Bls: Ketidak-adilan Atas Dasar Gender
seeepp.. jawaban non Arihaz99 semakin menambah wawasan gw mengenai makna kesetaraan gender.. umm.. berhubung penjelasan non Arihaz99 masih bersifat umum, gw ndak terlalu tahu apa saja kesamaan kondisi yang dimaksudkan.. ada baiknya jika lebih diperinci..
...
jujur, gw lebih suka membahas isu kesetaraan gender yang lebih bisa diterapkan terlebih dahulu dalam kehidupan nyata gw di sekitar... daripada berusaha mengubah sesuatu yang sebenarnya diluar jangkauan kemampuan gw.
yupz,makasih responnya... seneng klo bisa berbagi.. n semoga bermanfaat..
(
mengenai penjelasan lebih rincinya, mungkin agak susah dijelasin di sini, ak cuma bisa memberi sedikit gambaran aja, ak kan juga masih belajar, tapi klo emang niat dan tertarik, browsing sendiri aja, pasti banyak, dan kamu jg bakal menemui tudingan2 miring thd isu ini.. ada yg bilang ini produk kafir lah, dsb. ak cuma mau kasih referensi, mgkn km bisa mempir di situs resminya UNFPA.
sbg contoh kecil, dalam kepengurusan sebuah majelis, perempuan hampir tidak pernah menempati posisi urgen dan tinggi, apalagi ketua. hal ini tentu patut dipertanyakan.. klo seorang perempuan memang tidak punya kompetensi, ya memang tdk pantas jadi ketua ato pemimpin. Lah..tapi klo kompetensi yg dibutuhkan sudah ada, knp juga masih tdk diperkenankan? hanya krn ke-perempuanan-nya? salah siapa perempuan dilahirkan sbg perempuan? hayoo..
dalam hal pengeluaran fatwa, mengenai hal2 yg berkaitan dgn perempuan, tapi perempuan tdk dilibatkan dlm pengambilan keputusan. dimana bentuk demikrasinya? ke mana perempuan mewakilkan aspirasinya?
dlm hal jatah politik aja, knp mesti dibatasi 30 % ?? seharusnya jgn dibatasi keterwakilan perempuan hanya 30 % kan? tapi ya kembali pada kepentingan dan kompetensi masing2, the point is, klo mampu ya monggo.. klo tidak ya jangan... tapi jgn dilihat laki2 ato perempuannya kan??
mengenai bentuk konkrit yg bisa terjangkau di kehidupan kita sehari2, coba diliat lagi contoh2 (cuplikan) pengalaman sya di masa kuliah dlu, ada di postingan sya sblmnya... mungkin bisa jadi contoh..
ato saran nih.... mulai sekaran turut aktif dlm upaya "hapuskan berbagai macam stereotip yg bias gender".. spt:
"laki2 merokok itu sudah biasa, tapi klo perempuan biasanya dicap lebih buruk." rokok adlh hal yg tidak baik, bagi siapapun.. tapi merokok adlh hak dan pilihan setiap org, baik laki2 maupun perempuan. jadi klo merokok itu dianggap sbg hal yg tdk baik, tentu itu tidak baik bagi laki2 dan perempuan juga. tapi klo rokok itu dianggap hal yg wajar, maka tentu itu wajar bagi perempuan dan laki2 juga..
dulu di kampus sya ada, tiba2 ada sebuah spanduk yg dipasang di kantin yg kurang lebih bertuliskan "Dilarang merokok di kantin ini bagi
Mahasiswi"
lihat kan seberapa jauh kondisi ketidaksetaraan gender ini merasuk ke kehidupan kita?? saat itu walaupun sya bukan seorang perokok dan tdk perlu membela diri, tapi sya tentu mempertanyakan aturan semacam itu (itu aturan rektor loh..?) can't believe it! |
seharusnya klo kegiatan merokok di kantin itu dilarang, ya tentu harus berlaku pada
mahasiswa dan
mahasiswi sekaligus.. itu baru setara namanya..
intinya klo ada stereotip yg bias gender, respon saja...
misalnya ada teman yg bilang "wah, semenjak ak pacaran sama si Bunga (bukan nama sebenarnya), ak jadi repot mesti antar-jemput terus, tapi yaa gimana lagi, namanya juga cwo"
nah, klo paham apa itu kesetaraan gender, respon saja: "pacaran bukan berarti mesti jadi tukang ojek kan?" hahaha... sya juga sering menemui tmn2 cwe sya yg bilang "nunggu sapa bu? nunggu ojek ya?" sambil tertawa2.. urgh,sya respon aja: "sory, ak gak nunggu ojek, tapi nunggu dijemput pacarku." >8|
yah...semacam itu lah kawan... kesetaraan gender itu untuk laki2 dan perempuan.. utk keadilan.. maju bersama sbg "manusia"
wekekeke.. jangan pernah melupakan korelasi antara perbedaan jenis kelamin dengan kesetaraan gender...
bukankah isu persetaraan gender itu lahir dari adanya perbedaan jenis kelamin?
iya, tpi yg membentuk perbedaan2 gender itu adalah "konstruksi kultural dan sosial" dan perbedaan gender itu tidak mutlak, sehingga klo ada yg menimbulkan ketidakadilan, bisa kita kritisi... beda ma perbedaan jenis kelamin, itu hal yg mutlak (itu yg dimaksud kodrati..)
lalu pernyataan gw mengenai hal ibadah.. bukankah itu ndak ada hubungannya dengan kelebihan fisik dari seorang laki2?
Nah.. tu ngerti? ketentuan yg tdk ada hubungannya ma hal2 kodrati (jenis kelamin, yg emang dari sononya) itu berarti adalah bentukan.. klo menimbulkan diskriminasi ato subordinasi, itu yg mesti ditelaah. praktik2 keagamaan memang masih bias gender bos... tapi sbg org beragama, ak yakin kendalanya bukan di ayat2 ilahiahnya, tapi mungkin dari unsur kultural dan sosial yg mempengaruhi praktik2nya..
ketentuan itu terbentuk oleh sebab2 yg ada, tapi tdk menutup kemungkinan adanya perubahan..
kita tdk pernah bisa merubah teks2 suci, tapi klo interpretasinya (tafsirnya) tentu harus berjalan scr dinamis...
padahal soal ini kan udah ak respon panjang lebar di atas????? >:## coba diliat lagi dong... wah, klo gak dibaaca ya sia2.. >:'(
Laki-Laki (bukan anak laki2) menjadi imam dalam shalat berjamaah.. hal tersebut adalah ketentuan mutlak dalam aturan ibadah..
nah, klo yg ini.. coba perhatikan lagi, apa yg MUTLAK itu??? apa itu mutlak dan knp mutlak? hayooo....
No..no.. itu gak mutlak bos.. coba liat lagi postinganku yg merespon pertanyaan awalmu ttg ibadah ni.. (klu salah, I am hoping for the critics, lets discuss about this..)
apa dengan isu kesetaraan gender.. anda bisa mengatakan bahwa perempuan pun berhak menjadi imam atas laki2 dewasa ketika melakukan ibadah shalat berjamaah?
Klo mampu, why NOT??
semoga bermanfaat....