~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Ari.


(Lanjutan)

_________________________________________
_________________________________________


“Bukankah sudah kukatakan, aku tidak mencintaimu lagi? Kau mau aku melakukan apa supaya kau menghilang?” Tasuku berteriak,
ia memegangi kepalanya seperti merasa sesak akan sesuatu.
Ditebing berikutnya,tepat di seberang kami,
Daina masih menangis.

“Aku mencintai Tasuku…kumohon jangan saling bunuh…!” ia mulai menangis,
Jauh didalam hati aku amat ingin mengabulkan segala permintaannya,
Tapi,jika hanya sepihak…jika hanya aku…!

Aku berpaling menatap Tasuku,ia seperti kehilangan konsentrasi atas segalanya.

“Kemarilah” katanya pada Daina “Kemarilah,dan biarkan aku membunuhmu dengan tanganku sendiri,agar kau paham!” bentaknya.
Daina gemetar,ia menyeka air matanya dan berdiri semakin memepet ke pinggiran.

“Baik! Kalau Tasuku mau aku mati!” katanya bersiap menjejakkan kaki, merapat pada tepi jurang.

Aku terkesiap panik.
“Jangan! Anak bodoh! Kau pikir apa yang sedang kau perbuat?!” teriakku.
“Kalau begitu,berhenti berkelahi,maka akan kuhentikan” Daina menatapku dengan tatapan berani,meski tubuhnya bergetar hebat.
Aku menjawab tanpa berpikir lagi,segala kesombonganku runtuh dalam sekejap.

“Akan kuhentikan! tapi tolong jangan berdiri sedekat itu kau bisa jatuh!”

Tasuku balas menatapku tidak puas, Ia menyela, “Pertarungan belum selesai...”

“Bajingan” aku memaki “Kau pikir kau siapa hingga tidak mempedulikannya?!”

“Dia tidak punya arti apa-apa lagi bagiku” putus Tasuku datar. “Terserah kalau ia mau mati melompat,atau mati ditanganku,sama saja” sambungnya dengan wajah seakan tidak peduli.
Aku menggeram penuh rasa kesal.

“Berhenti sekarang, Atau...” teriak Daina lagi,ia semakin menurunkan kakinya.
“Aku akan menghitung sampai tiga,kalau tidak aku akan lompat!”
“Satu…”

“Hei…!” tegurku,aku merasa bahwa hanya aku satu satunya yang waras disini.

“Dua…”
Tasuku tetap tidak bereaksi,apa dia serius telah melupakan Daina?
Jantungku seakan mau melompat keluar dari mulutku menanti angka berikutnya disebutkan,lalu Daina menatap ke bawah kakinya, ia menjadi pucat pasi seketika menyadari di ketinggian berapa sekarang ia berada.
Aku dan Tasuku kehilangan kata kata.

Aahh,harusnya aku tahu Daina tidak mungkin melakukannya.
Aku melirik pada Tasuku,
Diam diam aku melihatnya menarik nafas lega sambil membuang muka.
Mengalihkan pandangan ‘Benar-Kan-Apa-Yang-Kubilang’ yang tertangkap dari sorot matanya.
Ternyata Tasuku jauh lebih mengenal Daina dari pada aku.

“kyaaaaaaaaaaaa!”
Bebatuan tempat Daina rubuh ketika tubuh gadis itu oleng,

Ia jatuh kebawah.

Hatiku tidak tahu berpijak dimana, membayangkan tubuh mungil itu hancur membentur tebing curam dibawah.
Aku bergegas ingin mengejarnya memberikan pertolongan, Namun sekelebat bayangan bergerak lebih cepat dariku,

Tasuku Melompat ke bawah,
Tentu saja aku tidak lupa ia sangat cepat,
Ia menjejak tebing setinggi ratusan meter itu,terus turun kebawah.
Dan meraih gadis itu dalam pelukannya dengan selamat sebelum sempat jatuh kedasar.
Tidak peduli mungkin mereka akan mati bersama.

Ternyata,perasaan tidak dapat dibohongi…
Aku tertegun melihat,
Saat itu aku sadar betapa dalam cintanya pada gadis yang telah menjadi satu-satunya orang yang mampu membuatnya berubah pikiran didunia ini.



******************************************
******************************************
 
Last edited:
Daina.


