Berita dan Fundamental

Pasar Saham Asia Terhantam, Safe Havens Jadi Incaran

ODOtJI3PRHWuu88op1Onow.jpeg


Pasar Saham Asia Terhantam, Safe Havens Jadi Incaran

Pasar saham Asia jatuh ke posisi terendah dua bulan di sesi Jumat ini setelah saham Wall Street kembali mengalami penurunan besar dalam menghadapi imbal hasil obligasi yang meningkat pesat, dengan aset safe haven seperti yen dan franc Swiss menjadi incaran pasar di tengah gejolak ini.


Indeks MSCI di luar Jepang turun 2,3 persen ke level terendah dua bulan. Indeks saham terbesar Asia Pasifik ini, yang sempat mencapai rekor tertinggi pada 29 Januari lalu, menuju penurunan ke-enam hari berturut-turut dan turun menjadi sekitar 7,7 persen dalam sepekan.

Indeks Nikkei Jepang merosot 3,3 persen, dan menuju penurunan mingguan sebesar 8,9 persen. indeks saham Australia turun 1,15 persen dan KOSPI Korea Selatan turun 1,7 persen. Sementara, indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong turun 2,8 persen dan indeks Shanghai turun 2,85 persen.

Pasar saham A.S. masih menjadi pusat aksi jual global, dengan indeks Dow Jones merosot 4,1 persen dan indeks S&P 500 meluncur turun 3,7 persen semalam.

Penurunan baik pada indeks S&P 500 dan Dow jones yang meluncur ke wilayah koreksi di sesi kami, kedua indeks AS itu turun lebih dari 10 persen dari rekor tertinggi 26 Januari dan menunjukkan bahwa situasi pasar masih belum kondusif dari penurunan yang dimulai seminggu yang lalu.

Yield obligasi lebih tinggi berperan mempengaruhi pasar ekuitas karena mereka meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan mengurangi risk appetite. Pasar obligasi juga memberikan alternatif baru bagi investor yang ingin mengalokasikan kembali beberapa dana ke obligasi dari ekuitas.

Yield obligasi 10 tahun AS naik hingga mencapai 2,884 persen di sesi Kamis, tepat di bawah level tertinggi empat tahun yang di capai pada Senin di 2,885 persen. Terakhir bertahan di 2,8385 persen.

Di sektor mata uang, dolar hanya diperdagangjan tipis terhadap yen pada level 108,800 yen, setelah di sesi kemarin turun 0,5 persen. Dolar menuju penurunan 1,5 persen terhadap yen Jepang dalam sepekan ini. Swiss franc juga relatif tidak bergerak besar terhadap dolar AS dan diperdagangkan pada level 0,9370 franc per dolar setelah di sesi kemarin mencatat kenaikan sekitar 0,7 persen.

Indeks dolar terhadap enam mata uang utama diperdagangkan flat pada level 90,238 setelah menyentuh level tertinggi dua minggu di 90,567 pada sesi kemarin.
 
Upaya Saham Untuk rebound, Keresahan Inflasi Dorong Obligasi

PHxcc1E7RmuK5kncRV6Zpg.jpeg


Upaya Saham Untuk rebound, Keresahan Inflasi Dorong Obligasi

Pasar saham Asia relatif sedikit tenang pada perdagangan sesi Senin setelah S&P futures memperpanjang penguatannya, meski investor obligasi masih mencemaskan risiko dari data inflasi A.S. yang menjulang.


Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,8 persen, setelah pekan lalu turun 7,3 persen. Baik Korea Selatan maupun China naik 0,8 persen, sementara Nikkei Jepang ditutup untuk liburan.

E-Mini futures S&P 500 naik 0,5 persen, menambah kenaikan di sesi Jumat. Namun, penurunan yang relatif tajam 12 poin pada Treasury bond futures menunjukkan bahwa terlalu awal untuk menunjukkan volatilitas yang jelas.

Tantangan utama diyakini ada pada data harga konsumen A.S. pada hari Rabu yang dikhawatiran jika inflasi lebih cepat, hingga kenaikan suku bunga yang lebih agresif, yang memicu penurunan global menjadi fokus utama.

Perkiraan median untuk inflasi harga konsumen sedikit melambat menjadi hingga 1,9 persen pada bulan Januari, terutama karena pengaruh yang mendasari laporan kenaikan pada bulan Januari 2017, sementara indeks inti diperkirakan turun hingga 1,7 persen.

Jika laporan inflasi sesuai atau di bawah ekspektasi kemungkinan akan menjadi bukti besar, sementara jika laoran lebih tinggi kemungkinan menghasilakn kekhawatiran pasar, mendongkrak yield obligasi dan menghantam pasar saham.

Namun, gejolak di pekan lalu terjadi ketika indeks acuan S&P 500 turun 5,2 persen pekan lalu, penurunan terbesar sejak Januari 2016. Dari sembilan puluh enam saham S&P 500, 20 persen atau lebih, mencatat penurunan dari harga tertinggi satu tahun mereka, menurut data Thomson Reuters.

Di Asia, saham Hong Kong yang melambung tinggi, di pekan lalu justru merosot hampir 10 persen selama seminggu, sementara indeks Jepang turun 8,1 persen dan Korea Selatan merosot 6,4 persen.

Indeks volatilitas S&P 500, VIX, relatif meningkat di 29 persen.

Sementara itu, yield Treasury A.S. 10 tahun sentuh level tertinggi empat tahun di 2,885 persen, terus di atas imbal hasil S&P 500 sebesar 2,34 persen. Kenaikan yield ini memberikan beberapa dukungan terhadap dolar A.S., yang naik 1,4 persen terhadap mata uang mayoritas di minggu lalu hingga saat ini berada di level 90,186.
 
Dolar Tergelincir, Saham Stabil Pasca Selloff

mwr1YW9WRKSUejAl2VNd9A.jpeg


Dolar Tergelincir, Saham Stabil Pasca Selloff

Dolar tergelincir terhadap sejumlah mata uang mayoritas di sesi Senin setelah pasar saham Asia mencatat penguatan setelah aksi jual pekan lalu, sehingga mengurangi permintaan safe haven untuk greenback.


