Ari.
(Lanjutan)
________________________________________
____________________________________
Aku berdiri didepannya yang menatap sepeti tidak mengenaliku lagi,
Kurentangkan tangan kiri ku,
Agak menjauh dan berniat mengaktifkan Flame-maker sekarang.
Nyala api jingga kebiruan berpendar ditanganku.
Tapi panasnya api tersebut tidak menyakitiku sedikitpun,
“Semakin cepat kau mati,semakin baik untukmu,” aku menghantamkan tinjuku ketanah,
bebatuan karang disekelilingku terangkat,melayang di udara.
Aku mengerahkan kekuatan magnet yang terdapat di senjata baru ini,
Lebih baik dari yang kuduga,
Batu-batu karang besar itu melayang semakin tinggi,lalu berwarna merah membara ketika sampai diketinggian tertentu,
Kubiarkan serangan dahsyat bagaikan hujan meteor itu jatuh keatas tubuh adikku.
Menggencetnya hingga lebur tak bersisa.
Kukira akan selesai dengan mudah,tapi…
Serbuan tentakel hitam keluar dari celah bebatuan, menyerangku dengan tiba tiba.
Mengincarku dan tak henti mengejarku,
Aku melompat mundur dan turun,lalu melompat kebelakang sekali lagi,
Setiap kali hal yang sama terjadi berulang kali, tiap bekas pijakanku selalu dihancurkan oleh tentakel raksasa itu dua detik setelah aku melompat mundur menghindarinya.
Terus begitu, aku menarik pedang dipunggungku,dan menebas barang haram itu tepat ketika ia hendak menghujam tulang tengkorakku.
Flame maker membuat apa saja senjata yang kupakai menjadi sama membaranya dengan tangan kiri ku…
Aku cukup kaget,padahal aku tidak melakukan apapun pada tubuhku untuk penyesuaian…
“Bakat alami Paladin yang mungkin tidak akan terlahir kembali dalam beberapa dekade…”
Cih,aku teringat kata kata Monroe.
Aku berulang kali mengingkarinya,karena jika aku pria yang terlahir dengan bakat sejati seorang Paladin,
Maka Tasuku adalah pria yang sejak terlahir dengan bakat sebagai ‘death master’ yang lebih kuat dari Stast?!
Menggelikan sekali nasib kami… Sedih sekali rasanya!
Dengan geram aku menerbangkan bebatuan sekali lagi,
Meledakkan serpihan tentakel itu dengan cara sama seperti aku mencoba menghancurkan tubuh yang menjadi pusat kekuatan mengerikan ini.
Karang yang bertumpuk jadi satu mengubur Tasuku didalamnya bergetar.
Aku tidak sempat menghindari ketika ledakan berskala kecil terjadi.
Butiran debu melayang beserta angin panas.
Aku terluka.
Jangan menertawakanku,batinku dalam hati.
Sudah untung bukan luka karena kontak langsung dengannya…
Aku menyeka darah yang menetes dari pipiku yang tergores agak dalam.
Bagian lain juga…
Aku sempat mengkhawatirkan,merasa ada serpihan batu yang masuk dalam daging,
Tapi dalam sekejap aku tidak mempedulikan rasa sakit yang kadang berdenyut lembut itu.
Ia berdiri disana, matanya lagi lagi sejajar dengan mataku,
Merah terang, bukan biru teduh,
Aku membiarkan pedangku ‘terbakar’ dan menghunuskan didepannya.
Ia tersenyum penuh pengertian.
Seakan inilah yang dicarinya?
“Sejujurnya,aku tidak pernah menyangka kita akan jadi seperti ini” bisikku lirih.
“kau ingat kita dulu…? Kita dulu saling menjaga…, aku pernah bilang kan’ kalau apapun yang terjadi,aku tidak akan mungkin jadi musuhmu?”
Aku tahu,tatapanku saat ini pasti terlihat sangat memelas.
Tapi ini untuk terakhir kali-nya, hanya untuk terakhir kalinya…
“tapi…kenapa? Kenapa Tasuku?” dari balik anak rambut yang menutupi pandanganku aku mengintipnya,diam dan membatu,
“kenapa kau membunuh teman temanku?! Kenapa kau lakukan ini semua?!”
