Bls: Ketidak-adilan Atas Dasar Gender
Secara garis besar apa yang dijabarkan mbak arihazz…hmm nice info..
Hehe... makasih, seneng klo bisa berbagi..

(
klo emg tertarik, mampir ke blog ku n forum diskusi q di wordpress (sory gk da maksud promosi, cm mengundang, ntr lwt pesan ja ya), ato kmu bikin topik baru di sini, ayo qta diskusiin lebih mendalam skalian berbagi perngetahuan..
anyway, ak jg masih mesti bnyk bljar kok... asalkan ada kemauan, n mau bljr, siapapun insyallah "bisa"...
coz prinsipq
"setiap org yg 'BISA' tentu berawal dari 'GAK BISA'.. jadi siapapun yg mau belajar, bisa jadi 'BISA'.." [<
Misal pada kasus ini gimana nih, mungkin kita semua pernah denger ya orang tua bilang gini “Hush…..dudukmu kok kayak gitu, masak cewek kok duduknya jigang.”
Nah masalah ntu gimana? Kalau menurut aku duduk seperti itu semisal nggak pada tempatnya/ di hadapan orang yang lebih tua ya memang tidak sepantasnya dilakukan baik oleh perempuan maupun pria
Betul bgt.. sikap duduk yg dianggap tdk sopan itu seharusnya ya tidak sopan bagi perempuan juga bagi laki2, walaupun begitu, nilai2 kesopanan itu sendiri yg hidup di tengah2 masyarakat kan memang mengatur perbedaan batasan.. tapi klo mau berpikir yg netral gender (lawannya bias gender gitu...) seharusnya posisi duduk jigang yg tdk sopan itu, berlaku pada perempuan dan laki2..
hal ini sama spt contoh yg ak berikan soal rokok.. rokok itu jelas2 tidak baik bagi siapapun.. bukan berarti rokok akan berdampak buruk bagi perempuan sedangkan bagi laki2 tidak, toh sama2 punya paru2, sma2 punya organ reproduksi yg berpotensi jadi
impoten ?? walaupun mgkn tingkat efeknya agak berbeda sih.. tapi itu kan kasuistis..
jadi klo ada perbedaan pandangan terhadap perempuan yg merokok dan laki2 yg merokok (pdhl seharusnya sama2 berdampak buruk) itu jelas2 stereotip yg BIAS GENDER.. merokok adalah hak dan pilihan tiap orang.. mau merokok dan gak perhatian ma kesehatannya ya monggo... mau tidak merokok dan hidup sehat ya monggo juga... tdk seharusnya dibatasi dari unsur "perempuan" ato "laki2"nya, ngerti kan bu??
begitu jg dgn contoh yg ku beri ttg peraturan rektor di kantin kampusq dulu yg melarang
mahasiswi merokok di kantin. seharusnya klo ada larangan merokok, dari pertimbagan kepentingan umum, ya peraturan itu harus berlaku bagi seluruh mahasiswa/i toh? setuju gak?
hal2 semacam ini membuat qta hrs menyadari bhwa ketidaksetaraan gender itu ada di hampir segala aspek kehidupan qta, cuma qta juga mesti lihai membedakan kualitasnya.. misalnya, klo soal cara duduk, walaupun itu memang nilai2 yg bias gender, tapi qta jg mesti menghargai nilai kesopanan yg ada, mewujudkan kesetaraan itu tdk bisa secara tiba2, yg ada ntar malah bentrokan... dan itu kan tdk merugikan banget toh.. sabar aja sambil beri pengertian pelan2 ma org2 di sekitar mu.. coba ambil contoh dri pengalaman2q ma bbrp tmn q, diliat lg ja postinganq.. (yg disindir ma om popoi).. tpi tu bisa dijadikan contoh konkrit jg kan..
nah, beda hal nya ma kasus larangan merokok di atas, sbg mahasiswa/i yg kritis, ada baiknya klo hal semacm itu dikritisi... universitas itu kan lembaga akademis, masa masih bias gender sih.. mana penegakkan demokrasinya?
ya tu cuma sekilas ja...
