Berita dan Fundamental

Saham Asia Capai Level Tertinggi, Dolar Tergelincir

Saham Asia Capai Level Tertinggi, Dolar Tergelincir

3eUIP6NLR3W20z63eJ8pDg.jpeg


Saham, obligasi dan komoditas semua bergerak naik di Asia pada hari Kamis, bullish yang diakibatkan pelemahan kepercayaan Federal Reserve atas inflasi yang berjanji untuk mempertahankan suku bunga AS yang rendah lebih lama dari perkiraan.


Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,9 persen ke level yang tidak terlihat sejak Desember 2007. Indeks MSCI telah meningkat lebih dari 5 persen sepanjang bulan ini.

Indeks Kopsi dan Nikkei keduanya naik 0,2 persen, sementara indeks Australia naik 0,3 persen. Indeks saham Filipina berada di puncak satu tahun dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,3 persen ke atas level 27.000. Namun kekhawatiran tentang peraturan ketat membuat indeks CSI300 blue-chip China turun 0,7 persen, meski data menunjukkan adanya kenaikan dalam pertumbuhan laba perusahaan industri.

Aksi ‘rush’ risiko terbaru terjadi setelah Fed mempertahankan suku bunga AS seperti yang diperkirakan pada hari Kamis, dan menyinggung kata-katanya atas inflasi. Pasar menerima fakta bahwa bank sentral mencatat bahwa inflasi keseluruhan dan inti telah menurun, dan hal itu menghapus kualifikasi kemungkinan menunjukkan kekhawatiran perlambatan tersebut mungkin tidak bersifat sementara.

The Fed juga mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan mulai mengurangi kepemilikan obligasi secara besar-besaran "sesegera mungkin," yang memperkuat ekspektasi pada awal September. Meskipun hal itu akan menjadi pengetatan yang efektif dalam kondisi keuangan, hal itu juga akan mengurangi kebutuhan akan kenaikan suku bunga yang sebenarnya, yang lebih penting untuk valuasi mata uang.

Imbal hasil Treasury 10-tahun AS turun 5 basis poin dan terakhir di 2,278 persen. Dolar mengikuti, jatuh ke level bawah 13 bulan terhadap mata uang 93.322. Euro, yang telah mengalami kenaikan mendekati level tertinggi 23 bulan untuk sepanjang minggu ini, akhirnya berhasil menembus level $1.1750, tertinggi sejak Januari 2015.

Dolar bahkan turun kembali terhadap yen menjadi 110,875, meskipun penurunan dolar dibatasi oleh ekspektasi Bank of Japan akan menjaga kebijakan pengenduran super yang lebih lama dari pada bank sentral global lainnya.

Prospek kebijakan AS yang tetap simulatif memperlihatkan indikator ketakutan Wall Street menyentuh rekor terendah karena saham mencatat rekor penutupan tertinggi. Indeks Dow Jones akhiri sesi Rabu dengan kenaikan 0,45 persen, sementara S&P 500 naik 0,03 persen dan Nasdaq naik 0,16 persen.

Penurunan dolar, berkah bagi pasar komoditi berdenominasi dolar. Emas spot sentuh level kenaikan enam minggu dan terpantau berada di $1.263,80, sementara tembaga tembus ke level yang belum pernah tersentuh sejak Mei 2015.
 
Harga Minyak Masih Bertahan Di Level Tertinggi Delapan Minggu

Harga Minyak Masih Bertahan Di Level Tertinggi Delapan Minggu

kvQnZbF2RLaBWoDtRwgGDg.png


Harga minyak turun tipis pada hari Jumat namun masih berada di dekat level tertinggi 8 minggu, didukung oleh penurunan persediaan minyak mentah AS dan upaya OPEC untuk mengekang produksi.


Harga minyak mentah Brent turun 6 sen atau 0,1 persen menjadi $51,43 per barel. Sementara minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 5 sen atau 0,1 persen menjadi $48,99 per barel.

Kedua minyak mentah acuan tersebut naik ke level tertinggi sejak 31 Mei di sesi sebelumnya, didukung oleh kenaikan pada bahan bakar kenderaan berjangka AS setelah sebelumnya mendapat dukungan dari upaya terbaru OPEC untuk mengurangi ekspor dan penurunan tajam dalam persediaan minyak mentah AS.

Persediaan minyak mentah AS turun tajam sebesar 7,2 juta barel dalam pekan hingga 21 Juli karena aktivitas penyulingan yang kuat dan kenaikan ekspor, menurut data dari Administrasi Informasi Energi (EIA). Persediaan minyak mentah AS ini sendiri telah menjadi tantangan terhadap pemangkasan produksi untuk menopang harga yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.

Produksi minyak mentah AS telah meningkat sejak pertengahan 2016, namun turun menjadi 9,41 barel per hari (bpd) dalam minggu hingga 21 Juli, dari 9,43 juta barel per minggu sebelumnya. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan output Alaska, kata bank ANZ.

Harga minyak telah didukung oleh kesepakatan lebih lanjut antara OPEC dan beberapa anggota non-OPEC untuk membatasi produksi minyak Nigeria dan mendorong beberapa anggota untuk mematuhi pemotongan produksi mereka yang dijanjikan.

Sejak produsen minyak utama dunia mengadakan sebuah pertemuan di St Petersburg pada hari Senin, harga minyak mentah telah meningkat sekitar 6 persen karena harapan untuk memperdalam pemangkasan produksi. Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengatakan bahwa pihaknya merencanakan untuk membatasi ekspor minyak mentah menjadi 6,6 juta barel per hari pada bulan Agustus, sekitar 1 juta barel per hari di bawah tingkat tahun lalu.
 
Last edited:
Pasar waspadai data ekonomi AS dan laporan pendapatan korporat

Pasar waspadai data ekonomi AS dan laporan pendapatan korporat

20431581_1936756489873873_5880049215178147746_n.jpg


Di penghujung minggu ini aksi jual saham sektor teknologi terus melebar hingga ke Asia. Indeks-indeks acuan mulai dari Australia sampai Hong Kong menggelepar setelah hasil pendapatan Amazon.com Inc menurun.


Disamping itu, kenaikan mata uang dolar dan minyak mentah di pasar internasional juga tertahan. Yen menguat menjadi 111,07 per dolar dan euro berpacu membukukan kenaikan tertinggi sejak 2015 lalu terhadap swiss franc, euro naik menjadi $1,1687 dan 1,13345 terhadap swiss.

Minyak West Texas jatuh menjadi $48,89 per barrel. Emas jatuh menjadi $1.258,17 per ounce.

Saham Samsung Electronics dan Tencent Holdings mengalami penurunan terbesar di jajaran Indeks MSCI Asia Pacific. Tadi malam, saham-saham AS juga tergelincir dipicu oleh Amazon.com yang melemah beberapa jam setelah pasar dibuka.