Indeks dolar A.S., yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang mayoritas, turun 0,11% menjadi 90,13. Indeks dolar mencatat kenaikan 1,45% pada pekan lalu.

Pasar saham di Hong Kong dan China menguat di sesi senin ini dan AS memperpanjang kenaikan, dan menambah kenaikan yang diperoleh pada hari Jumat. Indeks Nikkei Jepang ditutup untuk liburan.

Pasar saham A.S. akhiri sesi perdagangan akhir pekan kemarin dengan kenaikan namun masih mencatat minggu terburuk mereka dalam dua tahun akibat kekhawatiran inflasi yang lebih cepat dan kenaikan suku bunga yang lebih agresif memicu kekisruhan pasar global yang terus berlanjut. Investor saat ini nantikan data inflasi A.S. yang akan dirilis pada hari Rabu. Laporan yang lebih kuat dari perkiraan dapat kembali menghantui pasar.

Dolar melemah terhadap safe haven yen, dengan USD/JPY turun 0,24% di level 108,53, namun masih bertahan di atas level kenaikan empat bulan di 108,03 yang dicapai pada hari Jumat. Dolar turun hampir 1,3% terhadap yen pekan lalu. Laporan pada hari Senin di Jepang menunjukkan Haruhiko Kuroda akan diangkat kembali sebagai kepala Bank of Japan dan kemungkinan melanjutkan kebijakan moneter ultra-longgar negara tersebut.

Di eropa, euro beringsut menguat terhadap dolar AS, dengan EUR/USD naik 0,14% di level 1,2267. Mata uang tunggal tersebut akhiri pekan lalu dengan penurunan 1,82%, persentase penurunan mingguan terbesar sejak November 2016.

Sterling bergerk tipis terhadap dolar dan euro, dengan GBP/USD diperdagangkan pada level 1,3833 dan EUR/GBP diperdagangkan pada level 0,8863. Pound melemah terhadap dolar dan euro pada hari Jumat setelah Michel Barnier, perunding Brexit Uni Eropa memperingatkan Inggris bahwa kesepakatan transisi pasca-Brexit "tidak diberikan".
 
4e265gI-TTmwEBwjXd7xcA.jpeg


Stabilitas pasar Ekuitas Dorong Dolar kembali Melemah

Dolar kembali tergelincir pada sesi perdagangan Selasa setelah pasar ekuitas global menunjukkan tanda stabilitas menyusul hasil buruk -baru ini, kembali menyulut risk appetite dan membuat dolar A.S. hrus berupaya defensif akibat kekhawatiran menyusutnya keuntungan imbal hasil.


Indeks dolar, parameter perdagangan dolar AS terhadap enam mata uang mayoritas terpantau berada pada level 90.142, turun 0,26 persen pada hari Senin dan menjauh dari level tertinggi setengah bulan di 90,569 yang dicapai pada sesi Kamis pekan lalu.

Sementara itu, euro diperdagangkan pada level $1,2298, melonjak dari level terendah minggu lalu di $1,2206, meski masih di bawah level tertinggi 3 tahun di $1,2538 yang dica[ai pada 25 Januari.

Aksi beli euro menjadi salah satu tren di awal tahun ini dengan pandangan bahwa Bank Sentral Eropa akan mengurangi stimulusnya akhir tahun ini didukung oleh pemulihan yang kuat dalam ekonomi zona euro.

Poundsterling naik tipis ke level $1,3846 dari level terendah sesi Jumat di level $1,3764. Meskipun ketidakpastian seputar Brexit, namun pound ditopang oleh ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of England guna mengendalikan inflasi.

Kembali meningkatnya risk appetite mendorong penguatan yen, dengan dolar diperdagangka pada level 108,70 yen, pulih dari level terendah lima bulan yang dicapai pada sesi Jumat di level 108,05 yen.

Pasar saham global bukukan rebound yang kuat sejak aksi jual brutal yang dimulai di akhir Januari atas kekhawatiran tentang kenaikan tekanan inflasi.

Inflasi yang lebih tinggi dapat mendorong Federal Reserve memperketat kebijakannya lebih cepat dari perkiraan. Sebagai alternatif, jika Fed tidak bertindak cukup cepat dan berada di bawah kurva kebijakan, hal itu akan berakhir pada mendorong imbal hasil obligasi jangka panjang. Dalam kedua skenario tersebut, para pelaku pasar khawatir bahwa pertumbuhan A.S. bisa terhambat.

Beberapa indikasi menunjukkan kekhawatiran tersebut mulai mereda, diantaranya dengan saham Wall Street rebound kuat pada hari Senin dan indeks saham dunia MSCI meningkat 1,2 persen. Meski begitu, pelaku pasar tidak yakin kondisi terburuk sudah berakhir.

Imbal hasil obligasi 10 tahun A.S. mencapai level tertinggi empat tahun di 2,902 persen sementara yield 30-tahun naik ke level tertinggi 11-bulan di 3,199 persen.
 
Inflasi Inggris Lampaui Perkiraan

YXhuV9O-RbSbUB531TVQeA.jpeg


Inflasi Inggris Lampaui Perkiraan

Tingkat inflasi Inggris stabil pada bulan Januari, setelah laporan inflasi terus mereda dari level kenaikan 5 tahun, data menunjukkan pada hari Selasa.

Dalam sebuah laporan, Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan bahwa tingkat perubahan tahunan indeks harga konsumen naik menjadi 3,0% di bulan Januari, sama seperti bulan sebelumnya. Para ekonom memperkirakan indeks CPI berada di 2,9%.

Inflasi turun sebesar -0,5% di bulan Januari, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 0,6%. Inflasi di bulan lalu mencatat kenikan 0,4%.
CPI inti, yang tidak termasuk harga pangan, energi, alkohol, dan tembakau, naik menjadi 2,7%, dibandingkan laporan bulan sebelumnya 2,5%. Analis memperkirakan CPI inti sebesar 2,6%.

