Lautandhana Daily View 01 September 2014
IHSG terkoreksi cukup dalam di akhir pekan seiring dengan maraknya aksi jual yang dilakukan investor domestik maupun asing. Ancaman krisis BBM subsidi ditambah dengan kembali memanasnya konflik Ukraina‐Rusia menjadi sentiment negatif bagi lantai bursa dalam negeri. Investor asing tercatat melakukan transaksi jual bersih mencapai hampir Rp750 miliar di sepanjang perdagangan. Mayoritas indeks sektoral tertekan, kecuali sektor perdagangan, pertambangan dan properti yang masih mampu bertahan di zona hijau. Saham‐saham top gainers di antaranya adalah Multi Bintang (MLBI) naik Rp 25.500 ke Rp 1,03 juta, Rida Vivatex (RDTX) naik Rp 950 ke Rp 6.000, First Media (KBLV) naik Rp 545 ke Rp 2.730, dan Maskapai Reasuransi (MREI) naik Rp 525 ke Rp 6.400. Sementara saham‐saham top losers antara lain Unilever (UNVR) turun Rp 1.075 ke Rp 31.025, BCA (BBCA) turun Rp 650 ke Rp 11.200, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 600 ke Rp 54.000, dan Astra Agro (AALI) turun Rp 500 ke Rp 25.500.
Bursa saham AS ditutup menghijau di akhir pekan didorong optimisme pasar akan menguatnya perekonomian negara adidaya tersebut, ditandai dengan indeks kepercayaan konsumen (CCI) di bulan Agustus yang menguat di luar perkiraan dan PDB 2Q14 yang dinilai terus membaik. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq ditutup masing‐masing ada level 17.098,5 (+0,1%), 2.003,4 (+0,3%) dan 4.580,3 (+0,5%). Bursa saham Eropa juga menguat didorong penguatan saham farmasi seperti AstraZeneca (+2%) yang dikabarkan sedang bernegosiasi untuk diambilalih oleh Pfizer Inc. Laporan dari Eurostat menunjukkan bahwa inflasi bulan Agustus di zona Euro jatuh ke 0,3%, dan ancaman deflasi ini dapat mendorong bank sentral Eropa (ECB) untuk mulai menggencarkan stimulusnya sebagai upaya untuk mengembalikan inflasi sesuai target. Indeks Stoxx50 dan FTSE 100 naik masing‐masing 0,2% ke level 3.172,6 dan 0,2% ke 6.819,8.
Di awal pekan IHSG diprediksi mixed cenderung melemah seiring masih maraknya aksi profit taking dan minimnya sentimen positif. Saham pilihan kami antara lain: JSMR, KLBF, UNTR, BBTN, AISA, dan SMGR.
Berita Emiten
HDFA Dapat Kredit Bank Syariah Mandiri Rp100 M
HDFA memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Syariah Mandiri dengan nilai sampai dengan Rp100 miliar. Kedua belah pihak telah menandatangani akad plafon pembiayaan mudharabah wal murabahah dan akta Jaminan Fidusia sehubungan dengan penerimaan fasilitas kredit tersebut pada 28 Agustus. Jangka waktu akad induk pembiayaan adalah 48 bulan sejak tanggal penandatanganan akad. Fasilitas kredit ini dijamin dengan tagihan/piutang pembiayaan sebesar 100% dari total jumlah pokok fasilitas kredit outstanding.
1H14 KRAS Rugi US$88,67 Juta
Sepanjang 1H14 KRAS mencatat rugi bersih hingga US$88,67 juta dari laba 1H13 Rp10,63 juta. Pendapatan KRAS tercatat US$909,19 juta atau turun 22% dibandingkan perolehan sebelumnya RpUS$1,10 miliar. Rugi bersih yang dialami perseroan juga disebabkan oleh naiknya rugi selisih kurs menjadi US$11,46 juta dari rugi sebelumnya sekitar US$4,26 juta. Selain itu, bagian rugi dari entitas asosiasi juga melonjak drastis dari US$2,98 juta menjadi US$42,26 juta.
1H14, Laba bersih ARNA Mengalami Peningkatan
ARNA membukukan laba bersih sebesar Rp147,76 miliar atau Rp20,13,- per saham pada 1H14, naik 10,29% bila dibandingkan dengan laba bersih pada 1H13 sebesar Rp133,97 miliar atau Rp18,25,- per saham. Hal ini disebabkan Pendapatan ARNA mengalami kenaikan dari Rp683,71 miliar menjadi Rp807,47 miliar.
KIJA Catat Pendapatan Rp1,4 T
KIJA membukukan penjualan dan pendapatan jasa sebesar Rp1,4 triliun per 30 Juni 2014 dari Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun 2013 dengan perolehan laba bersih Rp425,1 miliar dari Rp336,2 miliar.
TLKM Jajaki Lepas Saham Minoritas Metra TV
TLKM tengah menjajaki untuk melepas kepemilikan saham maksimal sebesar 20% di PT Metra TV kepada investor strategis. Metra TV adalah perusahaan pengelola UseeTV, layanan TV dan radio streaming dengan jumlah pelanggan mencapai sebanyak 1,2 juta.
ANTM Peroleh Pinjaman US$ 75 juta
ANTM memperoleh pinjaman perbankan senilai US$ 75 juta setara dengan Rp 877,95 miliar. Perseroan juga tengah menjajaki pinjaman perbankan senbanyak US$ 100 juta yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan capex tahun depan sebesar US$ 150 juta.
Sumber: Bisnis Indonesia, Investor Daily, Kontan, Detik Finance