Pasar Sedang Genting? Manfaatkan Emas Untuk Hedging
Sejak akhir tahun 2019, dunia tengah dihebohkan dengan kemunculan virus Corona. Virus baru bernama Covid-19 ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019.
Hingga Triwulan pertama 2020, Covid-19 dikabarkan telah menginfeksi lebih dari 245,000 orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan siklus penyebaran yang tergolong cepat, WHO lantas menyatakan status Corona sebagai "pandemi".
Selain menelan banyak korban jiwa, pandemi Corona juga mengakibatkan pasar global menjadi tidak stabil. Beberapa bank sentral dunia bahkan memutuskan untuk melakukan Rate Cut darurat demi menopang perekonomian. Kondisi ini lantas melambungkan harga emas hingga hampir menyentuh angka $1,700.
Tak hanya berfungsi sebagai aset safe-haven, para pelaku pasar juga bisa memanfaatkan emas sebagai hedging (lindung nilai) saat kondisi pasar sedang labil seperti saat ini. Bagaimana caranya?
Mengenal Fungsi Emas Sebagai Hedging (Aset Lindung Nilai)
Pernahkah Anda berpikir mengapa orang tua di zaman dulu banyak membeli dan menyimpan perhiasan emas? Tujuannya adalah semata-mata untuk melindungi (proteksi) nilai kekayaan yang mereka miliki sebagai bentuk antisipasi kebutuhan di masa depan. Dapat dikatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan lindung nilai (hedging) secara sederhana.
Selain hedging sederhana ala orang tua kita di rumah, pemilihan emas sebagai hedging juga kerap dilakukan oleh para big player di pasar global, salah satunya para manajer Hedge Fund. Karena dianggap sebagai aset yang terbebas dari risiko inflasi, maka para manajer Hedge Fund akan melakukan pemindahan portofolio dengan
berbondong-bondong memborong emas manakala terdapat indikasi kenaikan laju inflasi, atau mandeknya kondisi perekonomian. Di samping itu, ada pula beberapa alasan mengapa emas dimanfaatkan sebagai hedging, antara lain:
- Emas berperan sebagai Tangible Asset yang penting saat krisis keuangan melanda.
- Memiliki daya beli konsisten dari tahun ke tahun.
- Nilai emas tidak tergantung pada kebijakan otoritas, sehingga perubahan suku bunga dan sejenisnya tak perlu terlalu dikhawatirkan.
- Terbebas dari risiko krisis perbankan, karena emas tak terpengaruh sama sekali dengan sistem dunia perbankan.
"Emas itu kekal, jadi ubahlah hartamu dalam emas. Sekalipun ekonomi dunia tergoncang, hartamu tetap akan aman."
Cara Memanfaatkan Emas Sebagai Hedging
Istilah hedging tentu sudah ramah terdengar di telinga Anda bukan? Hedging adalah strategi trading untuk "membatasi" atau "melindungi" dana dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan. Hedging memberi kesempatan bagi trader untuk melindungi modal dari kemungkinan rugi (loss) meski ia tengah melakukan transaksi.
Dalam forex, hedging biasanya dilakukan dengan melakukan dua transaksi (buy dan sell) atas satu aset yang sama secara bersamaan, atau atas beberapa aset yang berbeda tetapi pergerakan harganya saling berhubungan. Namun, bagaimana dengan hedging emas? Ada beberapa alternatif yang bisa Anda coba bila ingin memanfaatkan emas sebagai hedging, antara lain:
1. Hedging Emas Dengan Dolar AS
Semua trader tahu jika pergerakan emas dengan mata uang Dolar AS cenderung berkorelasi negatif. Jika Dolar AS sedang menguat, maka harga emas akan cenderung melemah, begitupun sebaliknya. Dalam ilustrasi ini, maka dapat dikatakan bila faktor-faktor yang mendukung reli Dolar adalah faktor pelemahan pada emas.
