah kesengsaraan politik yang sedang berlangsung di AS.


EUR/USD sedikit berubah di 1,1208. Kemudian Rabu, the Fed secara luas sangat diharapkan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dari 1,00% menjadi 1,25%. Pelaku pasar, terutama sangat menunggu komentar Ketua Fed Janet Yellen menyusul keputusan untuk indikasi laju kenaikan suku bunga di masa depan.

Investor juga berhati-hati karena lebih dari 190 anggota parlemen Demokrat menggugat Presiden Donald Trump yang menuduhnya menerima dana dari pemerintah asing melalui perusahaannya dan dengan demikian melanggar konstitusi.

GBP/USD turun 0,19% ke level 1,2730, dari level tertinggi sesi di 1,2797 setelah Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan jumlah pengajuan tunjangan penganggurn meningkat 7.300 di bulan Mei, dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan 20.300 orang.

Tingkat pengangguran tidak berubah di 4,6% di bulan April, sejalan dengan ekspektasi dan pada tingkat terendah sejak 1975. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa indeks pendapatan rata-rata naik sebesar 2,1% dalam tiga bulan hingga April, meleset dari perkiraan kenaikan 2,4% . Tidak termasuk bonus, upah hanya naik 1,7%.

Sementara itu, ketidakpastian politik terus berlanjut di Inggris, dengan Perdana Menteri Theresa May menghadapi seruan untuk melunakkan sikapnya pada hari Brexit sebelum perundingan untuk meninggalkan UE dimulai. May dijadwalkan memulai kembali perundingan dengan Partai Persatuan Demokratik Irlandia Utara (DUP) dalam sebuah kesepakatan untuk mendapatkan dukungan mereka di parlemen setelah Perdana Menteri gagal untuk memenangkan mayoritas secara langsung dalam pemilihan minggu lalu.

USD/JPY naik 0,12% ke level 110,19, sementara USD/CHF hampir tidak berubah di 0,9689. Dolar Australia dan Selandia Baru menguat, dengan AUD/USD naik 0,54% pada level 0,7579 dan dengan NZD/USD naik 0,37% ke level 0,7251. Sementara itu, USD/CAD turun 0,29% diperdagangkan pada level 1,3202. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, stabil di level 96,99.
 
Emas Diantara Kenaikan Suku Bunga Dan Kenaikan Dolar

Emas Diantara Kenaikan Suku Bunga Dan Kenaikan Dolar

2017061500557_0.jpg


Emas melemah di Asia setelah keputusan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve yang sudah diperkirakan sebelumnya menimbulkan kehati-hatian, namun gagalnya dolar merespon suku bunga justru memberikan dukungan terhadap emas.


Kontrak emas untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun 0,68% menjadi $1.267,18 per troy ons. Tembaga berjangka di Comex naik 0,31% menjadi $2,572 per pon. Semalam, harga emas mendapat tekanan pada hari Rabu, setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini dan mempertahankan prospek total kenaikan tiga suku bunga untuk tahun ini.

Federal Reserve menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,25% menjadi pada kisaran 1,00% - 1,25% pada hari Rabu, dan mengejutkan investor karena mempertahankan prospek total kenaikan bunga sebanyak tiga kali di 2017 ini, meskipun terjadi penurunan lapangan kerja dan inflasi baru-baru ini.

Bank sentral mengatakan mereka memperkirakan bahwa pasar tenaga kerja yang ketat akan meningkatkan inflasi mencapai target 2% dalam jangka menengah. Ketua Fed Janet Yellen menggemakan ucapan tersebut dalam sebuah konferensi pers menyusul keputusan kenaikan suku bunga.

"Ketenagakerjaan mendekati tingkat maksimumnya dan FOMC memperkirakan inflasi akan bergerak dan stabil sekitar 2% selama beberapa tahun ke depan" kata Yellen.

Komentar bullish mengenai inflasi dan kenaikan suku bunga tambahan mengangkat Dollar ke wilayah positif terhadap mata uang global, dan mendorong logam mulia tersebut ke posisi terendah sesi.