(Lanjutan)

________________________________
__________________________


Gawat…Lagi lagi Daina ceroboh…Padahal sama sekali tidak ada niat sungguh-sungguh melompat...Maaf Tasuku…
Selamat tinggal…


Tebing yang licin membuatku tergelincir dan jatuh kebawah,
Kututup mataku kuat kuat,menunggu tubuhku hancur terbentur karang dan dasar air terjun yang disebut sebagai salah satu tebing tertinggi dunia ini.
Pasti akan sakit, mungkin juga sakitnya hanya sebentar,
Aku berusaha tidak memikirkannya.

“Hng…?” aku membuka mata perlahan.

Kenapa gerakanku terasa melambat?
Aku terkejut mendapati mata yang menatap sejajar denganku, dan lengan yang memelukku dengan kuat sekali seakan tubuhku akan diremukkannya.
Tapi secara bersamaan ia memandangku dengan sorot khawatir penuh cinta.
Mati sekarangpun aku mau.

“Ta…su…” aku mencoba menyebut nama laki laki yang kucintai, tapi suaraku tertahan.
Tubuhku agak lemas.
Saat kami saling berpandangan,waktu seakan berhenti.
Hanya aku dan dia yang dapat mengartikan apa arti tatapan itu,
Cinta yang panas,
cinta tanpa mengenal penawar kecuali kebersamaan yang dapat menggantikan waktu yang hilang selama ini.
Ia meluncur kebawah,lebih lambat sekarang,tapi kami tetap jatuh…!
Aku merasa tidak apa apa mati bersamanya,
Jiwaku sudah sejak lama adalah tawanannya…
Dan aku tidak punya kegairahan apapun lagi jika harus hidup tanpanya didunia ini.

Kulingkarkan tanganku balas memeluknya, Aku kembali menutup mata,
Menghayati setiap getaran hangat yang mengalir dibawah lapisan kulitnya yang dingin.



************************************
************************************
 
Author Note's :

wuaaaaaaaaa!!!! wuaaaaaaaaaaaaa!!!! wuaaaaaaaaa!!!

berpelukaaaaaaaaaannnn,,,,,,,,,,,,,,,,
(saya ini mengganggu, ya, padahal lagi asyik asyiknya, )
belum, ini belum seberapa, yang lebih hot nanti,
bab 15 keatas,

*dilempar pot bonsai*

^______________^



(btw, kasian kak ariiiiiiiiiiiii,,,,, )
(sini, sama saya saja, kak, *ditendang fans kak ari*)


[ame="http://www.youtube.com/watch?v=t0Ef5O2S46k"]http://www.youtube.com/watch?v=t0Ef5O2S46k[/ame]

ini dia, lagu versailles~~~~~~~
judulnya THE UMBRELLA OF GLASS,
saya berpikir ini lagu bagus, yaaa, kalian dengerin juga,
saya rekomendasikan,lho ^^
semoga suka, *maksa* ^^


heeeiii~
repiw nya mana, niiiiyyy,,,,,
repiw dunkz,,, (alay, yahhh)
 
Last edited:
Tasuku.



(Lanjutan)


____________________________________
______________________________



Aku hanya ingin dia selamat…tidak perduli apa yang terjadi pada dunia ini,aku ingin dia tetap seperti ini, apa adanya,
Dan tidak ada satu hal pun yang dapat merusak keindahannya.
Pikiran semacam itu dan Rasa hangat yang sudah lama kulupakan menjalar pelan tapi pasti kedalam hatiku, menambal lubang didadaku.
Menghentikan rasa sakitnya dalam sekejap.

Ia menyusupkan kepalanya didadaku saat kami bergerak jatuh.
Tidak ada yang berubah,
Tidak ada yang berbeda.
Ia tetap ia yang dulu,dan kami tetap kami.

“Kh…!” aku harus melakukan sesuatu sekarang,jika tidak kami bisa mati!
Aku mengirim gelombang telepati yang memanggil kelelawar raksasa yang terbang disekeliling kami,
Hanya seekor,yang pada awalnya kurencanakan menjemputku segera setelah aku mengalahkan kakak, atau membawa berita apapun yang sekiranya terjadi padaku setelah pertempuran ini.