tapi tetap saja akan lebih tidak pantas dilakukan oleh perempuan dari pada laki. Karena memang antara laki dan perempuan ada perbedaan yang kodrati (heleh, ngomong apa ya aku ini, pengertian kodrat sepenuhnya aja nggak tahu hehe). Gimana tuh? Apa kasus yang ini harus menghapuskan embel-embel “kan cewek…”
well, klo km blg :
"krn memang antara laki2 dan perempuan ada perbedaan yg kodrati hal ini memang bener bgt... tapi ada baiknya kmu mending cari tau dlu ttg apa itu yg dimaksud "kodrati"... biar lebih paham n bisa membedakan dgn lebih tepat..spy gk mdh terjebak n bingung sndiri..
ak dah coba menawarkan sebuah konsep ttg apa yg dimaksud kodrati itu, di postinganq sblmnya, coba dicari ja, klo gk salah responq ke ichimaru..
hmm bagaimana dengan pandangan suami yang nggak bekerja?? Apa memang harus berpandangan kekeuh dengan “suami saja yang harus kerja” ato gimana? Kalau menurut aku, sederhananya kan dalam berumah tangga ntu memulainya bersama- sama, jadi nggak ada salahnya kerjanya juga sama-sama. Kalau mikir enaknya, misalnya gini, kalau kebetulan pemasukan dari suami macet, selain ikhtiar and berdoa, kan paling nggak kalau istri kerja, bisa membantu.
Nah, yg ini juga bener bgt, ak setuju...
bisa dibilang gini.. rumahtangga itu adalah kesepakatan bersama, kepentinga bersama, dan milik bersama.. rumahtangga bisa diibaratkan sebuah organisasi, ada jabatan strukturalnya, ada tujuan bersamanya, ada pembagian tugasnya.. nah, tapi pembagian tugas ini dimaskudkan spy organisasi ini bisa ttp berjalan dgn baik ke depannya demi mencapai tujuan bersama.. jgn dianggap adanya kemutlakan tertentu..
misalnya, mau gak mau, klo dah berumah tangga, toh personil2 di dalamnya harus hidup mandiri, butuh makan, pakaian dan kebutuhan2 lainnya. darimana bisa memenuhi kebutuhan itu klo gak punya uang? berarti mesti cari uang kan? artinya mesti kerja... mencari nafkah... tapi klo dua2nya kerja, sapa yg ngurus urusan dlm negeri?? berarti harus ada pembagian tugas dan peran.. menurut keadaan fisik dan nilai2 tertentu, pada umumnya, suami lah yg bekerja pada sektor domestik, sedangkan istri yg bekerja pada sektor publik..
tapi perlu diperhatikan bahwa ada pembagian tugas dan peran yg bisa dipertukarkan (artinya tdk mutlak), dan ada yg tidak bisa dipertukarkan (artinya mutlak : kodrati)..
peran dan tugas yg bisa dipertukarkan adalah misalnya: tugas mencari nafkah, selama itu baik buat semua personil rumahtangga, gak ada salahnya klo istri yg bekerja di sektor publik. sedangkan suami yg berkerja di rumah.. kedua tugas dan peran itu kan sama2 penting, sama2 mulia, tdk ada yg lebih tinggi/rendah, sebab semua sama2 vondasi berdirinya sebuah rumahtangga.. sepakat gk nih??
tapi klo tugas dan perna yg tdk bisa dipertukarkan, contohnya yaitu mengandung dan melahirkan, pasti jadi tugasnya istri, gak bisa dipertukarkan ma suami (sebab inilah yg dinamakan peran sesuai kodrat)... terlihat kan bedanya??
asalkan : apapun yg dilakukan adalah hasil kesepakatan bersama, baik utk semua.... demi kelangsungan rumahtangga bersama...
klo ada kasih sayang dlm rumahtangga, tentu semua bisa diselesaikan baik2.. memang, mungkin terdengar tdk lazim, tapi hrs bisa dibedakan mana yg mutlak dan mana yg tidak mutlak..