Emas sensitif terhadap pergerakan yang lebih tinggi baik suku bunga AS maupun dolar - Dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang asing, sementara kenaikan suku bunga AS, meningkatkan opportunity cost kepemilikan aset yang tidak mmeiliki yield seperti bullion.
 
Dolar Dapat Kekuatan Dari Langkah Fed

Dolar Dapat Kekuatan Dari Langkah Fed

330987_7.jpg


Dolar menguat terhadap mata uang utama pada hari Kamis, setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu, sementara pasar mengalihkan perhatian mereka pada sejumlah data AS dan keputusan kebijakan Bank of England yang akan dirilis hari ini.

Dolar menguat terhadap mata uang utama pada hari Kamis, setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu, sementara pasar mengalihkan perhatian mereka pada sejumlah data AS dan keputusan kebijakan Bank of England yang akan dirilis hari ini.


Dalam sebuah langkah yang sudah diperkirakan sebelumnya, Federal Reserve menaikkan suku bunga dari 1,00% menjadi 1,25%. Namun, data inflasi AS yang mengecewakan dirilis pada hari yang sama mengangkat pertanyaan tentang apakah bank sentral akan dapat menaikkan suku bunga lagi akhir tahun ini.

Sentimen pada greenback juga diperkirakan akan tetap rentan di tengah meningkatnya kekhawatiran politik AS setelah Washington Post melaporkan pada hari Rabu bahwa Presiden AS Donald Trump sedang diselidiki oleh pengacara khusus Robert Mueller atas kemungkinan penghalang keadilan.

GBP/USD turun 0,33% menjadi 1,2703 setelah Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan bahwa penjualan ritel turun 1,2% di bulan Mei, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 0,8% dan setelah kenaikan 2,5% yang direvisi bulan sebelumnya.

Pada basis tahunan, penjualan ritel meningkat sebesar 0,9% bulan lalu, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 1,7%. Penjualan ritel inti, tidak termasuk mobil dan bahan bakar, turun 1,6% di bulan Mei, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 0,8%.

Pound juga berada di bawah tekanan di tengah meningkatnya ketidakpastian politik di Inggris karena Perdana Menteri Theresa May menghadapi seruan untuk melunakkan sikapnya pada hari Brexit sebelum negosiasi untuk meninggalkan Uni Eropa dimulai.

Kemudian Kamis, BoE diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneternya tidak berubah namun pelaku pasar akan mencari petunjuk potensial mengenai langkah kebijakan masa depan.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,27% pada level 97,17, dari posisi terendah tujuh bulan di hari Rabu di 96,31.
 
Yen Masih Melemah Meski BoJ Pertahankan Kebijakan

Yen Masih Melemah Meski BoJ Pertahankan Kebijakan

U8LRn82SSUuspamn0FACMg.jpeg



Yen tetap melemah pada hari Jumat setelah Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneter stabil seperti yang diharapkan, termasuk laju pembelian aset sebesar ¥80 triliun per tahun.


USD/JPY diperdagangkan pada level 111.16, naik 0,21%, sementara AUD/USD diperdagangkan di level 0,7596, naik 0,21%. GBP/USD naik 0,15% ke level 1,2776. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama, merosot 0,02% ke level 97,48.

Dolar masih mendekati level tertinggi dua minggu terhadap mata uang global pada hari Kamis, didukung oleh trio laporan ekonomi optimis yang mengangkat sentimen prospek pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat.

Sehari setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini, menandakan kepercayaan ekonomi AS, klaim pengangguran awal dan data manufaktur melampaui perkiraan yang membantu dolar mengatasi kenaikan terhadap rekan-rekannya.

Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis melaporkan klaim pengangguran awal turun 5.000 menjadi 237.000 dalam pekan hingga tanggal 4 Juni, mengalahkan perkiraan penurunan 3.000.

Di bidang manufaktur, investor menyambut baik beberapa laporan ekonomi yang optimis untuk aktivitas manufaktur di negara bagian New York dan Philadelphia.

Fed Philly mengatakan indeks untuk aktivitas manufaktur saat ini di wilayah tersebut turun menjadi 27,6 di bulan Juni dari 38,8 di bulan Mei. Analis memperkirakan indeks berada di angka 24.