Awalnya pasar cukup optimis mengingat solidnya pertumbuhan ekonomi global. Dan lebih dari 2/3 perusahaan yang tergabung di S&P 500 sukses membukukan pendapatan melebihi ekspektasi.

Namun ceritanya berubah setelah kabar dari Amazon tersebut, yang mengakibatkan pasar kembali harus melakukan penyesuaian ekspektasi terlebih dalam waktu dekat AS akan merilis sejumlah data ekonomi penting.

Pasar juga akan mengalihkan fokusnya ke laporan pendapatan beberapa perusahaan yang nantinya akan menentukan sentimen keseluruhan. The Fed sempat menunjukkan kecemasannya terhadap inflasi. The Fed juga rencananya akan mulai mengurangi neraca yang berjumlah $4,5 triliun di September.

Beberapa prediksi menunjukkan bahwa perekonomian AS berakselerasi 2,5 persen pertahun didorong oleh belanja konsumen. Nomura Holdings, Exxon Mobile dan Barclays akan melaporkan pendapatannya hari ini.
 
Dolar Melemah Efek Data Regional Asia

Dolar Melemah Efek Data Regional Asia

WbdWvJaNTCm7XT3epRAKPg.png


Dolar melemah di Asia pada hari Senin dengan produksi industri di Jepang dan China Federation of Logistics & Purchasing PMI dan indeks jasa PMI diantara lainnya yang menunjukkan kekuatan regional.


USD/JPY diperdagangkan pada level 110,53, turun 0,14%, sementara AUD/USD diperdagangkan di level 0,7984, turun 0,03%. Indeks dolar AS, yang mencatat kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,05% menjadi 93,25.

PMI manufaktur CFLP mencapai 51,4, sebuah perdagangan di bawah perkiraan, namun masih dalam ekspansi, sementara 54,5 untuk indeks jasa PMI juga terlihat stabil. Laporan manufaktur Caixin sektor swasta akan dirilis pada Selasa besok dengan perkiraan di angka 50,4.

Sektor jasa menyumbang lebih dari setengah dari ekonomi China tahun lalu karena kenaikan upah membuat konsumen China berkesempatan untuk berbelanja, bepergian dan wisata kuliner lebih. Pemimpin China mengandalkan pertumbuhan jasa dan konsumsi untuk menyeimbangkan kembali pertumbuhan ekonomi mereka.

Sebelumnya, Jepang melaporkan data produksi industri untuk bulan Juni naik 1,6%, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 1,7%. Kemudian, Australia melaporkan kredit sektor swasta dengan kenaikan 0,4% terlihat di bulan Juni.

Pekan lalu, dolar melemah terhadap mata uang utama pada hari Jumat setelah data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS meningkat pada kuartal kedua, namun pertumbuhan upah masih lamban.

Departemen Perdagangan pada hari Jumat mengatakan bahwa produk domestik bruto tingkat tahunan meningkat 2,6% dalam tiga bulan hingga Juni, yang mencakup dorongan dari belanja konsumen. Data itu lebih dari dua kali lipat pertumbuhan 1,2% yang terlihat pada kuartal pertama.

Namun laporan terpisah menunjukkan bahwa pertumbuhan upah dan inflasi masih terjaga pada kuartal kedua. Departemen Tenaga Kerja mengatakan upah dan gaji meningkat 0,5% setelah menguat 0,8% pada kuartal pertama.

Indikator inflasi yang disukai The Fed, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk pangan dan energi, meningkat pada tingkat 0,9%, kenaikan terlemah dalam dua tahun. Prospek inflasi yang tertekan telah menimbulkan keraguan apakah Federal Reserve akan dapat mempertahankan rencana kenaikan suku bunga ketiganya tahun ini.

The Fed mempertahankan suku bunga pada hari Rabu dan mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan mulai merampingkan neraca keuangannya "relatif segera."

Menurunkan ekspektasi stimulus fiskal di bawah administrasi Trump juga berperan dalam penurunan dolar baru-baru ini.
 
HSBC Dan Saham Tambang Topang Indeks Saham Eropa

HSBC Dan Saham Tambang Topang Indeks Saham Eropa

Tl2L8tfVScOYsx6b2q0Hrw.png


Kenaikan besar di antara saham-saham pertambangan dan rally sektor perbankan yang dipimpin HSBC mengangkat indeks STOXX 600 pada Senin, menempatkan indeks saham Eropa tersebut berada pada jalur mengakhiri bulan ini relatif datar.


Indeks pan-European STOXX 600 naik 0,3 persen, sementara blue chips naik 0,2 persen. Indeks FTSE 100 komoditi Inggris naik 0,5 persen sementara indeks DAX Jerman naik 1 persen.

Saham keuangan memberikan dorongan besar pada STOXX, dengan sektor perbankan naik 0,5 persen, dipimpin kenaikan 2,8 persen pada saham HSBC, yang menguat setelah bank kreditur tersebut bukukan kenaikan profit 5 persen di awal babak pertama sebelum pajak dan mengumumkan ‘buyback’ ketiganya dalam setahun.

Kenaikan saham produsen obat Perancis Sanofi yang naik sekitar 2 persen, setelah menaikkan prospek 2017 di balik pertumbuhan penjualan yang kuat di kuartal kedua juga membantu kenaikan pasar saham eropa.

Seiring dengan pertumbuhan pendapatan kuartal kedua Eropa, sejauh ini sekitar 45 persen perusahaan MSCI Eropa telah melaporkan hasil, 58 persen di antaranya telah memenuhi atau melampaui ekspektasi analis, menurut data Thomson Reuters. Angka ini sedikit lebih rendah untuk perusahaan zona euro, dimana hanya setengahnya telah memenuhi atau mengalahkan ekspektasi.

Indeks STOXX 600 berada di jalur untuk mengakhiri bulan relatif datar, terhambat oleh penguatan euro pada bulan Juli yang telah membebani perusahaan-perusahaan zona euro, terutama perusahaan eksportir.

Perusahaan pertambangan juga diantara pemain yang sangat kuat pada hari ini, menguat 1,8 persen karena harga tembaga yang naik didukung data manufaktur dari Cina, sebagai konsumen logam terbesar di dunia.
 
Fokus pada data AS, Dolar Naik Dari Level Bawah Terhadap Euro

Fokus pada data AS, Dolar Naik Dari Level Bawah Terhadap Euro

BIb-7k67TUSnByzqM57M_A.png


Dolar beringsut naik dari level terendah di 2 setengah tahun terhadap euro pada hari Selasa, namun proyeksi kenaikan ini masih tertutup oleh gejolak politik AS dan keraguan tentang kenaikan suku bunga Federal Reserve lainnya tahun ini.