Sementara itu, indeks harga eceran (RPI) naik 4,0% pada basis tahunan di bulan Januari dibandingkan dengan 4,1% pada bulan Desember dan dibawah ekspektasi kenaikan 4,1%. RPI turun negative 0,8% pada basis bulanan dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan 0,8% di bulan Desember. Para ekonom memperkirakan indeks akan turun 0,7%.

RPI inti meningkat sebesar 4,0% pada basis tahunan dibandingkan dengan 4,2% di bulan sebelumnya. Data tersebut juga menunjukkan bahwa indeks harga rumah naik sebesar 5,2% di Januari, dibandingkan dengan 5,0% pada bulan sebelumnya, yang direvisi turun dari 5,1%. RPI inti basis bulanan turun 0,8%, dibandingkan dengan 0,8% pada bulan sebelumnya.

Dalam laporannya, ONS mengatakan bahwa tekanan penurunan ini berasal dari harga bahan bakar kenderaan bermotor, yang sedikit meningkat dari setahun yang lalu. Namun, penurunan pada sektor wisata dan jasa menyebabkan kenaikan inflasi.
 
Imbas Sell-Off Dolar, Yen Sentuh Level Tertinggi

yGlWcKtwQyqse6KoePh_mg.jpeg


Imbas Sell-Off Dolar, Yen Sentuh Level Tertinggi

Dolar anjlok ke level terendah 15 bulan terhadap yen pada hari Rabu, karena investor masih berhati-hati menjelang data inflasi A.S. yang akan dirilis hari ini.

Yen mendapat beberapa fokus hari ini setelah berhasil menguat terhadap dolar di perdagangan pagi Asia pada hari Rabu di tengah rilis pertumbuhan PDB yang lebih lambat dari yang diperkirakan, sementara banyak orang menantikan indeks CPI A.S. yang mungkin mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih cepat.

Jepang pada hari Rabu merilis data pertumbuhan PDB kuartal keempat 2017 yang gagal memenuhi ekspektasi pasar namun tetap menandai pertumbuhan kuartal kedelapan berturut-turut. Dalam tiga bulan sampai Desember, ekonomi Jepang tumbuh 0,5% YoY dan 0,1% perkuartal, keduanya di bawah ekspektasi pertumbuhan 0,9% dan 0,1%. Meski gagal memenuhi ekspektasi, data tersebut menandai salah satu tren pertumbuhan terpanjang dalam beberapa tahun terakhir bagi Jepang.

Sekretaris kabinet Jepang Yoshihide Suga dalam sebuah konferensi pers mendapat perhatian karena ia memperingatkan kelebihan volatilitas dan pergerakan mata uang yang kacau dapat melukai ekonomi, menandakan kekhawatiran atas kenaikan yen baru-baru ini.

"Stabilitas pasar valuta asing sangat penting. Pemerintah akan terus memantau pergerakan pasar mata uang dengan perasaan urgensi, "kata Suga.

Dolar melemah terhadap yen Jepang, dengan USD/JPY turun 0,70% ke level 107,06 pada pertengahan pagi. Indeks dolar AS yang mencatat perdagangan dolar terhadap mata uang mayoritas turun 0,11% menjadi 89,60.

Fokus pasar saat ini adalah data indeks harga konsumen A.S. di Januari yang akan dirilis pada pukul 8:30 pagi waktu AS, setelah penutupan pasar Asia. CPI pada Januari tahun lalu naik 1,7% dibandingkan dengan 1,8% pada bulan Desember. Angka inflasi yang tinggi bisa menandakan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan dan menjadi tekanan lebih terhadap dolar.
 
Mengacu Ke Inflasi AS, Saham Rally Dolar Defensif

bb7a-60lSzSE7J46UgZc-A.jpeg


Mengacu Ke Inflasi AS, Saham Rally Dolar Defensif

Pasar saham Asia menguat pada hari Kamis setelah Wall Street acuhkan data inflasi A.S. yang kuat dan melonjak, dalam sebuah langkah yang juga membuat dolar menyentuh posisi terendah dua minggu bahkan saat imbal hasil Treasury melonjak untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga A.S. yang lebih cepat.


Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 1 persen. Saham Australia naik 0,9 persen dan KOSPI Korea Selatan naik 1,1 persen. Nikkei Jepang menguat 1,3 persen menyusul penurunan dalam tiga hari berturut-turut yang membawanya ke level terendah empat bulan di hari sebelumnya.

Wall Street melonjak pada hari Rabu, dengan Dow naik 1 persen dan S&P 500 naik 1,34 persen, karena investor mengabaikan data inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dan memburu saham Facebook, Amazon.com dan Apple.

Harga konsumen A.S. naik lampaui perkiraan pada bulan Januari menyusul kenaikan harga BBM, biaya akomodasi dan perawatan kesehatan, sehingga meningkatkan kekhawatiran inflasi dan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve yang diperkirakan lebih cepat.

Data inflasi mendorong imbal hasil A.S. Treasury di sebagian besar masa jatuh tempo pada hari Rabu, dengan yield obligasi acuan 10 tahun mencapai level tertinggi empat tahun.

Data lain pada hari Rabu menunjukkan penjualan ritel A.S. turun 0,3 persen di Januari untuk menandai penurunan terbesar dalam 11 bulan. Angka ini relatif jauh di bawah perkiraan untuk kenaikan 0,2 persen, menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat bisa menyertai inflasi yang lebih tinggi.

Sementara itu, indeks dolar terhadap mata uang mayoritas tergelincir 0,25 persen menjadi 88,892 setelah turun lebih dari 0,6 persen semalam meski laju inflasi yang kuat. Pemulihan sentimen risiko yang lebih luas terlihat membebani dolar, yang telah menguat selama gejolak pasar di awal bulan ini.

Mata uang A.S. diliputi oleh berbagai faktor pelemahan tahun ini, termasuk prospek Washington yang mungkin mengejar strategi dolar yang lemah dan terkikisnya keuntungan yield obligasi yang dirasakan karena negara-negara menerapkan kebijakan moneter yang lebih kendur. Kekhawatiran tentang defisit fiskal A.S. juga berperan membebani greenback.
 