Sedangkan di New York, indeks manufaktur Empire State naik ke level 19,8, setelah jatuh ke posisi minus 1 di bulan Mei.

Laporan ekonomi optimis mengangkat ekspektasi kenaikan suku bunga tambahan tahun ini, setelah Federal Reserve pada hari Rabu mempertahankan outlook dari total tiga kenaikan suku bunga untuk tahun 2017.

Diantara semua, hanya sterling mengacuhkan penguatan dolar, dengan GBP/USD menguat karena Bank of England mempertahankan suku bunga tidak berubah namun memicu ekspektasi kenaikan suku bunga di masa depan, menunjukkan bahwa semakin banyak anggotanya menginginkan suku bunga yang lebih tinggi.
 
Solusi Trading Anda Di Saat Sibuk

Solusi Trading Anda Di Saat Sibuk

19274894_1915152418700947_7104457189315384481_n.jpg


Trading di pasar bisa jadi sangat melelahkan dan anda mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk terus duduk didepan komputer dan mengamati pergerakan harga hanya untuk mencari momen tepat untuk masuk ke pasar.


Kami memahami kebutuhan anda akan sebuah perangkat lunak yang andal dan bisa memberi keuntungan maksimal.

Robot kami dirancang sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan anda akan "automated trading" yang memungkinkan anda hanya mengawasi pergerakan pasar, sementara robot sudah merancang "entry point" sampai "exit" yang berujung pada profit.

Anda dapat memilih robot yang disesuaikan dengan kebutuhan. Robot kami dikembangkan oleh tim yang memiliki pengalaman puluhan tahun dibidang ini dan mampu memberikan keuntungan yang stabil. Diatas itu semua robot kami sangatlah aman dan hanya anda yang bisa menggunakannya.

Sudah saatnya anda beralih ke model perdagangan yang lebih hemat dan cermat. Tidak banyak buang waktu dengan hasil maksimal.

Kunjungi situs kami untuk informasi lebih lanjut tentang robot yang kami tawarkan. Selamat meraih keuntungan maksimal bersama jet-fund!

http://id.jet-fund.com/?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=tips
 
Minyak mas

mYFe_VYqQiuvhB0QFesMeg.jpeg


Minyak Masih Di Dekat Level Terendah

Harga minyak naik tipis pada hari Jumat namun tetap berada di dekat posisi terendah enam bulan, tertahan oleh berlimpahnya pasokan yang terus berlanjut meski ada upaya yang dipimpin oleh OPEC untuk mengurangi produksi dan menopang pasar minyak mentah.


Harga minyak mentah Brent berada di level $47,12 per barel, naik 20 sen atau 0,4 persen, di atas penutupan terakhirnya. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) berada di $ 44,56 per barel, naik 10 sen atau 0,2 persen. para pelaku pasar mengatakan penguatan ringan tersebut merupakan hasil dari ancaman penghentian ekspor parsial di Libya.

Namun, kedua minyak acuan dunia tersebut masih turun sekitar 13 persen sejak akhir Mei, ketika produsen yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) dengan tambahan sembilan Bulan sampai akhir kuartal pertama 2018.

Meningkatnya produksi minyak AS, terutama dari pengebor serpih, berkontribusi terhadap ketidakefektifan pemotongan pimpinan OPEC.

Ekspor dan produksi yang tinggi dari Rusia juga berkontribusi terhadap berlimpahnya minyak yang sedang berlangsung. Produsen utama Rusia, yang bukan anggota OPEC namun berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut, diperkirakan akan mengekspor 61,2 juta ton minyak melalui jaringan pipa pada kuartal ketiga (sekitar 5 juta barel per hari), terhadap 60,5 juta ton pada kuartal kedua, menurut sumber industri dan Perhitungan Reuters.

Penambahan pengiriman kapal tanker Rusia dan total ekspornya mungkin lebih dari 9 juta bpd. Di Amerika Serikat, yang tidak berpartisipasi dalam kesepakatan untuk menahan produksi, output minyak telah meningkat lebih dari 10 persen sepanjang tahun lalu menjadi 9,3 juta barel per hari, dan Administrasi Informasi Energi (EIA) memperkirakan bahwa angka tersebut akan meningkat di atas 10 juta Bpd tahun 2018.
 