Namun selama masa terjadinya pandemi Corona seperti saat ini, pergerakan harga emas hampir tak bisa diprediksi sama sekali. Meski Dolar AS tengah ambruk, bisa jadi harga emas tak mencatakan kenaikan sama sekali atau bahkan turut anjlok pula. Contohnya adalah saat The Fed memutuskan untuk melakukan Rate Cut mendadak pada pertengahan Maret 2020. Keputusan tersebut seharusnya mendongkrak harga emas, tapi faktanya emas justru anjlok; begitu pula dengan Dolar AS.
Kondisi ini terjadi karena pandemi Corona mengakibatkan korelasi antar aset di pasar finansial menjadi amburadul.
Terlepas dari kondisi pasar yang amat labil saat ini, cara hedging emas sebenarnya terbilang cukup mudah. Saat nilai Dolar AS melemah, maka ada kecenderungan inflasi menjadi lebih tinggi. Saat-saat seperti inilah Anda bisa mengoleksi emas sebagai hedging sekaligus diversifikasi risiko.
Pada tahun 2002 dan 2007, nilai tukar Dolar AS turun sebesar 40% terhadap Euro. Kondisi ini dimanfaatkan para pelaku pasar untuk memetik keuntungan dari emas. Tingginya aksi buy secara masif lantas melambungkan harga emas kala itu. Jika normalnya emas diperdagangkan di harga $347, emas saat itu menguat hingga dua kali lipat ke angka $833.75 per troy ounce.
Ada pula contoh kasus pada tahun 2008 saat terjadi krisis finansial. Kala itu, The Fed meluncurkan program Quantitative Easing (QE) untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya QE, otomatis jumlah uang yang beredar akan bertambah, sehingga ada kemungkinan akan melemahkan Dolar AS. Dalam kondisi demikian, para pelaku pasar lebih memilih untuk melarikan dananya ke emas.
Selain dengan Dolar AS, hedging emas juga pernah dilakukan dengan Rupiah. Saat krisis moneter pada 1998 silam, banyak pengusaha yang menukarkan uang cash mereka ke dalam bentuk emas batang.
2. Hedging Emas Dengan Saham
Ada yang menyebut jika harga emas berkorelasi negatif dengan pasar saham, tetapi ada pula yang menyatakan jika keduanya tidak ada korelasi sama sekali. Manakah yang benar?
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Trinity College di Dublin, Jerman, harga emas mengalami peningkatan sejak 15 hari pasca pasar saham jatuh. Kenaikan tersebut tak lain karena
tingginya permintaan (Demand) emas sebagai aset pelindung saat instrumen lain tengah tak bisa diandalkan. Pun begitu saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun nilainya. Emas menjadi alternatif investasi dan hedging bagi investor untuk menempatkan dana mereka secara efisien.
Namun dalam studi lain, emas justru tak berhubungan dengan pasar saham; kalaupun berkorelasi, maka kadang-kadang saja. Studi akan korelasi 12-bulanan antara harga emas dan indeks S&P 500 selama 45 tahun terakhir menghasilkan angka rata-rata 0, artinya tidak ada hubungan antara harga emas dengan pasar saham.
Mengapa demikian?
Hal ini terjadi karena para investor lebih memanfaatkan emas sebagai pelengkap portofolio investasi. Investor tentunya menginginkan portofolio investasi yang berimbang, dimana faktor Risk/Reward-nya terjaga. Oleh karena itu, mereka akan cenderung mempertahankan berbagai aset berbeda dalam portofolionya dalam waktu bersamaan.
Berdasarkan dua ilustrasi di atas,
maka dapat dikatakan bahwa emas tidak sepenuhnya berkorelasi dengan pasar saham, tetapi bukan berarti tak berhubungan sama sekali. Saat pasar saham sedang jatuh, para investor akan cenderung membeli emas untuk menyeimbangkan dana yang mereka miliki. Selain itu, emas memiliki potensi untuk mengkompensasi kerugian investor di pasar saham, sehingga secara positif mempengaruhi sentimen pasar dan ketahanan sistem keuangan.