Komentar Saudi Hantui Harga Minyak Mentah

27a8095413e5cea6de4c80e8222b3b2d.jpg


Komentar Saudi Hantui Harga Minyak Mentah

Harga minyak mentah terus meningkat pada hari Kamis, masih didukung oleh berita sebelumnya yang dimana persediaan minyak AS lebih rendah dari perkiraan kenaikan dan setelah Arab Saudi menegaskan kembali komitmennya untuk membatasi produksi.


Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 70 sen atau sekitar 1,16% pada $61,30 per barel, harga tertinggi sejak 8 Februari. Di tempat lain, minyak Brent untuk pengiriman April di ICE Futures Exchange London naik 45 sen atau sekitar 0,67% menjadi $64,79 per barel, juga tertinggi sejak 8 Februari.

Harga minyak meningkat setelah Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan negaranya akan "bertahan" dengan kebijakannya untuk menahan produksi sepanjang 2018.

Arab Saudi, pemimpin de facto Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), bersama dengan beberapa anggota non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia, pada bulan Desember lalu menyetujui perpanjangan pemotongan produksi minyak sampai akhir 2018.

Kesepakatan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) diadopsi musim dingin lalu oleh OPEC, Rusia dan sembilan produsen global lainnya. Kesepakatan tersebut akan berakhir pada bulan Maret 2018, setelah diperpanjang satu kali.

Harga minyak juga menguat setelah Administrasi Informasi Energi melaporkan pada hari Rabu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah A.S. meningkat sebesar 1,841 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 9 Februari, di bawah ekspektasi untuk kenaikan 2,825 juta barel.

Namun, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa produksi minyak mentah A.S. naik ke rekor baru 10,27 juta barel per hari (bpd), lebih tinggi dari eksportir utama Arab Saudi dan tidak jauh dari produsen dunia terbesar, Rusia.

Ketakutan bahwa output A.S. yang meningkat dapat meredam upaya OPEC untuk menyingkirkan pasar dari kelebihan pasokan telah membebani harga minyak baru-baru ini.

Komoditi energi lainnya, harga bensin berjangka naik 0,48% menjadi $1,724 per galon, sementara gas alam berjangka turun 1,66% menjadi $2,543 per juta unit thermal Inggris.
 
Dolar Tergelincir, Yen Acuhkan Penunjukan Ketua BOJ

XsE_GBvkRWeFWkt1Cjgs5w.jpeg


Dolar Tergelincir, Yen Acuhkan Penunjukan Ketua BOJ

Dolar tergelincir ke level terendah tiga tahun terhadap mata uang mayoritas di sesi Jumat, dan menuju penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun, karena faktor bearish yang menghambat dukungan terhadap mata uang A.S. dapat terjadi atas kenaikan yield Treasury.

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang mayoritas, yang memperpanjang penurunan sesi kemarin, turun sekitar 0,2 persen menjadi 88,378, terendah sejak Desember 2014. Indeks dolar bepeluang besar mencatat penurunan lebih dari 2 persen di minggu ini dalam penurunan terbesar sejak Februari 2016.

Dolar A.S. telah terbebani oleh berbagai faktor tahun ini, termasuk kekhawatiran bahwa Washington mungkin mengejar strategi dolar yang lemah dan erosi yang dirasakan dari keuntungan yield obligasi karena negara-negara lain mulai mengendurkan kebijakan moneter.

Para pelau pasar juga menduga bahwa kepercayaan terhadap dolar telah terkikis akibat meningkatnya kekhawatiran atas defisit anggaran A.S. yang diproyeksikan akan membengkak mendekati $1 triliun pada 2019 di tengah royalnya pengeluaran belanja pemerintah dan pemotongan pajak perusahaan yang besar.

Dolar terlihat gagal mendapatkan momentum setelah data pada hari Rabu menunjukkan inflasi A.S. lebih baik dari yang diperkirakan pada bulan Januari, membuat yield Treasury mencapai level tertinggi empat tahun, karena investor bertaruh Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini.

Euro naik 0,2 persen di level $1,2531 setelah mencapai posisi tiga tahun di atas level $1,2545 dan diperkiakan menguat 2,2 persen di minggu ini. Pound naik tipis 0,1 persen ke level $1,4118, setelah naik sekitar 2 persen di minggu ini.

Dolar menguat tipis terhada yen di level 106,070 yen setelah tergelincir ke level 106,020, terendah dalam 15 bulan. Dolar berpeluang mencatat penurunan mingguan terhadap yen sebesar 2,5 persen. Yen menunjukkan sedikit reaksi terhadap pengangkatan kembali Haruhiko Kuroda sebagai gubernur Bank of Japan dan pencalonan direktur eksekutif BOJ Masayoshi Amamiya dan dosen Universitas Waseda Masazumi Wakatabe sebagai wakil gubernur.

Dolar Australia stabil di level $0,7950. Aussie, yang sensitif terhadap pergeseran sentimen risiko, telah tergelincir mendekati level terendah 1 setengah bulan di level $0,7759 seminggu yang lalu ketika terjadi penurunan pasar ekuitas global sebelum kembali bangkit.
 
Dollar Tertahan Di Atas Level Terendah 3 Tahun

3_RaZ2ysT02VmWtAk1V95A.jpeg


Dollar Tertahan Di Atas Level Terendah 3 tahun

Dolar berhasil mendapati kekuatan pada hari Senin menyusul penurunan tajam pekan lalu dan bertahan di atas level terendah tiga tahun terhadap sejumlah mata uang mayoritas.


Indeks dolar terhadap enam pasangan mata uang mayoritas relatif stabil di level 89,081 menyusul penguatan moderat pada hari Jumat setelah turun ke posisi 88.253, level terendah sejak Desember 2014.

Dolar A.S. telah terbebani oleh berbagai faktor sejak awal tahun ini, termasuk kekhawatiran bahwa Washington mungkin mengejar strategi dolar yang lemah dan erosi yang dirasakan dari keuntungan yield obligasi karena negara-negara lain mulai mengurangi pengenduran kebijakan moneter.