Dollar Kokoh, Euro Dan Pound Stabil

Dollar Kokoh, Euro Dan Pound Stabil

9KVB9NxISOyFx4xzXlaewA.jpeg


Dolar menguat terhadap mata uang utama pada hari Senin setelah tergelincir akibat data ekonomi AS yang lunak, dengan investor menunggu komentar dari pejabat Federal Reserve atas petunjuk apakah kekuatan baru dapat dipertahankan.


Indeks dolar diperdagangkan datar di level 97,187 dan telah naik ke level tertinggi dua minggu di level 97,560 akhir pekan sebelumnya setelah Fed menaikkan suku bunga dan membuka peluang untuk kenaikan lainnya di 2017 ini. Namun, penguatannya dinodai oleh data perumahan dan sentimen konsumen yang lebih lemah dari perkiraan.

Pasar menantikan komentar Presiden Fed New York William Dudley atas dukungan potensial untuk greenback. Dudley, sekutu dekat Ketua Fed Janet Yellen, akan ambil bagian dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin bisnis lokal di Plattsburgh, New York. Dudley dapat membantu menjelaskan mengapa Fed tampaknya mengabaikan serangkaian hasil inflasi yang lembut saat sementara Fed terus mengetatkan kebijakan minggu lalu.

Dolar naik 0,15 persen pada level 111,020 yen dan telah menetapkan puncak dua minggu 111,420 pada hari Jumat sebelum data AS lemah. Euro stabil di level $1,1198 setelah menguat sekitar 0,5 persen pada hari Jumat.

Mata uang bersama tersebut menunjukkan sedikit reaksi terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memenangkan pemilihan mayoritas dalam pemilihan parlemen negaranya pada hari Minggu. Analis mengatakan para pemilih memfavoritkan Macron dan bahwa kemenangan tersebut sebagian besar diperhitungkan.

Pound bergerak tipis pada level $1,2770. Pound hampir tidak beranjak naik atas berita bahwa beberapa orang terluka di London utara pada hari Senin pagi setelah sebuah van menabrak jamaah yang meninggalkan sebuah masjid.

Mata uang tersebut telah melewati bulan yang penuh gejolak, tenggelam ke level terendah dua bulan di $1.2636 pada 9 Juni atas guncangan pemilihan Inggris, namun berhasil rally pekan lalu karena Bank of England semakin dekat dengan kenaikan suku bunga setelah perpecahan dalam komite kebijakan moneternya.

Sterling telah dibatasi pada kisaran sempit selama beberapa hari terakhir namun menghadapi potensi volatilitas di depan saat Inggris memulai negosiasi untuk keluar dari Uni Eropa pada hari Senin.
 
Harga Minyak Dunia Kembali Tergelincir

Harga Minyak Dunia Kembali Tergelincir

crude-oil.jpg


Harga minyak beringsut melemah pada hari Senin, terbebani oleh ekspansi pengeboran AS yang telah membuat pasokan global yang tinggi meskipun sebuah inisiatif yang dipimpin OPEC untuk memperketat pasar dengan memotong produksi.


Tanda-tanda permintaan yang goyah juga mendorong sentimen melemah, menyebabkan minyak jatuhkan harga ke level yang sebanding dengan saat pemotongan output diumumkan pertama kali akhir tahun lalu.

Harga minyak mentah Brent (LCOc1) turun 16 sen menjadi $47,21 per barel. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) (CLc1) turun 19 sen menjadi $44,55 per barel. Harga untuk kedua tolak ukur global tersebut turun sekitar 14 persen sejak akhir Mei, ketika produsen yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak berjanji untuk memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) dengan sembilan bulan tambahan.