Kami di sambut punggung berbulu halus itu, Daina tetap terhenyak dalam pelukanku.
Apa yang sedang terjadi…?!
Aku hanya…
Bahkan aku sendiripun tidak mengerti apa yang kulakukan.
Kupeluk ia semakin erat didadaku,tubuhnya yang dingin sama sekali tidak bisa jadi hangat jika hanya begini,
aku meraba denyut nadinya yang terasa makin melemah,
Kupeluk lagi tubuhnya, perlahan aku menjadi panik menyadari nafasnya hampir tidak ada, Aku takut,
Aku takut dia mati,
Aku tidak mau dia menghilang, tidak...tidak...tidak...

Pandanganku beradu dengan kakakku dibawah sana,
Ia yang menatapku sama tidak mengertinya,
Padahal aku yang berkata ingin membunuhnya, padahal aku bisa menyakiti semua orang dengan mudahnya...
Bahkan kakakku sendiri...

Tapi mengapa?
mengapa aku tidak bisa menyakitinya?
Mengapa tidak semudah yang kukira? Tidak semudah mengucapkan kata 'benci' dari bibir ini?!

“Pergi,kembali ke kastil” perintahku pada chimera ku.
Hewan itu menurut dan terbang menjauh.
Sementara Daina berguling pelan di sisiku,nyaman,wajahnya Damai dan bahagia, Aku membawanya bersamaku,
Aku tidak sekalipun melepaskannya dari dekapanku, dan tidak berpikir untuk membiarkannya pergi.
Apalagi meninggalkannya seorang diri lagi.

Aku tahu jawabannya, Aku tahu,

Ternyata aku masih mencintainya,
hanya itu yang kutahu sekarang.


*******************************************
*******************************************
 
Ryo.

________________________
_________________________________



Ari datang dengan ekspresi kuyu kepadaku,
Aku tidak ingin mendesaknya,melihat ia seperti orang linglung.

“Misi gagal…” hanya itu yang ia sampaikan padaku,
Aku tahu,padahal ia mungkin bisa mengacuhkan segalanya,tapi ia membiarkan adiknya pergi begitu saja,ia tidak bisa menghentikannya.

“Mikia…” lirihnya,menatap jasad ketua kami, aku ikut terdiam bersamanya.

“Kegagalan milik bersama,” ujarku “Maka kita semua menanggung rasa sakitnya bersama sama”
Ari menatapku dan tersenyum hambar.

“Sudah berakhir, aku kalah kali ini” ia memberitahu.

“Kau…kita belum kalah,pemenangnya belum ketahuan” aku berargumen.
Ari berdiri memandangi langit.

“Bukan begitu,aku kalah dalam hal lain” “aku kalah dalam perasaan,” “Bahwa apapun yang kami lakukan untuk memutuskan ikatan tanpa rasa penyesalan seperti yang ia maksud,aku dan dia,tidak mungkin bisa menang…dari gadis itu…”
Ia mendesah kecewa.

“Lain kali,aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi” aku sependapat,menepuk bahunya dengan sikap bersahabat.

“Apapun yang terjadi didepan sana,kita akan menghadapinya bersama,ok?”
Ia mengangguk menurut.

Sialan,kenapa ia menjadi sentimentil sekarang? Seperti bukan dia saja.
Aku pun punya hal hal dan orang yang ingin kulindungi,
Jadi aku mengerti perasaannya.
Beban yang ada dalam pertempuran kali ini memang sangat berat.

“Kita pulang,Ryo” katanya padaku.
Laki laki itu,aku hanya dapat melihat punggungnya yang tegap dari belakang.
Ah,ia kehilangan lagi, Aku berucap dalam hati.

******************
******************
***************************
***************************
 
bab 14

After Ceremony.

_____________________________________
_____________________

Tasuku.

______________________________________
_______________________________


Centralia.
Pukul 18:57,

______________________________________
_______________________________


Hujan terus turun sementara aku menbawa gadis dalam pelukanku turun dari punggung kelelawar raksasa yang menjadi tungganganku,
Ia dingin dan basah dalam guyuran air hujan, aku yang memiliki suhu tubuh teramat rendah sekarang tidak akan mampu menghangatkannya.
Aku merapatkan pelukanku,menahannya dalam gendonganku.

Sejenak aku ragu, haruskah?!

Aku menatap kastil raksasa didepanku,aku sengaja berputar putar diatasnya beberapa lama,
ragu untuk masuk.
Kembali kesana dan membawanya bersamaku? Aku pasti sudah gila sekarang.
Padahal hanya ia satu satunya yang ingin kujauhkan dari tempat ini.

Tapi melihatnya yang tergolek lemah tanpa tenaga,rasa cemasku semakin menjadi- jadi.