Kepercayaan pada dolar telah terguncang oleh meningkatnya kekhawatiran atas defisit anggaran A.S. yang diproyeksikan akan meningkat hingga $1 triliun pada 2019 di tengah pengeluaran belanja pemerintah yang royal dan pemotongan pajak perusahaan yang besar.

Sementara faktor negatif untuk dolar ini diperkirakan tidak akan hilang dalam waktu dekat, penurunan pada minggu lalu sangat cepat sehingga beberapa trader terlihat mengarungi pembelian greenback dengan harga murah.

Dolar sedikit menguat terhadap yen pada level 106,310 setelah pada hari Jumat meluncur ke level 105,545, level terendah sejak November 2016. Pound stabil terhadap dolar di level $1,4035 setelah turun 0,5 persen di sesi Jumat. Dolar Australia menguat tajam pada level $0,7914 setelah turun 0,5 persen pada hari sebelumnya. Euro diperdagangkan flat di level $1,2419.

Mata uang umum itu melonjak ke level tertinggi tiga tahun di level $1,2556 pada hari Jumat sebelum tergelincir dan mencatat penurunan 0,7 persen.

Penguatan euro berperan besar dalam melemahkan dolar tahun ini. Fokus pada indikator ekonomi minggu ini, seperti indeks manajer pembelian zona euro hari Rabu dan laporan produk domestik bruto Jerman pada hari Jumat, dan apakah mereka dapat mendorong euro menguat kembali.
 
Saham Asia tergelincir Menyusul Penurunan Pasar Eropa

bb7a-60lSzSE7J46UgZc-A.jpeg


Saham Asia tergelincir Menyusul Penurunan Pasar Eropa

Pasar saham Asia tergelincir pada hari Selasa, menghambat pemulihan yang baru diperoleh setelah pasar ekuitas Eropa tidak mampu meneruskan penguatan beruntun, sementara dolar naik tipis dan menjauh dari posisi terendah tiga tahun.


Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,5 persen. Indeks STTOX pan-Eropa turun 0,6 persen pada hari Senin setelah mencatat kenaikan dalam tiga hari, terseret turun oleh saham konsumen.

Saham Australia turun 0,3 persen, KOSPI Korea Selatan turun 0,7 persen dan Hang Seng Hong Kong turun 0,85 persen. Nikkei Jepang turun 1,25 persen setelah tiga hari berturut-turut menguat.

Pasar A.S. ditutup pada hari Senin untuk liburan, dan fokusnya adalah apakah Wall Street dapat mempertahankan pemulihannya saat pasar kembali dibuka. Pada pekan lalu, indeks Dow Jones naik 4,5 persen, berhasil memperoleh penguatan lebih dari setengah dari penurunan saat merosot tajam di awal bulan ini.

Indeks dolar terhadap enam mata uang utama menguat 0,3 persen pada level 89,348 menjauh dari level terendah tiga tahun di 88.253 yang disentuh pada hari Jumat. Dolar mencatat penguatan terhadap yen dan diperdagangkan pada level 106,720 dan euro turun 0,15 persen diperdagangkan pada level $1,2388.
 
Tak Sejalan, Brent Dan WTI Bergerak Berlawanan

757z468_shutterstock_225857653.jpg


Tak Sejalan, Brent Dan WTI Bergerak Berlawanan

Perdagangan pasar minyak terpecah pada hari Selasa, dengan minyak mentah A.S. masih dipengruh oleh momentum dari kenaikan di sesi Jumat karena perdagangan AS d sesi Senin libur, sementara harga minyak mentah Brent di internasional melemah.


Minyak mentah berjangka A.S. West Texas Intermediate (WTI) berada di level $62,31 per barel, naik 63 sen atau 1 persen, dari penutupan terakhir di akhir pekan lalu. Sementara, minyak mentah Brent berjangka diperdagangkan di harga $65,54 per barel, turun 13 sen atau 0,2 persen, dari penutupan perdagangan sesi Senin.

Liburnya pasar Amerika Serikat pada hari Senin diyakini bahwa kenaikan di sesi Jumat menjadi penyebab kenaikan di sesi Selasa ini untuk WTI. Selain itu, menurunnya pasokan yang terus berlanjut dari Kanada ke Amerika Serikat karena pengurangan pengiriman mendukung WTI, ungkap para pelaku pasar.

Di luar Amerika Utara, melemahnya minyak mentah Brent karena penurunan pada saham Asia dan penguatan dolar, yang berpotensi menghambat permintaan karena membuat bahan bakar lebih mahal untuk negara-negara yang menggunakan mata uang lain di dalam negeri.
Arah harga berlawanan dari dua minyak mentah acuan telah mengurangi selisih harga WTI ke Brent, menjadi sekitar $3,30 per barel pada hari Selasa, turun dari lebih dari $7 pada akhir 2017.

Secara keseluruhan, pasar minyak masih didukung dengan baik karena adanya pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang dimulai tahun lalu untuk meredam berlimpahnya persediaan global. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pada hari Senin bahwa organisasi tersebut mendaftarkan 133 persen kepatuhan terhadap target pengurangan produksi yang disepakati pada bulan Januari.
 
Saham Asia Turun, Kenaikan Yield Topang Dolar

aa-Cover-vltktphoulcqt6blednphmhie0-20161222080521.Medi.jpeg


Saham Asia Turun, Kenaikan Yield Topang Dolar

Pasar saham merosot setelah kenaikan panjang di Wall Street berakhir semalam, sementara dolar menguat pada hari Rabu setelah yield Treasury A.S. menuju tingkat tertinggi yang belum pernah terlihat dalam kurun waktu empat tahun.


Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,15 persen. Nikkei Jepang turun 0,2 persen. Saham Australia turun 0,05 persen dan KOSPI Korea Selatan turun 0,4 persen.