“Memangnya apa yang kau inginkan,yang aku tidak bisa memberi atau merelakannya untukmu?!” “Katakan apa yang harus ku lakukan untukmu…”
“Membalikkan waktu…” ia menjawab sendu. “Kau tidak punya kuasa untuk membalikkan waktu…” pada saat itu aku melihatnya tersenyum begitu pedih.
Badannya yang perlahan dipenuhi sisik aneh berkilat basah oleh percikan air,
Niagara,saksi kami.
Kami yang tidak akan berhenti bertempur sampai salah satu mati.
“Kau dan Daina berharga,…sangat berharga…juga Daina…tidak ada satupun didunia ini yang dapat menandingi kecintaanku terhadap kalian…”
“Aku tidak sanggup melanjutkan dijalan yang berbeda dengan kalian, aku tidak ingin sendirian,tidak bisa menemukan tempat yang sesuai untuk diriku, sejak memiliki tubuh ini,dimanapun aku berada, selalu saja hanya kehancuran yang kubawa bersama takdirku…”
“Aku sudah tidak punya apa apa lagi,baik mimpi,ataupun cita cita, aku merasa sakit dan sesak setiap mengingatmu ataupun mengingat hari-hari masa kanak kanak dimana kita dapat dengan mudahnya tertawa tanpa rasa bersalah” ia melanjutkan, “Dan hari hari kebahagiaanku bersama Daina yang kucintai”
“Jika aku tidak dapat bersama kalian lagi, lebih baik aku hidup selamanya dalam wujud menyedihkan ini, dibenci dan membenci selamanya sambil setiap hari belajar bagaimana caranya agar tidak menyesal,”
Gerimis turun pada saat bersamaan, ketika ia berusaha menyelesaikan kalimatnya, demi aku, demi kami.
“Duniaku adalah orang orang yang kusayangi dan kucintai, jika kalian tidak ada,apa artinya? Aku hancur,maka dunia yang tidak berarti ini juga harus ikut hancur bersamaku.”
Alasan macam apa itu?!
Tapi karena aku kakaknya… Maka aku sangat bisa memahami ia yang menderita seorang diri selama ini,
Tuhan,salahku…,salahku yang mendidiknya hingga ia jadi seperti ini?
“Benar benar naif” jawabku “Jadi karena itu kau mau menukar hatimu dengan iblis,Tasuku?! Karena itu kau mau menjadi pewaris bagi makhluk setan?!”
Aku tidak dapat mengendalikan perasaanku,
Teramat ingin memeluknya dan berkata ‘Ada kakak disini…’ seperti yang biasa kulakukan ketika ia masih kecil.
Kami bertangisan.
Aku tidak tahu ia meneteskan air mata untuk apa, tapi aku meneteskan air mata untuknya, satu satunya pemilik darah yang sama dengan darahku.
Proses regenerasi nya mulai lagi...,
setiap sel-sel tubuh itu melakukan perbaikan, dan menutup bagian yang terluka,
Wajah Tasuku sekarang tampak lebih baik, walau masih jauh dari normal, hanya bagian kanan wajahnya yang sehalus porselen, sedangkan bagian kiri wajahnya, masih kacau balau dengan luka menganga dan tulang tengkorak kepalanya yang terlihat jelas,
sangat terlihat ia berusaha mengumpulkan tenaganya yang tersisa,
begitupun, ia masih mematikan.
“Kumohon,kak,” aku sudah siap mendengarnya, tidak ada tanda tanda ia mengubah pikirannya yang gila dan kejam itu. "Agar rasa ini punah semua, agar aku tidak memiliki beban lagi..."
“Matilah ditanganku…”
Ketika ia mengatakannya, kami telah saling membentur satu sama lain.
Aku juga tidak akan mengubah jalanku,
Aku laki laki,
apa yang ingin kubuang,dan apa yang ingin kupertahankan, adalah pilihan hidupku.
Dan bagiku,
apapun pilihan hidupku nanti,itu adalah prinsip.
Kami bertabrakan beberapa kali,
Sehingga benturan yang terjadi antara pedangku dan tubuhnya menimbulkan suara suara berisik yang menggelegar.