Greenback tergelincir pada hari Senin, tertekan oleh penyesuaian portofolio akhir bulan, sementara euro didukung oleh ekspektasi sikap kebijakan moneter yang lebih hawkish dari Bank Sentral Eropa.

Ketidakpastian politik AS juga terlihat membebani mata uang tersebut, setelah Presiden Donald Trump menggulingkan kepala komunikasi Gedung Putih yang baru saja dipekerjakan, Anthony Scaramucci, pada hari Senin.

Euro turun 0,1 persen menjadi $1,1828, melemah dari level kenaikan $1,1846 pada awal perdagangan Asia, level terkuat euro sejak Januari 2015.

Sementara ekspektasi terhadap euro ke posisi yang lebih tinggi cenderung masih terjaga, mata uang umum itu mungkin akan sedikit melemah terhadap dolar karena investor menantikan data ekonomi AS di minggu ini yang dapat dijadikan petunjuk baru.

Selain laporan pekerjaan yang akan dirilis pada hari Jumat, para pelaku pasar juga akan fokus pada indeks harga konsumsi inti (core consumer consumption expenditure / PCE) yang akan dirilis Selasa.

Indeks dolar, parameter perdagangan greenback terhadap enam mata uang utama, terakhir diperdagangkan di level 92,907, atau naik 0,1 persen. Pada hari Senin, indeks sempat tergelincir hingga ke level 92.784, level terlemah sejak 3 Mei 2016.

Terhadap yen, dolar bertahan stabil di 110,30 yen, dan diperdagangkan di dekat level rendah 110,21 yen yang dicapai pada minggu ini, level terendah sejak pertengahan Juni. Dolar Australia naik 0,4 persen menjadi $0,8039, tidak jauh dari level puncak $0,8066 yang dicapai pada pekan lalu, level terkuatnya di lebih dari dua tahun.

Bank sentral Australia secara luas diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga pada rekor rendah 1,5 persen pada tinjauan kebijakan yang dijadwalkan pada 0430 GMT pada hari Selasa, menurut jajak pendapat Reuters.

Pelaku pasar juga akan mengawasi komentar dari Reserve Bank of Australia mengenai penguatan dolar Australia baru-baru ini.
 
Euro Tergelincir Pasca Data PDB

Euro Tergelincir Pasca Data PDB

hFzKjr8SS52LG7dLYsX2Xw.png


Euro tergelincir ke posisi terendah hari ini terhadap dolar AS pada hari Selasa meskipun data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di zona euro terus berkembang di kuartal kedua.


EUR/USD turun 0,22% menjadi 1,1811, setelah menyentuh level tertinggi dua setengah tahun di level 1,1845 pada perdagangan kemarin.

Kantor Statistik Uni Eropa, Eurostat, mengatakan produk domestik bruto di kawasan euro per kuartal naik 0,6% dalam tiga bulan sampai Juli dan 2,1% pada basis tahunan, naik dari 1,9% pada kuartal pertama. Ekonom memperkirakan pertumbuhan 0,6% di kuartal ini dan 2,4% per tahun.

Data solid ini tidak banyak mengubah ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa akan memutuskan untuk mulai mempertimbangkan kembali program pembelian asetnya pada musim gugur mendatang. Data tersebut muncul sehari setelah laporan menunjukkan bahwa inflasi utama di zona euro meningkat sejalan dengan perkiraan pada bulan Juli, namun inflasi yang mendasari naik ke level tertinggi dalam empat tahun.

Tingkat inflasi tahunan naik 1,3% di bulan Juli, menurut laporan awal Eurostat. Inflasi inti, yang tidak termasuk komponen volatil dan dianggap sebagai ukuran tekanan inflasi yang lebih andal, naik menjadi 1,2%. Laporan tersebut menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2013.

Euro melemah terhadap sterling, dengan EUR/GBP turun 0,32% menjadi 0,8931. Pound meningkat setelah data menunjukkan bahwa pertumbuhan pabrik Inggris pulih pada bulan Juli didukung oleh lonjakan ekspor baru.

Sementara itu, dolar AS berkubang di dekat level terendah 14 bulan terhadap mata uang mayoritas setelah turun untuk bulan kelima berturut-turut di bulan Juli dan merupakan penurunan beruntun yang terpanjang sejak 2011. Indeks dolar AS terakhir berada di level 92,78, setelah turun serendah 92,64 pada senin Senin, terlemah sejak Mei 2016.

Indeks dolar turun 2,88% pada bulan Juli, penurunan bulanan kelima berturut-turut dan persentase penurunan bulanan terbesar sejak Maret 2016. gejolak politik di Washington yangsemakin pelik dan turunnya ekspektasi kenaikan suku bunga ketiga oleh Federal Reserve tahun ini telah menekan dolar lebih rendah.
 
China harus tekan kredit untuk amankan ekonomi

China harus tekan kredit untuk amankan ekonomi

mhqN0quLQCOq4fdhVjgLHg.png


Selama beberapa tahun berlakangan, perusahaan-perusahaan China menggelontorkan dana super fantastis dalam rangka akuisisi usaha. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung mencapai $343 miliar yang tersebar diseluruh dunia.


Beberapa aksi take over bernilai "wah" tersebut diantaranya Dalian Wanda Group yang membeli rumah produksi Hollywood, Legendary Entertainment senilai $3,5 miliar di 2016. Anbang Insurance Group membeli Waldorf Astoria. Fosun International Ltd. membeli Club Mediterranee SA dan Cirque du Soleil.

Seiring berlanjutnya akse serupa, pada Juni lalu pengawas sektor perbankan China memerintahkan kepada perbankan agar memeriksa kembali dampak negatif dari pinjaman yang dilakukan oleh empat konglomerat diatas yang total kesepakatan bisnisnya mencapai $75 miliar lebih, kombinasi dalam dan luar negeri terhitung awal 2016.

Beberapa perbankan besar China yang sebelumnya membantu akuisisi global HNA (raksasa pengapalan China) sekarang menghentikan dukungannya, berdasarkan laporan Bloomberg News. Pihak otoritas juga meminta Anbang menjual aset-aset asingnya dan mengembalikan dana tersebut kedalam negeri.

Sementara menurut keterangan Anbang, perusahaan belum memiliki rencana untuk menjual kepemilikan asingnya.

Setelah krisis keuangan global, otoritas keuangan China mengaktifkan kebijakan penggelontoran pinjaman untuk bisnis dan para konglomerat China tercatat memiliki sejarah peningkatkan jumlah pinjaman yang cukup besar. Secara keseluruhan, pinjaman pemerintah, rumah tangga dan perusahaan lebih dari $28,8 triliun atau 258 persen dari produk domestik bruto.