Indeks Dow jones dan S&P 500 turun pada hari Selasa hentikan kenaikan beruntun dalam enam sesi karena penurunan tajam saham Walmart membebani Wall Street. Sementara penguatan pada saham Amazon dan saham teknologi membantu indeks Nasdaq bertahan dan cenderung stabil.

Pasar ekuitas A.S. turun tajam dari rekor tertinggi awal bulan ini karena kenaikan yield Treasury yang stabil membuat kekhawatiran bahwa Federal Reserve kemungkinan menaikkan suku bunga lebih sering tahun ini dari perkiraan semula.

Imbal hasil Treasury naik semalam dengan yield acuan 10 tahun merangkak kembali mendekati puncak empat tahun setelah investor memanfaatkan sejumlah dana senilai $258 miliar dari hutang pemerintah baru.

Hasil Treasury meningkat seiring dengan meningkatnya pinjaman pemerintah. Departemen Keuangan A.S. telah mengeluarkan lebih banyak hutang untuk mengantisipasi defisit yang lebih tinggi dari perombakan pajak utama tahun lalu dan kesepakatan anggaran yang akan meningkatkan belanja federal selama dua tahun ke depan.

Dolar memperoleh keuntungan dari kenaikan imbal hasil ini, dengan indeks dolar terhadap enam mata uang mayoritas naik ke level tertinggi satu minggu di level 89,802. Indeks tersebut telah melonjak 0,7 persen sejauh minggu ini setelah merosot 1,5 persen minggu sebelumnya ke level terendah tiga tahun.
 
Dolar Sentuh Level Puncak Satu Pekan

strong-usd-dollar.jpg


Dolar Sentuh Level Puncak Satu Pekan

Dolar perpanjang pemulihannya dan naik ke level puncak di lebih dari satu minggu pada hari Kamis setelah risalah rapat Federal Reserve terbaru mengirim dolar ke tren bullish didukung oleh prospek positif ekonomi AS dan laju kepentingan kenaikan suku bunga yang lebih cepat di bulan Maret.

Indeks dolar AS yang mengukur perdagangan dolar AS terhadap mata uang mayoritas berada pada level 90,04, menguat 0,01% bahkan sempat sentuh level 90,166 di awal hari ini, karena nada positif the Fed mendorong dolar menguat pagi ini dari level terendah tiga tahun di dekat angka 88,25.

"Sebagian besar peserta mencatat bahwa prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat mengangkat kemungkinan bahwa kebijakan pengamanan kebijakan bertahap sudah sesuai," risalah pertemuan Fed mengatakan. Tahun ini juga target inflasi 2 persen kemungkinan akan tercapai, pejabat the Fed mencatat.

Inflasi ekonomi AS juga berkontribusi terhadap rekor tertinggi imbal hasil obligasi, mencapai 2.9537. CPI juga dilaporkan lebih baik dari perkiraan.

Namun jatuhnya pasar ekuitas AS mengimbangi momentum dolar yang didorong oleh nada optimis dan data ekonomi yang kuat.
Yen Jepang rebound, dengan pasangan USD/JPY diperdagangkan pada level 107,35, turun 0,39%. Upaya peningkatan kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat menyebabkan risk aversion dan diyakini sebagai pendukung pemburuan yen lebih lanjut.

Pasangan AUD/USD tembus level 0,78 menjadi 0,7805 di pertengahan pagi namun tergelincir kembali ke level 0,7795, atau turun 0,10%. Penurunan ini diperkirakan akan berlanjut. Data penjualan ritel Australia, yang akan dirilis pada hari Jumat pagi, harus mendapat perhatian minggu ini, karena ekonomi Australia masih tertinggal dari tren global dalam pengetatan.
 
Dolar Masih Ditopang Wacana Kenaikan Suku Bunga

Capture2-Optimized-33.jpg


Dolar Masih Ditopang Wacana Kenaikan Suku Bunga

Meski sedikit melemah, dolar A.S. masih bertahan di dekat level tertinggi satu setengah minggu terhadap mata uang mayoritas pada hari Kamis, setelah risalah rapat kebijakan terbaru Federal Reserve mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga A.S. yang akan datang.


Risalah rapat kebijakan Fed bulan Januari yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa pejabat bank sentral melihat peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi menjadi pembenaran untuk terus menaikkan suku bunga secara bertahap.

Berita tersebut memberi dukungan luas terhadap greenback meskipun ada kekhawatiran yang masih terjadi atas defisit A.S., yang diproyeksikan akan meningkat mendekati $1 triliun pada 2019 menyusul pengumuman baru-baru ini mengenai pengeluaran infrastruktur dan pemotongan pajak perusahaan yang besar.

Dolar telah tertekan melemah akhir-akhir ini atas ekspektasi percepatan pengetatan moneter di luar A.S., yang akan mengurangi perbedaan antara the Fed dan bank sentral lainnya.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap perdagangan enam pasang mata uang mayoritas, turun 0,08% pada level 89,96, tidak jauh dari level tertinggi satu setengah minggu 90,17 yang dicapai semalam.

Euro menguat terhadap dolar, dengan EUR/USD naik 0,09% pada level 1,2295, sementara GBP/USD turun 0,20% ke level 1,3890. Di tempat lain, yen dan franc Swiss menguat, dengan USD/JPY turun 0,42% pada level 107,31 dan USD/CHF melemah 0,12% menjadi 0,9378.

Dolar Australia dan Selandia Baru berhasil menguat terhadap dolar AS, dengan AUD/USD naik 0,19% pada level 0,7819 dan NZD/USD naik 0,15% ke level 0,7330. Sementara itu, USD/CAD tergelincir 0,16% diperdagangkan pada level 1,2683.
 
Risk Appetite Dorong Dolar Menguat Terhadap Yen

2L8cAXt1SPy6ae_nzE9P3Q.png


Risk Appetite Dorong Dolar Menguat Terhadap Yen

Dolar menguat terhadap yen dan mata uang lainnya pada hari Jumat, memangkas penurunan sebelumnya, karena investor global meski berhati-hati kembali ke aset berisiko di tengah pergeseran tajam pandangan mengenai kebijakan moneter A.S.