Mengambil jeda hanya dalam sekian kali tarikan nafas,dan kembali berusaha melukai satu sama lain.
Ia sempat terdesak,tapi tentakel panjang keluar dari telapak tangannya, menghambat
Laju seranganku,dan mengempaskan kerikil tajam yang menggores bagian bagian tubuhku,
Harusnya tidak akan bisa melukaiku,
Tapi,begitu kuatnya dorongan yang ditimbulkan oleh kekuatan monster miliknya itu…
Aku tahu,aku dapat memaklumi pemilik kekuatan besar dihadapanku,
Darah yang sama denganku,
Jadi pasti…
Pasti tidak akan ada banyak perbedaan besar diantara kami.
Dari segi kekuatan,kami berimbang,
Aku tahu itu.
Aku mengerahkan tenaga yang besar untuk membuat dinding api di udara yang mengelilingi kami,
Ia tidak akan bisa lari lagi dariku,
Ini pertaruhan,
Aku, ataupun dia,siapa saja yang keluar dari lingkaran api yang membara ini,
Saat itu ‘Flame maker’ akan bekerja otomatis meledakkan kami.
Tasuku tidak berniat lari,aku yakin.
Dia tak kan mungkin lari tanpa membunuhku,
Aku memperlebar lingkaran api itu, benar,senjataku saat ini bisa mengatur kadar panas disekelilingku dengan kontrol yang sangat rapi.
Serta aku sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan Tuhan padaku ini.
“Kalau kau sebegitu inginnya membuang hatimu,coba kalahkan aku, pria yang tidak bisa berjuang” ujarku.
Tasuku tidak senang dengan kata kataku.
“Hati manusiaku tidak akan punah sebelum aku menyingkirkanmu dari mataku untuk selamanya,kakak…”
Ia mengejarku, cakarnya tumbuh dan membesar beberapa kali lipat,
Dalam sekejap cakar dan lengan kanannya memanjang,ingin meraihku,
Aku menghindar,tapi ternyata itu hanya jebakan.
Lengan kirinya,menyusup masuk dalam tanah,aku melihatnya tersenyum dan menyadari apa yang akan dia lakukan…
Terlambat!
Dari belakangku datang serangan, ia menangkap tubuhku dengan kuat seakan ingin meremukkanku, aku menjerit kesakitan.
Ia dengan sengaja memutuskan lengannya,dan membiarkan bagian yang terlepas itu tetap mengikatku lebih erat lagi.
Aku merasakan kecemasan karena mungkin beberapa tulang rusukku patah,
Belum terjadi,tapi sebentar lagi pasti…
Lengan tanpa ada cacat sedikitpun tumbuh menggantikan bagian yang hilang.
Sangat cepatnya, Vampir terkuat dalam sejarah…
“Ini yang terakhir,kakak…” ia mengarahkan tombak mematikan itu kearah jantungku.
Bersiap menghujamkan benda tajam itu kejantungku,
Namun tiba tiba ia terjatuh,memuntahkan darah segar,
Aku sangat paham apa yang terjadi…
“Kekurangan bahan bakar,Tasuku? Aku melukaimu begitu parahnya?” tanyaku.
aku menyadari ia juga mengeluarkan tenaga sangat besar saat bertarung melawanku barusan, terutama untuk proses regenerasi yang teramat singkat itu.
Ini bukan cerita supranatural menggelikan, Segala hal,bisa dijelaskan secara ilmiah.
Dia kekurangan darah,dan tentu saja,dia jadi kesulitan bergerak sekarang.
Maka aku sendiripun segera tersadar.
Membunuh,atau dibunuh…
Suara berdebum keras mengiringi tiap inchi bagian tubuh Tasuku yang mencekalku dengan erat saat itu.
Aku mengaktifkan Flame-maker dalam ledakan skala kecil,
Memang dampak lukanya akan muncul pula padaku,tapi, aku memakai baju anti api ini, kalaupun terluka pasti hanya luka ringan yang tidak seberapa,
Yang penting, benda aneh itu dapat kuenyahkan sekarang.