Porsi terbanyak sekitar $17 triliun terpusat di neraca perusahaan, khususnya di perusahaan pelat merah yang memproduksi mulai dari baja, batu bara, konstruksi dan developer properti.

Ancaman terhadap perekonomian China akan semakin besar selama obral kredit tidak dihentikan atau ditekan. Akan ada satu titik dimana negara tidak lagi mampu menggelontorkan utang dan mendanai proyek-proyek baru.

Badan Moneter Internasional atau IMF melaporkan jika China tidak mampu menurunkan ketergantungannya terhadap utang, maka pertumbuhan ekonomi akan melambat dari 6,9% di semester pertama 2017 menjadi 5 persen di 2021. Sementara pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 3 persen jika China mengalami krisis keuangan dan dampaknya tentu akan merembet ke seluruh dunia.

Pembatasan pinjaman terhadap empat perusahaan swasta diatas bisa jadi pertanda bahwa pemerintah mulai serius menangani masalah utang ini, meski upaya serupa pernah dilakukan namun hanya bertahan sebentar saja.

Sejak berkuasa di 2012, Presiden Xi Jinping melakukan banyak gebrakan diantaranya pemberantasan korupsi tapi jika berkaitan dengan utang, tampaknya dia tidak begitu agresif. Tapi sejauh ini beliau telah menyerukan kepada regulator keuangan agar secepatnya mengatasi beban utang yang berlebihan di perusahaan-perusahaan milik negara.

Sebagai ilustrasi, dengan menghentikan atau mengurangi laju pertumbuhan hutang sudah cukup untuk mengulur dampaknya karena China saat ini memiliki sumber daya finansial yang begitu besar, $3 triliun cadangan devisa yang bisa digunakan seandainya perbankan atau perusahaan yang tercekik hutang mulai kesulitan.

Selain itu negara juga diperkuat dengan simpanan domestik yang mencapai $24 triliun sehingga negara tidak perlu meminjam dari luar negeri.

Untuk mengurangi ketergantung atas hutang, negara harus membiarkan perusahaan-perusahaan bangkrut, dan ini sebagai bukti komitmen pemerintah atas seruan global agar China melakukan penyesuaian dan tentu saja akan berdampak kepada target pertumbuhan tahunan.

Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi cukup tinggi tapi bergantung kepada dana-dana pinjaman dimana pertumbuhan utang sebenarnya lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi di lebih dari lima tahun terakhir.

Suntikan kredit kepada perusahaan-perusahaan yang tidak kompetitif telah menciptakan perusahaan zombie dimana mereka dianggap lalai dalam membayar bunga. Meski industri sektor baja, batu bara dan semen dalam posisi overcapacity, pemerintah cenderung memilih untuk menyelamatkan atau menjual perusahan yang mau bangkrut ketimbang membiarkan mereka bangkrut.

Perusahaan-perusahaan tidak produktif tersebut harus dibiarkan bangkrut dan tidak lagi dibantu karena hanya membawa beban. Selain itu China juga diintai oleh memanasnya sektor properti, yang sekarang nilainya membumbung tinggi dibanding PDB. Properti di kota-kota besar naik dua digit ditahun lalu.

Secara keseluruhan ada 50 juta unit perumahan yang terjual tapi tak ditinggali. Jumlah tersebut cukup untuk menampung setiap pria, wanita dan anak di Jerman dan Perancis.

Seiring berjalannya waktu, menawarkan pinjaman ke ekonomi semakin tidak efektif sebaliknya malah mubazir. Apakah China benar-benar membutuhkan lebih dari 200 produsen mobil listrik dan 800 perusahaan robotik?

Presiden Xi memang cukup piawai dalam menakhodai ekonomi China tapi dalam hal pengelolaan utang tampaknya masih banyak PR yang perlu beliau kerjakan.
 
Minyak Turun, Pasokan OPEC Tinggi

Minyak Turun, Pasokan OPEC Tinggi

thumbnail_1500033467.jpg


Minyak turun pada hari Kamis setelah sempat rally yang telah mendorong kenaikan harga hampir 10 persen sejak awal pekan lalu dan kehilangan momentum meskipun ada tanda-tanda baru dari pasar AS yang secara bertahap melakukan pengetatan produksi.


Besarnya permintaan di Amerika Serikat memberikan dukungan terhadap harga minyak, ungkap para pelaku pasar. Namun, tinggginya pasokan yang terus berlanjut dari produsen OPEC justru membatasi pergerakan lebih lanjut.

Minyak mentah Brent berjangka, yang menjadi patokan internasional untuk harga minyak, diperdagangkan turun 17 sen atau 0,3 persen, pada $52,19 per barel. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) berada di $49,44 per barel, turun 15 sen atau 0,3 persen, dari penutupan terakhir mereka.

Harga minyak mentah AS bertahan di bawah $50 per barel meskipun permintaan bensin tercatat 9,84 juta barel per hari (bpd) pekan lalu dan turunnya persediaan minyak mentah komersial dalam pekan hingga 28 Juli sebesar 1,5 juta barel menjadi 481,9 juta barel, menurut Energi AS Administrasi Informasi (EIA).

Angka itu di bawah level yang terlihat pada tahun lalu, sebuah indikasi pengetatan pasar AS.

Para pelaku paaar mengatakan pasokan tinggi yang sedang berlangsung oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) membatasi harga.

Pasokan OPEC yang tinggi terjadi meski ada sebuah janji oleh kelompok tersebut, yang didukung oleh produsen lain termasuk Rusia, untuk membatasi produksi sebesar 1,8 juta bph antara bulan Januari tahun ini dan Maret 2018 untuk memperketat pasar.
 
Saham Teknologi Regional Pengaruhi Kinerja Pasar Saham Asia

Saham Teknologi Regional Pengaruhi Kinerja Pasar Saham Asia

iUJKAKKfTl2TMDQVyjdk7A.png


Saham Asia tergelincir pada hari Kamis, dipimpin oleh penurunan saham teknologi Korea Selatan, bersamaan dengan investor mengunci kenaikan baru-baru ini setelah Dow Jones Industrial Average di Wall Street tembus level 22.000 untuk pertama kalinya dalam 121 tahun sejarahnya.


Spreadbetters mmeperkirakan pasar saham Eropa mengikuti, dan memprediksi FTSE Inggris dan DAX Jerman keduanya dibuka dengan penurunan sekitar 0,1 persen sementara indeks CAC Prancis diperkirakan dibuka datar.

Indeks saham terbesar Asia Pasifik MSCI tidak termasuk Jepang turun 0,6 persen, dengan indeks Korea Selatan turun 1,6 persen. Sementara, indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen.