Dolar naik tipis 0,1 persen terhadap yen ke level 106,850 yen setelah turun hampir 1 persen dalam semalam karena hasil Treasury A.S. turun dari level puncak empat tahun.

Dolar bahkan semat menyentuh level terendah 15 bulan terhadap yen di level 105,545 pada 16 Februari, ketika kenaikan yield obligasi A.S. yang stabil memicu volatilitas di pasar ekuitas yang lebih luas. Yen cenderung diburu ketika volatilitas pasar, berkat status sebagai mata uang safe haven.

Yield treasury acuan obligasi 10 tahun A.S. naik ke level tertinggi empat tahun di 2,957 persen pada Rabu sebelum turun ke level 2,904 persen pada hari Kamis dan terakhir berada di 2,928 persen.

Prospek pemerintah A.S. yang mendorong penerbitan utang untuk mendanai stimulus yang meluas dan kenaikan tingkat suku bunga Federal Reserve dengan mantap tahun ini menjadi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan yield.

Indeks dolar terhadap enam pasangan mata uang mayoritas naik 0,2 persen menjadi 89,865. Indeks tersebut sempat mencapai level tinggi 10 hari di 90.235 pada hari Kamis, dari level terendah tiga tahun di 88.253 akhir pekan lalu, sebelum akhirnya melemah. Namun, indeks dolar masih di jalur kenaikan 0,9 persen dalam seminggu.

Yen menunjukkan sedikit reaksi terhadap data yang menunjukkan tingkat inflasi konsumen inti tahunan Jepang tidak berubah pada bulan Januari dari bulan sebelumnya, memperkuat pandangan bahwa Bank of Japan tetap jauh untuk rencana keluar dari kebijakan moneter super longgarnya.

Indeks harga konsumen inti nasional Jepang, yang mencakup produk minyak namun tidak termasuk harga makanan segar yang volatile, naik 0,9 persen pada bulan Januari. Laju inflasi Jepang masih jauh dari target inflasi BOJ yakni 2 persen.
 
Output A.S. Imbangi Upaya OPEC Lemahkan Minyak

12.jpg


Output A.S. Imbangi Upaya OPEC Lemahkan Minyak

Minyak turun menjadi $66 per barel pada hari Jumat, di bawah tekanan atas kekhawatiran bahwa kenaikan output minyak dan ekspor A.S. akan mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC untuk meredam berlimpahnya produksi minyak dengan pengekangan.


Produksi minyak A.S. pekan lalu sebesar 10,27 juta barel per hari, mencapai rekor jika diacukan pada angka bulanan. Ekspor minyak mentah melonjak menjadi lebih dari 2 juta barel per hari, mendekati rekor tertinggi 2,1 juta pada Oktober.

Minyak mentah brent, patokan global, turun 34 sen menjadi $66,05. Harga minyak telah rally sejak awal 2018 dan mencapai $71,28 pada 25 Januari, tertinggi sejak Desember 2014. Minyak mentah A.S. turun 27 sen menjadi $62,50.

Lemahnya dolar juga disebabkan oleh penguatan dolar A.S. Dolar A.S yang lebih kuat dapat membuat minyak dan komoditas lainnya dalam mata uang A.S. lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Penurunan harga minyak mentah tetap terjadi meskipun lapaoran Administrasi Informasi Energi A.S. pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah tak terduga turun sebesar 1,6 juta barel. Analis mengatakan angka impor yang rendah berkontribusi terhadap penurunan tersebut.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak dikhawatir dengan peningkatan output di A.S. dan mengatakan bahwa kenyamanan pada pergerakan pasar menuju keseimbangan.

"Saya pikir lajunya sangat bagus, kesepakatannya berjalan baik dan kami sangat senang dengan hal itu," Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail al-Mazroui, yang juga presiden OPEC saat ini, mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu. "Tapi pekerjaannya belum lengkap."

Pada Januari 2017, OPEC dan sekutunya termasuk Rusia mulai memangkas produksi sekitar 1,8 juta bpd, hampir 2 persen dari pasokan global, untuk mengatasi berlimpahnya minyak yang dihasilkan sejak tahun 2014 dan menyebabkan anjloknya harga.

OPEC ingin mengurangi persediaan minyak yang dipegang oleh negara-negara industri dengan rata-rata lima tahun mereka dan semakin dekat dengan tujuan tersebut, walaupun para pejabat mulai membicarakan tentang metrik yang berbeda.
 
Pasar Ekuitas Asia Kembali Berhati-hati

450771-asiansharesnew7.jpg


Pasar Ekuitas Asia Kembali Berhati-hati

Pasar saham Asia berada dalam suasana berhati-hati pada perdagangan sesi Senin ini karena para pelaku pasar terlihat sangat menantikan pekan ini yang penuh dengan agenda diantaranya data inflasi A.S. dan kesaksian pertama sekali oleh ketua Federal Reserve yang baru di hadapan DPR.


Sentimen mulai merapuh ketika dolar kehilangan penguatan di awal sesi dan obligasi safe haven menguat karena futures E-Mini untuk S&P 500 berbalik turun 0,1 persen. Dolar A.S. melepas penguatan di awal sesi dan turun 0,1 persen menjadi 89.796, menyusul kenaikan 0,8 persen pekan lalu.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen, namun pasar bursa di seluruh wilayah diperdagangkan beragam. Nikkei Jepang memimpin dengan kenaikan 0,7 persen, turun kembali dari kenaikan 1,2 persen di awal sesi, namun indeks blue chip China tergelincir 0,5 persen.

Partai Komunis China yang berkuasa pada hari Minggu menetapkan bagi Presiden Xi Jinping untuk tetap bertugas tanpa batas waktu, dengan sebuah proposal untuk menghapus klausul konstitusional yang membatasi kepresidenan hanya dengan dua syarat.

Awalnya, para pelaku pasar memanfaatkan rally hari Jumat di Wall Street yang melihat indeks volatilitas VIX berakhir di 16,49 persen, jauh di bawah puncak 50 persen yang disentuh saat gejolak pasar di awal Februari.

