princess_newbie
New member
Irza berpaling. Aku menarik diri mencari tatapannya... " Hey, kenapa? "
Kembali Irza menggeleng. Duhhh, ini semakin menghancurkan hatiku.
Ku tutupkan kedua telapak tanganku di pipinya, menyentuh sisi-sisi wajahnya, memohonnya menatapku kembali. Nafasku sulit diatur, terkadang pelan terkadang berat, terkadang tertahan, terkadang menghembuskan kencang-kencang. " Aku mencintaimu, bukan dia. "
" Tidak bisa. " Menggeleng lagi. Matanya melihat ke bawah, tertunduk meski wajahnya tertopang kuat oleh kedua telapak tanganku. " Aku tidak bisa mencintaimu. Tidak seperti ini. "
" Aku mencintaimu, Irza. Sungguh. " aku ikut menggeleng daam hati, sedang meyakinkan diriku aku pasti bisa. aku bisa. Pasti bisa bersama dia. Jangan menyerah.
" Kita tidak boleh bersama, Cess. Suamimu pasti tidak akan diam. Dia pasti sakit hati melihat kita berdua disini. "
" Tidak. Dia tidak akan seperti itu. "
Irza menatapku lagi. " Dia suamimu, lelaki yang lebih berhak untukmu, bukan aku. "
" Haruskah kamu mengatakan itu...? "
" Itu benar, Cess. "
" Tapi aku mencintaimu. " Cepat-cepat aku balas penyerahannya. Berharap dia tidak seperti ini. Ayolaaah, aku mencintaimu, aku ingin bersamamu,. aku ingin hanya berdua denganmu. Bukan yang lain.
Kepala Irza bergerak, hendak menggeleng tapi sigap tanganku menahannya. " Jangan menggeleng lagi, kamu menghancurkan hatiku. " Ku tempelkan dahiku di atas dahinya. Mataku terpejam. Selesai sudah. Semuanya. Hidupku. harapanku. Keinginanku. Hilang sudah semuanya.
Kembali Irza menggeleng. Duhhh, ini semakin menghancurkan hatiku.
Ku tutupkan kedua telapak tanganku di pipinya, menyentuh sisi-sisi wajahnya, memohonnya menatapku kembali. Nafasku sulit diatur, terkadang pelan terkadang berat, terkadang tertahan, terkadang menghembuskan kencang-kencang. " Aku mencintaimu, bukan dia. "
" Tidak bisa. " Menggeleng lagi. Matanya melihat ke bawah, tertunduk meski wajahnya tertopang kuat oleh kedua telapak tanganku. " Aku tidak bisa mencintaimu. Tidak seperti ini. "
" Aku mencintaimu, Irza. Sungguh. " aku ikut menggeleng daam hati, sedang meyakinkan diriku aku pasti bisa. aku bisa. Pasti bisa bersama dia. Jangan menyerah.
" Kita tidak boleh bersama, Cess. Suamimu pasti tidak akan diam. Dia pasti sakit hati melihat kita berdua disini. "
" Tidak. Dia tidak akan seperti itu. "
Irza menatapku lagi. " Dia suamimu, lelaki yang lebih berhak untukmu, bukan aku. "
" Haruskah kamu mengatakan itu...? "
" Itu benar, Cess. "
" Tapi aku mencintaimu. " Cepat-cepat aku balas penyerahannya. Berharap dia tidak seperti ini. Ayolaaah, aku mencintaimu, aku ingin bersamamu,. aku ingin hanya berdua denganmu. Bukan yang lain.
Kepala Irza bergerak, hendak menggeleng tapi sigap tanganku menahannya. " Jangan menggeleng lagi, kamu menghancurkan hatiku. " Ku tempelkan dahiku di atas dahinya. Mataku terpejam. Selesai sudah. Semuanya. Hidupku. harapanku. Keinginanku. Hilang sudah semuanya.