Samsung Electronics, yang Jumat lalu mencatat penurunan harian terbesar sejak Oktober, turun 2,3 persen, menghentikan kenaikan yang dilakukan minggu ini. SK Hynix turun 2,9 persen. Beberapa saham Seoul mendapat hantaman tambahan atas rencana pajak baru Presiden Moon Jae-in.

Di New York tadi malam, Dow Jones Industrial Average melampaui level 22.000 untuk pertama kalinya dengan kekuatan di saham Apple setelah laporan pendapatannya.

S&P 500 naik 0,05 persen, masih tidak jauh dari rekor level tingginya yang disentuh pekan lalu, didukung oleh optimisme pendapatan dan meningkatnya ekspektasi bahwa pengetatan kebijakan Federal Reserve akan bergerak perlahan.

Inflasi AS terkandung bahkan saat pasar tenaga kerja negara tampak dalam kondisi terbaiknya bertahun-tahun, dengan tingkat pengangguran bertahan di dekat level terendah 17 tahun.

Sebuah laporan oleh lembaga penggajian swasta, ADP, menunjukkan pada hari Rabu bahwa perusahaan swasta AS menambahkan 178.000 lapangan pekerjaan pada bulan Juli, sedikit di bawah ekspektasi ekonom, meskipun kenaikan gaji pada bulan Juni direvisi menjadi 191.000 dari 158.000 yang dilaporkan semula.

Para pelaku pasar mengharapkan laporan ketenagakerjaan pemerintah yang sangat dipantau pada hari Jumat untuk menunjukkan ekspansi yang solid dalam penciptaan lapangan kerja di AS.
 
Emas Turun Di Asia Jelang Laporan Payrolls AS

Emas Turun Di Asia Jelang Laporan Payrolls AS

q_pGS7_FQ3m5etFgEqh7jQ.png


Emas merosot di Asia pada hari Jumat dengan laporan nonfarm payrolls yang akan dirilis diperkirakan akan menentukan arahan dolar yang terlihat sangat penting bagi pembeli luar negeri dari importir besar seperti India dan China.


Kontrak emas untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun 0,39% menjadi $ 1,266.89 per troy ounce.

Tadi malam, harga emas diperdagangkan sedikit di bawah titik impas namun tetap mendekati level tertinggi tujuh minggu pada hari Kamis karena investor menunggu data nonfarm payrolls sebagai petunjuk kekuatan ekonomi di tengah penurunan ekspektasi Federal Reserve akan mempertahankan rencananya untuk menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini.

Emas terlihat sedikit tertekan di awal perdagangan pagi AS, karena investor masih berhati-hati untuk mengambil posisi besar pada logam kuning tersebut menjelang data nonfarm payroll yang akan dirilis pada hari Jumat, diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek kenaikan suku bunga.

Emas beringsut naik dalam beberapa pekan terakhir, karena ketidakpastian investor mengenai laju kenaikan suku bunga AS terus berlanjut di tengah serangkaian data ekonomi yang campuran sehingga memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa saja mundur dari rencananya untuk menaikkan suku bunga akhir tahun ini.

Pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan tanda-tanda pengetatan, setelah klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 5.000 menjadi 240.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan hingga 29 Juli, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Kamis.

Data klaim pengangguran awal optimis menguatkan dolar, sehingga menambah tekanan atas mata uang denominasi dolar.
 
Dolar Masih Melemah Menjelang Laporan Payroll

Dolar Masih Melemah Menjelang Laporan Payroll

kj9JPeuiRXuMiiUSDYtWuA.png


Dolar masih melemah secara luas terhadap mata uang utama pada perdagangan Jumat, karena para pelaku pasar menunggu laporan data ketenagakerjaan utama AS yang akan dirilis hari ini di tengah ketegangan politik yang sedang berlangsung di Washington.


Tekanan terhadap dolar masih terjadi menyusul laporan Penasihat Khusus Robert Mueller yang mengeluarkan surat gugatan dewan juri di tengah penyelidikan yang sedang berlangsung atas campur tangan Rusia dalam pemilihan AS pada 2016. Menurut Reuters, surat panggilan pengadilan tersebut dikeluarkan sehubungan dengan pertemuan Juni 2016 yang melibatkan Donald Trump Jr, Jared Kushner dan seorang pengacara Rusia.

Greenback baru-baru ini melemah di tengah kekhawatiran gejolak politik di Washington dan laporan ekonomi terakhir yang kurang baik, yang telah menimbulkan keraguan apakah Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini.

Pada hari Kamis, Institute for Supply Management mengatakan indeks aktivitas non-manufaktur turun menjadi 53,9 dari 57,4 di bulan Juni. Para ekonom memperkirakan penurunan ringan 57,0. Para pelaku pasar saat ini sedang memantau laporan nonfarm payrolls untuk bulan Juli, yang akan dirilis Jumat hari ini, sebagai tolak ukur apakah ekonomi AS cukup kuat bagi Fed untuk tetap mengikuti jalur pengetatan yang direncanakan.

EUR/USD naik 0,12% menjadi 1,1884, mendekati level kenaikan 32 bulan di level 1,1911 pada hari Rabu. Sementara, GBP/USD bertahan stabil di level 1,3146, pulih dari penurunan tajam yang terjadi pada hari Kamis setelah Bank of England mempertahankan suku bunga pada rekor terendah dan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk tahun ini dan selanjutnya. USD/JPY bergerak tipis di lecvel 110,08, sementara USD/CHF tergelincir 0,12% diperdagangkan pada 0,9674 dan USD/CAD hampir tidak berubah di 1.2571.

Dolar Australia dan Selandia Baru menguat, dengan AUD/USD naik 0,26% di level 0,7970 dan NZD/USD naik 0,16% ke level 0,7446. Sebelumnya pada hari Jumat, Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel negeri Australia meningkat sebesar 0,3% di bulan Juni, mengalahkan ekspektasi kenaikan 0,2%.

Namun, penguatan Aussie diperkirakan masih akan terbatas karena Reserve Bank of Australia memangkas proyeksi pertumbuhan menjadi 2,5% dari 3,0% untuk 2017, dan mengatakan bahwa penguatan dolar Australia baru-baru ini memiliki "efek pereda sederhana" terhadap prospek tersebut.

Komentar tersebut disampaikan setelah Gubernur RBA Philip Lowe memperingatkan pada hari Selasa bahwa penguatan dolar Australia justru menjadi ancaman bagi pertumbuhan, inflasi dan lapangan kerja.

Indeks dolar AS, yang mencatat perdagangan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,09% pada level 92,62, tidak jauh di level terendahnya dalam 15-bulan pada level 92,39.
 