Namun, sentiment di pasar kembali tenang sebagian berkat harapan Federal Reserve akan tetap berangsur-angsur dalam pengetatannya, pandangan yang diukur yang digarisbawahi oleh bank sentral dalam sebuah laporan gubernur yang dirilis pada hari Jumat. Pasar juga tampaknya bertaruh bahwa Ketua Fed Jerome Powell akan tetap berpegang pada wacana tersebut pada penampilan pertamanya di hadapan parlemen pada hari Selasa, diikuti oleh pidatonya di hadapan Senat pada hari Kamis.

Yield Treasuri 10 tahun A.S. juga turun menjadi 2,85 persen dan jauh dari level tertinggi empat tahun di 2,957 persen.

Fokus pasar selanjutnya adalah indeks inflasi yang disukai Fed, indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE), akan dirilis lebih awal pada hari Kamis. Pasar akan sangat sensitif terhadap indikasi kenaikan inflasi inti karena kekuatan upah yang mengejutkan pada bulan Januari dan Powell dipastikan akan dipertanyakan mengenai apa yang menjadi dampaknya oleh Senator.
 
Euro Jajaki Kondisi politik dan Pidato Bank Sentral

dolar-yen-euro.jpg


Euro Jajaki Kondisi politik dan Pidato Bank Sentral

Euro menguat pada hari Senin setelah yield obligasi AS jatuh yang membuat dolar AS turun, namun perdagangan relatif tenang menjelang pidato oleh beberapa pejabat bank sentral dan perkembangan politik utama di Jerman dan Italia.


Yield Treasury AS 10-tahun turun di hari Senin pada perdagangan Asia menjadi 2,866 persen, terus tergelincir dari level tertinggi empat tahun di 2,957 persen yang dicapai pada hari Rabu lalu.

Namun, euro masih 2 sen di bawah level tertinggi baru-baru ini di atas $1,25 ketika euro rally pada tahun ini akibat pelemahan dolar, dan analis mengatakan investor berhati-hati mengambil posisi besar di minggu ini karena risiko politik.

Pemilu nasional di Italia pada hari Minggu, sementara partai politik terkemuka di Jerman, akan memutuskan kesepakatan koalisi yang bisa membuat Angela Merkel kembali menjabat sebagai kanselir untuk keempat kali.

Analis merujuk pada data futures mingguan yang menunjukkan posisi long net euro telah jatuh untuk minggu ketiga berturut-turut. Kemunculan Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi di Parlemen Eropa pada hari Senin dan data inflasi zona euro yang akan dirilis pekan ini juga menambah prospek untuk perdagangan euro.

Dengan berakhirnya penguatan dolar sejak mencapai level terendah tiga tahun pada 16 Februari, membuat euro menguat 0,3 persen ke level $1,2328. Dolar turun 0,1 persen terhadap yen menjadi 106,65 dan menghapus beberapa penurunan sebelumnya di perdagangan Asia.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang mayoritas, turun 0,2 persen menjadi 89,685. Indeks dolar naik hampir 0,9 persen minggu lalu dan menarik diri dari level terendah tiga tahun di dekat level 88,25 yang dicapai pada 16 Februari lalu.

Pandangan bahwa aksi jual dolar telah berlebihan, ditambah risalah pertemuan tingkat suku bunga Fed bulan Januari yang menawarkan nada yang relatif optimis, mampu menopang dolar menguat dolar pada minggu lalu.

Namun, fokus minggu ini ada pada pernyataan ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan kongres mengenai kebijakan moneter dan ekonomi.
 
Ekuitas Asia Diperdagangkan Beragam Jelang Pidato Powell

highres_453614158.jpeg


Ekuitas Asia Diperdagangkan Beragam Jelang Pidato Powell

Pasar ekuitas Asia diperdagangkan beragam di sesi Selasa menjelang kesaksian Ketua Federal Reserve, Jerome Powell yang sangat dinanti pada hari ini.


Indeks Nikkei Jepang naik 1,4% dan mencapai level tertinggi tiga minggu mengikuti kenaikan Wall Street pada sesi Senin, di mana indeks Dow berakhir naik 1,6%, indeks S&P 500 naik 1,2% dan Nasdaq naik 1,3%.

Smeentara pasar ekuitas China Daratan tidak seberuntung rekan-rekan regional, setelah Shanghai Composite diperdagangkan turun 0,8% sementara Shenzhen Component juga tergelincir 0,3%. Keputusan Partai Komunis China untuk menghapus batas waktu presiden masih menjadi fokus. Indeks manajer pembelian resmi dan Caixin yang dijadwalkan Rabu dan Kamis diperkirakan akan menarik perhatian.

Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,3%. Saham AIA Group Ltd menjadi berita utama setelah laba bersih 2017 grup asuransi tersebut melonjak 48% menjadi $6,12 miliar, mengalahkan perkiraan analis. Sementara itu, pemasok listrik CLP Holdings melaporkan pertumbuhan laba bersih 8% lebih baik dari perkiraan dan mengumumkan dividen HK1,14 per lembar saham.

Saham pemasok Apple diperdagangkan sangat baik hari ini setelah konglomerat teknologi tersebut dilaporkan berencana merilis tiga smartphone baru akhir tahun ini. AAC Technologies Holdings Inc. yang terdaftar di Hong Kong melonjak 4,1%, sedangkan perusahaan yang terdaftar di Jepang, Alps Electric Co, Ltd dan Alpine Electronics Inc masing-masing naik 2,1% dan 2,4%.

Di Korea, Bank of Korea menjadi fokus setelah bank sentral korea tersebut mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah di 1,5% dalam pertemuan terakhir Gubernur Lee Ju-yeol. Bank sentral menaikkan perkiraan pertumbuhan 2018 menjadi 3% bulan lalu dan memangkas perkiraan inflasi menjadi 1,7%.

Di tempat lain, indeks S&P/ASX 200 Australia juga naik 0,6% dengan saham-saham finansial memimpin kenaikan tersebut.
 
Back
Top