Aku yang dapat menggerakkan anggota badanku dengan normal pasti lebih unggul sekarang,
“Ayo,akan kupaksa kau menunjukkan dirimu yang sesungguhnya” desakku seraya menyambarkan pedang yang menyala dan membara yang tergenggam erat ditanganku.
Aku menusukkannya tepat mengenai rongga mulut Tasuku.
Ia tidak sempat bergerak lagi,
“Lenyaplah,dan jangan jadi pengecut” perintahku.
Makhluk itu melebur dalam lava menjijikkan yang meleleh karena panas yang mengalir dari Flame-maker yang membungkus lenganku ketat.
Aku berdiri terengah, berpaling, "Tidak" gumamku.
"Dia belum mati."
“Berapa kali lagi aku harus membunuhnya?” aku menatap Stast. “Katakan”
Stast menatapku tanpa berkedip.
“Kau pikir aku bodoh? Boraknitchov,sampai akhir hayatnya telah menghabisi adikku sekiranya tiga kali… seandainya tidak ada sesuatu yang membantu mengendalikan semua kontrol dari jarak jauh...” aku mematikan sebagian api yang mengelilingiku.
“Termasuk sel apapun yang ia tinggalkan dan ia lahirkan dalam tubuh pemimpin kami,tidak akan bisa dilakukannya tanpa ia rencanakan terlebih dahulu,"
Tatapku tajam, "pasti ada yang lainnya,kan?”
“Keluarkan,” ujarku lagi ”Semua bagian tubuhnya yang tersisa…”
Stast tersenyum.
“Pintar…” kesahnya. “Darimana kau tahu ada padaku?”
Aku menutup mataku,membiarkan hatiku yang menuntunku bicara.
“Dia tidak akan menyimpannya dilain tempat.” jawaban yang sangat sederhana,tapi sangat tepat. “Harusnya aku membunuhmu dari dulu” aku mengutuk.
“Apapun dia, bukan salahku,” cakar cakar Stast bermutasi,
Ia mengelus dadanya, bagian dimana seharusnya jantung berada.
Dalam sekali sentakan,ia merobek dadanya sendiri,
Aku mengerutkan alis.
Stast menyeringai sambil mematahkan tulang tulangnya sendiri, hingga rongga penuh darah didadanya terlihat jelas tanpa penghalang.
Vampir tua itu jatuh berlutut, darah yang mengalir dari lukanya sangat banyak.
Aku heran,kenapa ia rela melukai diri sendiri sampai seperti itu?
Tapi rasa penasaranku segera terjawab.
Dalam rongga mengerikan berlumur darah itu, ada dua buah jantung yang berjejal,
Aku tidak perlu mengingatkan sumber pengetahuan dalam otakku bahwa bagian tubuh undead tidak bisa membusuk,
Salah satu dari dua jantung itu pasti milik Stast sendiri,dan yang satunya lagi milik…
Stast melemparkan organ berwarna hitam keperakan itu jauh jauh diatas tebing.
“Yang terakhir…ronde terakhir” Stast jatuh dengan darah yang keluar dari mata, hidung, dan telinganya sekaligus,
“Selamat menikmati”
“Stast…!” si vampir betina menyingkir dari pertempurannya dengan Ryo.
Ryo mengejarnya, tapi si vampir betina segera memanggil dua ekor chimera raksasa,
Salah satu chimera itu menyemburkan asap beracun,
Ryo terpaksa bertahan agak jauh sebentar karena chimera itu menyerangnya,
mereka saling buru,
cih,pengalih perhatian!
Umpatku dalam hati.
Si vampir betina membawa Stast yang sekarat terbang menjauh,
Aku ingin menghentikan mereka,tapi sesuatu yang lebih berbahaya mencegahku.
Di atas tebing, berseberangan dengan tempatku berdiri,
Ia ada disana, Sedang menumbuhkan bagian bagian tubuhnya.
Kali ini bukan wujud menjijikkan dengan daging tanpa tertutup kulit berwarna kemerahan,
Sosok yang lebih kukenali sebagai ‘dia’ seutuhnya.
“Tasuku…” aku memanggil namanya.
Hujan gerimis perlahan-lahan berhenti.
***********************************************
***********************************************