Korut Dijatuhi Sanksi, Sebagian Pasar Saham Asia Menguat

Korut Dijatuhi Sanksi, Sebagian Pasar Saham Asia Menguat

1JsjnohzTVaAmC2pv86ZAA.png


Pasar saham di Asia menguat karena pasar menyambut sanksi yang lebih keras terhadap program rudal dan nuklir Korea Utara.


Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa dengan suara bulat memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara pada akhir pekan atas uji coba rudal balistik antar benua pada bulan Juli. Reuters mengatakan sanksi tersebut dapat mengurangi sepertiga pendapatan ekspor tahunan sebesar $3 miliar per tahun negara tersebut.

Di Australia, indeks ASX 200 naik 0,86% dengan Commonwealth Bank membalikkan penurunan di awal sesi lebih dari 0,8% dan diperdagangkan naik 1,12%. Bank tersebut mengatakan bahwa "kesalahan pengkodean" terhadap perangkat lunak tersebut bertanggung jawab atas "sebagian besar" pelanggaran undang-undang anti-pencucian uang yang dituduhkan pekan lalu oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Australia.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,58% dan Kospi Korea Selatan naik 0,53%. Smenetara indeks Komposit Shanghai berlawanan dengan tren kenaikan di Asia, turun 0,15%.

Pekan lalu, Dow ditutup pada rekor tertinggi untuk sesi kedelapan kalinya pada hari Jumat, didukung oleh data pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, memicu risk appetite di antara pelaku pasar. Perekonomian AS menambahkan 209.000 lapangan pekerjaan pada bulan Juli, menjelang melampaui perkiraan 183.000 pekerjaan baru sementara tingkat pengangguran tidak berubah pada tingkat terendah 16 tahun di 4,3%, kata Departemen Tenaga Kerja pada hari Jumat.

Jumlah upah yang sangat diawasi tidak berubah dari bulan-bulan sebelumnya, dengan rata-rata penghasilan per jam naik 2,5%. Rata-rata hari kerja juga tidak berubah pada 34,5 jam. Pertumbuhan upah dipantau secara ketat oleh Federal Reserve untuk bukti kekuatan yang berlanjut di pasar tenaga kerja dan tekanan pada inflasi.

Laporan pekerjaan tersebut, memberikan harapan baru bahwa Federal Reserve akan mempertahankan rencananya untuk menaikkan suku bunga akhir tahun ini.

Pekan yang berkahir positif pada minggu lalu untuk saham AS muncul di tengah meningkatnya ketidakpastian politik di Washington, setelah penasihat khusus yang mengawasi penyelidikan Rusia tersebut, menolak sebuah juri untuk menyelidiki campur tangan Rusia dalam pemilihan 2016, The Wall Street Journal melaporkan pada hari Kamis.

Dow Jones Industrial Average ditutup menguat di level 22.0192. S&P 500 naik 0,19% sementara Nasdaq Composite diperdagangkan di 6351.56, atau naik 0,18%.
 
Dolar Melemah Setelah Kenaikan Sesi Jumat

Dolar Melemah Setelah Kenaikan Sesi Jumat

QaV1NqzMRvm_oMhWpakz2Q.png


Dolar turun tipis pada hari Senin menyusul kenaikan tajam di sesi akhir pekan kemarin, karena investor fokus pada data inflasi yang akan dirilis minggu ini yang dapat menentukan arah jangka panjang mata uang tersebut.


Indeks dolar terhadap enam mata uang utama turun 0,1 persen di level 93,44 yang pada Jumat lalu naik 0,75 persen. Ini merupakan kenaikan satu hari terbesar di 2017 dan menariknya menjauh dari level 92.548, yangf merupakan level terendah sejak Mei 2016 yang disentuh pada hari Rabu.

Greenback menyentuh level tersebut setelah indikator AS yang lemah menambah ketidakpastian ambisi Federal Reserve untuk mulai memangkas portofolio obligasi senilai $4,2 triliun dan kenaikan suku bunga di tengah pelonggaran politik di Washington.

Namun data ketenagakerjaan yang kuat pada hari Jumat membantu dolar keluar dari tekanan penurunan. Harga produsen AS untuk bulan Juli yang akan dirilis pada hari Kamis dan indeks harga konsumen akan dirilis pada hari Jumat harus mengkonfirmasi apakah kekuatan pasar tenaga kerja meluas hingga mencapai inflasi.

Euro naik terhadap dolar menjadi $1,17865 pada hari Senin setelah jatuh lebih dari 0,7 persen pada hari Jumat. Ahli strategi Morgan Stanley mengatakan mereka memperkirakan euro, yang mencapai level tertinggi 2 setengah tahun di level 1,19105 minggu lalu, turun menjadi sekitar 1,1650 / 1,1700 sebelum melanjutkan naik ke level 1,20 dalam beberapa hari mendatang.
 
Emas Menguat Terpicu Lemahnya Dolar

Emas Menguat Terpicu Lemahnya Dolar

zduSxx5STkShtJmfSAbW5Q.jpeg


Harga emas naik tipis di Asia pada hari Selasa dengan melemahnya dolar yang membawa minat beli emas fisik di India dan China, dua importir teratas dunia, menjelang data perdagangan China hari ini.


Laporan ekspor China diperkirakan naik 10,9% di Juli pada basis tahunan, turun dari kenaikan 11,3% di bulan Juni, sementara impor diperkirakan naik 16,6%, dibandingkan kenaikan 17,2% di bulan sebelumnya untuk surplus neraca perdagangan sebesar $46,08 miliar, lebih lebar dari $42,77 miliar di bulan Juni.

Kontrak emas untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange naik 0,11% menjadi $1,266.03 per troy ounce. Tadi malam, harga emas diperdagangkan sedikit di atas titik impas pada hari Senin, terpental dari posisi terendah sesi setelah dolar berada di bawah tekanan menyusul komentar dari pejabat tinggi Federal Reserve.

Emas terus kikis penurunan, menyusul penurunan pada hari Jumat didukung oleh data nonfarm payrolls yang kuat yang menunjukkan ekonomi AS dapat mempertahankan kenaikan suku bunga lanjutan sementara Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan bahwa suku bunga rendah "cenderung tetap sesuai" untuk smenetara ini.

Emas sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS, yang mengangkat biaya kesempatan untuk menahan aset yang tidak menghasilkan seperti bullion.

Namun, data inflasi di minggu ini diharapkan dapat memberikan arah baru untuk logam kuning, karena para pelaku pasar ingin memastikan apakah perlambatan inflasi terus berlanjut. Indeks harga produsen dan data indeks harga konsumen keduanya dijadwalkan aka dirilis pada hari Kamis dan Jumat.