Analis mengatakan kenaikan produksi AS yang stabil, seiring dengan peningkatan produksi di Libya dan Nigeria yang dikecualikan, telah merongrong upaya yang dipimpin oleh OPEC. Data pada hari Jumat menunjukkan sebuah rekor 22 minggu berturut-turut kenaikan jumlah rig minyak AS, sehingga membuat angka menjadi 747, terbesar sejak April 2015. Persediaan dari OPEC juga melonjak pada bulan Mei, didorong oleh pemulihan kembali dari Libya dan Nigeria, yang dikecualikan dari pemangkasan produksi karena kerusuhan yang telah menghambat output kedua negara tersebut.

Terdapat indikator bahwa pertumbuhan permintaan akan minyak di Asia, wilayah konsumen minyak terbesar di dunia, mengulur-ulur waktu. Jepang yang menghapuskan Bea Cukai impor minyak mentah turun 13,5 persen di bulan Mei dari tahun sebelumnya, kata Kementerian Keuangan Jepang. India mengambil 4,2 persen lebih sedikit minyak mentah di bulan Mei dibanding tahun sebelumnya. Di China, pertumbuhan permintaan minyak melambat untuk beberapa waktu.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa pasar minyak membutuhkan waktu untuk menyeimbangkan kembali, yang mengarah pada penarikan sekitar 50 juta barel dari penyimpanan terapung dan penurunan penyimpanan daratan industri dibandingkan bulan Juli tahun lalu.
 
Minyak Menguat Ditengah Kekhawatiran

Minyak Menguat Ditengah Kekhawatiran

iywrFyZJR-SSelidsEa2oQ.jpeg


Harga minyak naik tipis pada hari Selasa, namun kenaikannya terbatas karena pasar membebani upaya yang terus berlanjut oleh produsen utama untuk mengurangi produksi dan mengurangi berlimpahnya persediaan minyak global melawan peningkatan aktivitas pengeboran AS yang tanpa henti.


Kontrak minyak mentah New Texas Intermediate Agustus di $44,59 per barel, naik 15 sen atau sekitar 0,4%. Minyak acuan AS tersebut turun ke level terendah sejak 5 Mei di level $44,26 pada sesi sebelumnya. Di tempat lain, minyak Brent untuk pengiriman Agustus di ICE Futures Exchange London naik 19 sen menjadi $47,10 per barel. Harga minyak turun sekitar 1% pada hari Senin karena kekhawatiran kenaikan produksi AS yang stabil menambah kekhawatiran persediaan yang berlebihan di pasar.

Pengeboran minyak di AS minggu lalu menambahkan rig untuk minggu ke-22 berturut-turut, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes, yang menyiratkan bahwa kenaikan lebih lanjut dalam produksi dalam negeri berada di depan. Peningkatan aktivitas pengeboran AS dan produksi minyak serpih sebagian besar membayangi upaya OPEC dan produsen lainnya untuk mengurangi produksi dalam upaya menopang pasar.

Bulan lalu, OPEC dan beberapa produsen non-OPEC memperpanjang kesepakatan untuk mengurangi pasokan 1,8 juta barel per hari sampai Maret 2018.

Saat ini, para pelaku pasar menantikan data mingguan dari AS atas stok minyak mentah dan produk olahan. Kelompok industri American Petroleum Institute akan merilis laporan mingguannya pada hari Selasa. Data resmi dari Administrasi Informasi Energi akan dirilis pada hari Rabu, di tengah perkiraan penurunan stok minyak sekitar 2,2 juta barel.

Di tempat lain di Nymex, harga BBM berjangka untuk Juli sedikit berubah pada harga $1,452 per galon, sementara minyak pemanas Juli naik setengah sen menjadi $1,415 per galon. Kontrak berjangka gas alam untuk pengiriman Juli naik 0,7 sen menjadi $2,901 per juta unit thermal Inggris.
 
Risalah Pertemuan BOJ Dorong Yen Menguat

Risalah Pertemuan BOJ Dorong Yen Menguat

BN-NR450_0422bo_TOP_20160422101509.jpg


Yen menguat di Asia pada hari Rabu setelah risalah pertemuan Bank of Japan di April isyaratkan bahwa laju pembelian aset untuk Obligasi Pemerintah Jepang (JGB) dapat menyebabkan fluktuasi pada persediaan.