Tapi ya tetep, sebagai istri ga boleh lupa kewajiban mutlaknya dalam mengurus rumah tangga yang melingkupi suami dan anak-anaknya. Gitu ga sih..hihi
nah, girl.... gmn skrg menurutmu ttg apa yg mutlak itu?
istri mengurus suami itu memang kewajiban, tapi suami juga berkewajiban ngurus istri lah... rumahtangga yg baik itu (menurutq sih...) sama2 saling memperhatikan, saling menjaga fisik dan hati, saling memberi kebahagiaan, dan sama2 menanggung suka dan duka bersama... masalah anak, juga itu kan anak bersama.. gak ada deh istilah anaknya ibu ato anaknya bapak.. anak itu adalah milik bersama, sekalipun ada pembagian tugas, tapi tetap tanggung jawab bersama.. klo suami sibuk kerja dan gk mau tau urusan anaknya, tiba2 suatu saat anaknya dipanggil ke kantor kepala sekolah krn berkali2 melakukan pelanggaran, masa sepenuhnya kesalahan ibu? ayah seharusnya juga mengawasi anak, anak yg mendapat kahis sayang secara seimbang dari ayah dan ibunya tentu akan tumbuh dgn baik...
Lalu aku keingat juga sama film titanic yang merupakan gambaran kisah nyata, saat kapal Titanic mau tenggelam, nahkoda kapal segera memerintahkan untuk pemindahan penumpang ke daratan terdekat menggunakan sekoci darurat. Nah di sana yang didahulukan untuk diselamatkan adalah kaum wanita dan anak kecil.
Apakah hal ini bisa disebut dengan ketidaksetaraan gender pada lelaki??
jika itu dianggap merugikan.. tentu saja ini juga termasuk ketidak adilan gender.. ketidakadilan gender itu bisa berakibat pada perempuan juga pada laki2, tapi memang pada dunia yg serba patriarkis ini, yg cenderung dirugikan dari sitem yg tdk netral gender adlh perempuan. tapi ya tdk menutup kemungkinan laki2 jg dirugikan...
Ada cerita nih, temen aku cewek nglamar kerja berhubungan sama kelistrikan dan kerjaannya dilapangan, nah skill dia bagus dan finally dan mampu sampai tahap akhir, nah ditahap akhir wawancara ntu malah dibilang kalau sebenarnya temen aku bisa masuk, karena punya kemampuan, tapi nggak bisa diterima karena dia cewek. Nah gimana tuh kayak gitu?
ini juga memang ada unsur bias gendernya... tp mgkn ada dasar2 pertimbangan dari perusahaan tsb.. klo dari kacamata Kapitalis, tentu pekerja perempuan tdk lebih menguntungkan drpd laki2.. tp perempuan kan juga berhak hidup makmur.. gmn dgn para ibu single parent? mrk jg butuh kerja utk nafkah anak2nya... mrk jg berhak hidup mandiri scr finansial maupun non-finansial... negara berkewajiban memeratakan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakatnya, jadi hal semacam ini tentu ada kaitannya dgn sistem... tdk bisa dilihat dari satu aspek aja..
Atau juga waktu semester-semester pertama aku kuliah, kan ada mata kuliah bengkel kerja bangku nah di situ kerjaannya mekanik semua, tapi semua temen cowok hampir menyepelekan kemampuan temen-temen ceweknya, sampai masalah ngebor dan nyolder saja, kita-kita yang cewek diejek-ejek, dibilang ga mampu dan mereka memang mengira cewek nggak bisa apa-apa. Langsuang aja aku sahut tuh solder and bor tangan, aku lakukan di depan mereka. Alhasil mereka terdiam dan sejak itu nggak pandang sebelah mata deh sama kita-kita yang cewek. So, kalau dari aku, apapun itu pekerjaannya, kalau misal cewek mampu dan yang dilakukan sesuai prosedur kerja yo sikat aja. Gimana ?
itu juga jelas2 dampak dari ketidak setaraan gender... yg banyak dirasakan oleh perempuan.. dlm bentuk stereotip2 tertentu...
gmn bu??
to all: klo da yg kurang tepat mohon dikoreksi....
semoga bermanfaat...

)