Perlambatan inflasi, telah membebani prospek kenaikan suku bunga akhir tahun ini, menekan imbal hasil dolar dan obligasi namun menopang perdagangan logam kuning mendekati level tertinggi tujuh minggu.

Penurunan volume perdagangan karena liburan di Asia diperkirakan akan membuat harga emas terikat.
 
Dolar AS Melemah Di Sesi Perdagangan Yang Sepi

2H7rv6RdQXu7YT0S3-_Jpw.jpeg


Dolar AS Melemah Di Sesi Perdagangan Yang Sepi

Dolar AS turun tipis terhadap mata uang utama pada hari Selasa, namun terus mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari Jumat karena laporan pekerjaan AS yang solid menghidupkan kembali harapan untuk kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve tahun ini.


Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,12% menjadi 93,19. Indeks dolar bertahan di level atas 15 bulan pada yang disentuh pada sesi Rabu di level 92,41, namun di bawah di level tertinggi 93,64 pada hari Jumat setelah laporan pekerjaan dirilis.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa ekonomi AS menambahkan 209.000 lapangan pekerjaan baru di bulan lalu, jauh di atas ekspektasi kenaikan 183.000, sementara kenaikan tingkat upah mengindikasikan bahwa tekanan inflasi menguat. Pasar meyakini inflasi yang kuat akan memungkinkan Fed untuk tetap pada rencana untuk kenaikan suku bunga ketiga tahun ini.

Greenback telah tertekan melemah dengan kombinasi kekhawatiran atas kekacauan politik di Washington dan laporan ekonomi terakhir yang lesu, menimbulkan keraguan apakah Fed akan dapat mengikuti jalur pengetatan yang direncanakan.

Para pelaku pasar menantikan laporan inflasi AS di pekan ini sebagai indikasi apakah pemulihan dolar berkelanjutan dalam jangka panjang. Laporan mengenai harga produsen AS untuk bulan Juli akan dirilis pada hari Kamis dan laporan inflasi harga konsumen akan dirilis pada hari Jumat.

Euro menguat, dengan EUR/USD naik 0,16% ke level 1,1814 namun kenaikan tersebut tertahan oleh data perdagangan Jerman yang mengecewakan.

Angka yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan bahwa ekspor Jerman turun sebesar 2,8% di bulan Juni, mengakhiri kenaikan lima bulan. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Agustus 2015. Impor Jerman turun sebesar 4,5%, penurunan terbesar sejak Januari 2009. Hasil tersebut mendorong surplus perdagangan Jerman mencapai €21,1 miliar, dari €20,3 miliar di bulan Mei, tertinggi 10 bulan.

Dolar melemah terhadap yen, dengan USD/JPY tergelincir 0,16% ke level 110,56. Yen bergerak tipis terhadap euro, dengan EUR/JPY terakhir di level 130,61. Sementara itu, sterling catat kenaikan, dengan GBP/USD di level 1.3047.

Dolar Australia menguat, dengan AUD/USD naik 0,16% pada level 0,7925, turun dari level tertinggi di 0,7939. Aussie melemah setelah data perdagangan yang lebih lemah dari perkiraan dari China yang menunjukkan ekspor China naik 7,2% dari tahun sebelumnya dan impor tumbuh 11,0%.
 
Ketegangan Semenanjung Korea Dorong Yen

Ketegangan Semenanjung Korea Dorong Yen

vy_d3mc1Q9izkfbVeJv6cA.jpeg


Yen mencapai level tertinggi delapan minggu terhadap dolar dan membuat kenaikan yang luas terhadap mata uang lainnya pada hari Rabu. Penguatan ini atas reaksi terhadap ketegangan geopolitik terbaru yang kembali terjadi di Semenanjung Korea.


Korea Utara mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya "secara hati-hati memeriksa" rencana serangan rudal ke Guam di wilayah Pasifik AS, beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Utara bahwa ancaman yang diajukan ke Amerika Serikat akan disambut dengan "api dan kemarahan".

Dolar melemah terhadap yen, yang sering terjadi pada saat ketegangan geopolitik. Mata uang AS turun 0,4 persen pada 109,890 yen, setelah mundur ke level 109,740, terlemah sejak 15 Juni.

Fokus peserta pasar telah beralih ke titik pemicu berikutnya yang dapat meningkatkan ketegangan geopolitik. Won Korea Selatan merosot lebih dari 0,8 persen menjadi 1.135,6 dolar, terendah sejak 14 Juli. Euro melemah 0,6 persen pada level 128.960 yen setelah mencapai titik tertinggi 1 setengah tahun di atas level 131,00 seminggu yang lalu. Dolar Australia, yang naik ke level tertinggi 19 bulan mendekati 90.00 yen akhir Juli, turun 1 persen ke level terendah satu bulan di 86,43 yen.

Sentimen terhadap risiko surut, mendorong imbal hasil Treasury AS yang pada gilirannya membebani dolar. Sementara bursa Asia dan bursa berjangka AS melemah pada awal sesi Rabu, imbal hasil Treasury 10 tahun yang menjadi safe haven, terakhir turun 3 basis poin.

Sementar itu, Euro turun tipis 0,2 persen terhadap dolar AS ke level $1,1726. Mata uang bersama itu telah kehilangan sekitar 0,4 persen tadi malam setelah berita lowongan kerja AS melonjak ke rekor pada bulan Juni memperkuat data payroll yang kuat pada hari Jumat dan mendukung greenback.

Indeks dolar terhadap enam mata uang utama secara efektif tidak berubah pada level 93,633 setelah menyentuh level tertinggi 11 hari di 93,876 tadi malam.
 
Tensi antara Korut dan AS pengaruhi pasar hari ini

Tensi antara Korut dan AS pengaruhi pasar hari ini

Z2oRErfcQjWl_jYJ4iIwlw.jpeg


Aksi balas ancam antara Korea Utara dengan Amerika-Korea Selatan memicu anjloknya saham-saham Asia dan mata uang won. Sebaliknya yen dan emas justru menguat.


Selain faktor geopolitik, melemahnya saham Jepang dan Eropa juga dikarenakan aksi ambil untung setelah beberapa hari lalu saham-saham global membukukan rekor tertinggi. Volatilitas di pasar meningkat setelah Presiden Trump membalas gertakan Korea Utara dengan mengatakan, rezim tersebut akan menghadapi balasan yang lebih "hebat", yang belum pernah ada sebelumnya. Menanggapi ancaman tersebut, Korea Utama membalas dengan mengatakan bahwa negara tersebut tengah mengkaji sebuah rencana operasi untuk menembakkan rudal balistik ke Guam.