"Jika bank sentral memperlambat laju pembelian JGB-nya pada saat ini, keberlanjutan dan stabilitas pembelian tidak akan diamankan sampai 2018," risalah pertemuan mengutip satu angota dewan BOJ.

Salah satu anggota dewan tersebut juga menganggap kondisi supply-demand di pasar JGB cenderung semakin ketat, sebagian karena semakin berkurangnya jumlah penerbitan JGB oleh pemerintah.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, berada pada posisi rata-rata di 97,40. Semalam, dolar diperdagangkan mendekati level tertinggi sesi terhadap mata uang global, karena sentimen pada greenback tetap positif setelah mendapat komentar optimis dari Federal Reserve sementara kemerosotan pound membantu momentum kenaikan lebih lanjut.

Melemahnya sterling mendorong dolar ke level tertinggi sesi, setelah Gubernur Bank of England Mark Carney menahan kenaikan ekspektasi suku bunga, seraya mengatakan bahwa saat ini bukan saatnya untuk menaikkan suku bunga, mengacu pada pertumbuhan upah yang terlihat "anemia" dan beragam sinyalemen pada pengeluaran konsumen dan investasi bisnis.

Kemerosotan sterling pun menambah sentimen terhadap dollar yang belakngan ini sudah positif, di balik komentar Presiden Federal New York William Dudley pada hari Senin. Dudley menaikkan ekspektasi kenaikan suku bunga, memperingatkan bahwa menghambat kenaikan suku bunga bisa berbahaya bagi ekonomi AS, mengatakan dengan tegas perkembangan yang terus terjadi di pasar pekerjaan akan mendorong upah yang lebih tinggi, menghidupkan kembali inflasi yang baru-baru ini mencatat penurunan.

USD/JPY diperdagangkan pada level 111,38, turun 0,07%, sementara AUD/USD diperdagangkan di level 0,7568, turun 0,17%. GBP/USD turun 0,06% diperdagangkan pada level 1,2622.
 
Proyeksi Kenaikan Suku Bunga Fed Pengaruhi Dolar

Proyeksi Kenaikan Suku Bunga Fed Pengaruhi Dolar

3e2f070f2b5c9377642b8af09be16f5d.jpg


Dolar melayang melemah di Asia pada hari Kamis karena keraguan yang tumbuh atas prospek kenaikan suku bunga Fed ketiga pada tahun ini.


USD/JPY turun 0,21% menjadi 111,16, sementara AUD/USD diperdagangkan di level 0,7553, naik 0,01%. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,05% menjadi 97,17.

Sebelumnya, kiwi naik setelah Reserve Bank of New Zealand mempertahankan suku bunga stabil di 1,75% seperti yang diharapkan pada hari Kamis dengan prospek pertumbuhan mencatat bahkan di saat bank sentral mengatakan bahwa kebijakan akan tetap akomodatif. NZD/USD naik 0,61% menjadi 0,7251 di perdagangan Asia.

Semalam, dolar menguat terhadap mata uang global, setelah data menunjukkan penjualan rumah AS yang ada secara tak terduga naik di bulan Mei sementara penguatan poundsterling membatasi momentum kenaikan greenback.

National Association of Realtors mengatakan permintaan yang kuat dan hipotek murah menaikkan harga pada tingkat yang tidak berkelanjutan, karena penjualan rumah yang ada naik 1,1% di bulan Mei menjadi tingkat tahunan sebesar 5,62 juta. Analis memperkirakan penjualan rumah AS yang ada turun sebesar 0,5%.

Kenaikan tak terduga penjualan rumah yang ada mendorong sentimen terhadap dolar, setelah greenback jatuh ke posisi terendah sesi yang tertekan oleh penguatan pound, menyusul komentar bullish mengenai kenaikan suku bunga dari kepala ekonom Bank of England, Andy Haldane.

Haldane mengatakan bahwa dia mungkin akan bergabung dengan mereka yang meminta kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, dan menambahkan bahwa "penarikan bertahap kebijakan tambahan akan menjadi bijakan jika segera dilaksanakan.
 
Back
Top