Sementara itu dari sektor ekonomi, pasar menyadari bahwa perekonomian global cukup baik sehingga the Fed dan ECB sudah bisa meninggalkan kebijakan stimulus. Langkah itu tentu saja akan membuat pelaku pasar gamang terkait dengan likuiditas.

Krisis di Korea telah menyebabkan indeks Kospi melemah 1,1% dan won jatuh sampai 0,8%. Sementara itu harga produsen China stabil di Juli berkat melonjaknya harga komoditas. Data penting berikutnya yang ditunggu oleh pasar adalah data inflasi AS pada Jumat besok. Saham-saham global diperkirakan masih akan terus melonjak setelah mayoritas laporan pendapatan perusahaan melebihi ekspektasi.

Dari pasar mata uang dilaporkan yen menguat menjadi 110,01 per dolar, euro berada pada $1,1742. Rand Afsel jatuh 1,1%. Emas naik menjadi $1.265,61 per ounce, minyak west Texas turun menjadi $48,93 per barrel. Penurunan ini dikarenakan spekulasi persediaan minyak cenderung meningkat.
 
Ketegangan Semenanjung Korea Kembali Seret Saham Asia

Ketegangan Semenanjung Korea Kembali Seret Saham Asia

Xzwr-3D2TnKZscPi5p545g.png


Pasar saham Asia melemah pada hari Kamis karena ketegangan terbaru antara Amerika Serikat dan Korea Utara meresahkan pasar, dan mengirim saham Seoul meluncur ke posisi terendah dua bulan bahkan di saat ‘rush’ pada aset safe haven hari sebelumnya tampak melambat.


Indeks MSCI Asia-Pasifik tidak termasuk Jepang tergelincir 0,68 persen, hentikan kenaikan singkat ke wilayah positif di awal sesi dan meneruskan penurunan perdagangan sesi Rabu.

Indeks Nikkei Jepang juga mengembalikan keuntungan sebelumnya dan melemah. Indeks Shanghai turun 0,3 persen dan Hang Seng Hong Kong turun 1,3 persen. KOSPI Korea Selatan turun 1 persen, mencapai level terendah dua bulan dan terus menjauh dari level rekor tertinggi yang dicapai pada akhir Juli.

Penurunan di beberapa bursa Asia, seperti Nikkei Jepang, terbatas setelah saham Wall Street ditutup hampir melemah semalam, memangkas penurunan, karena investor terlihat menyingkirkan kekhawatiran geopolitik.

Aksi beli asset aman Treasuries AS juga mereda semalam. Hasil obligasi Treasury 10 tahun AS pada awalnya turun ke level terendah enam minggu di 2.212 persen karena harga obligasi naik, namun kembali ke 2.250 persen.

Minat terhadap yen Jepang dan franc Swiss, sebagai mata uang yang selalu dicari di saat terjadi kecemasan geopolitik, juga meruncing.

Dolar stabil terhadap yen pada level 110.005 yen setelah turun hingga ke level 109,560 semalam, terlemah dalam delapan minggu. Mata uang Swiss tergelincir 0,2 persen terhadap dolar menjadi 0,9655 franc setelah melonjak lebih dari 1 persen pada hari sebelumnya. Euro beringsut turun 0,1 persen menjadi $1,1744 sementara indeks dolar terhadap mata uang utama bertambah 0,1 persen menjadi 93,620.

Pasar mata uang berfokus pada data indeks harga produsen AS yang akan dirilis nanti. Investor akan mengamati laporan tersebut untuk mempelajari tren inflasi AS dan dampaknya terhadap kebijakan moneter Federal Reserve.
 
Dolar Menguat Menjelang Data Inflasi AS

Dolar Menguat Menjelang Data Inflasi AS

kAc3BvrKT0KEefESG077Cw.png


Dolar secara umum menguat terhadap mata uang utama pada hari Kamis, karena investor mengamati laporan inflasi AS yang akan dirilis hari ini dan Jumat besok sebagai indikasi apakah pemulihan greenback jangka panjang berkelanjutan.


Greenback telah didukung dalam beberapa sesi terakhir oleh laporan kerja AS yang optimis, yang memicu ekspektasi Federal Reserve akan tetap pada rencananya untuk kenaikan suku bunga ketiga tahun ini.

USD/JPY tergelincir 0,19% menjadi 109,86, hanya di bawah level terendah dua bulan di hari Rabu di level 109,56, sementara USD/CHF naik tipis 0,19% ke level 0,9657. Baik yen maupun Swissie kehilangan sedikit kekuatan namun masih tertopang oleh meningkatnya ketegangan antara AS dan Korea Utara sehingga memicu pelarian ke aset yang aman.

Media pemerintah Korea Utara mengatakan pada hari Kamis bahwa Pyongyang akan mengembangkan sebuah rencana pada pertengahan Agustus untuk meluncurkan rudal jarak menengah di wilayah AS di Guam. Komentar tersebut disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada awal pekan bahwa Korea Utara akan "disambut dengan “api dan kemarahan" jika terus mengancamnya.

Euro turun hanya 0,14% terhadap franc Swiss setelah turun 1,02% pada hari Rabu, menandai pergerakan satu hari terbesar sejak Swiss National Bank mengejutkan pasar ketika menghapus ketergantungan mata uangnya dengan euro pada Januari 2015.

Di tempat lain, EUR/USD turun 0,33% pada level 1,1720, sementara GBP/USD turun tipis 0,18% menjadi 1,2981. Pound tidak terpengaruh oleh data yang sebelumnya menunjukkan bahwa produksi manufaktur Inggris tidak berubah di bulan Juni, meskipun output industri mencatat kenaikan yang lebih besar dari yang diperkirakan.

Sementara itu, USD/CAD naik tipis 0,19% diperdagangkan pada level 1,2626, tertinggi sejak 14 Juli. Dolar Australia dan Selandia Baru melemah, dengan AUD/USD turun 0,11% pada level 0,7881 dan NZD/USD jatuh 1,30% ke level 0,7271. Dalam sebuah langkah yang sudah diperkirakan, Reserve Bank of New Zealand mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 1,75% pada hari Kamis, namun menambahkan bahwa pihaknya masih memperkirakan inflasi akan meningkat secara bertahap.

Gubernur RBNZ Graeme Wheeler mengatakan bahwa untuk sementara ini kebijakan moneter akan tetap akomodatif dan pernyataan tersebut menjadi pendorong Kiwi di bulan Mei yang sebagian sebagai tanggapan terhadap dolar AS yang lebih lemah. Wheeler menambahkan bahwa dengan pelemahan dolar Selandia Baru akan membantu meningkatkan inflasi dan mencapai pertumbuhan yang lebih seimbang.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,24% pada level 93,63, tidak jauh dari level tertinggi sebelumnya dalam satu minggu di 93,77.
 
Back
Top