Aku tidak tahu tempat yang lebih aman selain disini.
Aku berpikir harus memastikan ia sehat dulu,setidaknya,sebelum meninggalkannya agar dia bisa kembali ke tempat kakak secepatnya.
Ia menghalangi pikiranku dengan sempurna.

Aku berjalan mantap,melangkahkan kakiku.
Daina benar benar gemetar,udara yang lembab membuatku ingin cepat cepat membawanya masuk,dan meletakkan ditempat hangat agar ia tidak lagi kedinginan.

Aku menyangsikan seperti apa ‘tempat hangat’ yang ingin kucari,
Sarang undead!
Aku benar benar sinting…

Aku mengacuhkan detak jantungnya yang lembut,dan suara darahnya yang terpompa dengan perlahan itu.
Merasa lucu karena aku begitu mendambanya.
Dalam artian lain,

Tergantung sampai dimana aku bisa bertahan.


**********************
**********************
 
Ari.

_____________________________
___________________


Ia menangisi peti mati berukir didepannya,membuat gaun hitam yang ia pakai diacara berkabung ini kusut.
Aku menundukkan kepalaku dalam dalam, tidak berani menatap adegan dimana pertama kalinya Mikia terlihat begitu rapuh.
Semua orang yang berada disekitarku pun demikian.
Kami semua dalam kedukaan yang hebat.

“Bukankah kakek sudah berjanji akan selamat?! Kenapa?! Kenapa?! Bukankah kakek sudah berjanji,tak’kan kalah…” ia berbisik.
Ryo menahan kedua tangannya yang menggapai gapai ketika perlahan peti itu diturunkan kedalam liang lahat.

“Jangan ambil kakekku…!” teriaknya histeris “Mau dibawa kemana kakek?! Kakeeek!” ia terus meneriakkan nama satu satunya keluarga yang ia miliki didunia ini,
Ryo menahan dirinya sendiri yang sama bergetarnya dengan aku dan Mikia sekarang,
Dengan agak memaksa,ia membenamkan wajah Mikia di dadanya.
Mikia masih mencoba berontak dan Ryo dengan sigap menghalangi.
Hingga tanah basah itu selesai membenamkan peti berisi jasad laki laki terhormat yang menjadi panutan kami semua selama ini.
Barulah Ryo melepaskan Mikia yang bergerak terjelepak menyerbu gundukan yang masih baru tersebut.
Menangis dan meraung,tersedu sedan dan terluka.

Syeikh Ibrahim Al Ashaadiq tampak berdoa,pelupuk matanya basah.
Sementara Caesar diam seribu bahasa.
Monroe menundukkan kepala penuh rasa hormat.
Semua prajurit Paladin berbaris rapi.
Memberikan penghormatan untuk terakhir kalinya,serta mengatarkan jenazah ditempat peristirahatannya yang terakhir..
Mikia memeluk gundukan tanah itu,menatapku dengan mata yang basah.
Ia memejamkan matanya kuat kuat dan masih duduk bersimpuh tanpa daya.
Aku mendekati monument batu marmer yang terletak didepan kepala nisan Boraknitchov.

Selesai sudah.
Selesai…
Hari ketika aku kehilangan Boraknitchov,sama dengan hari ketika aku kehilangan ayahku sendiri.
Kesedihan dan penderitaan yang sama.
Tasuku yang melakukan ini…? Tasuku…

Betapa dinginnya dia…andai bisa kudustakan,akan kudustakan semua ini.
Aku tak’kan mengakui jika ia yang mencabut nyawa orang lain dengan mudahnya…
Andai aku bisa…membohongi diriku sendiri.
Lututku goyah dan aku jatuh berlutut didepan monument itu.
Untuk sesaat tidak merasakan apa apa,kecuali air hujan yang menerpaku.




************************
************************

“Apa alasanmu untuk bertempur?”
Terngiang kembali ucapan mendiang Alexander Boraknitchov ditelingaku,

“Gabriel,” Syeikh Ibrahim memanggilku sesaat setelah upacara pemakaman,
Aku yang saat itu masih duduk didepan makam Boraknitchov.
Hujan telah berhenti, tidak kuhiraukan pakaianku yang basah dan tetesan air yang menetes dari rambutku.

“Aku tahu berat untuk mendengarnya, tapi, percayalah, hanya ini kesempatan terbaik untuk mengatakannya padamu,” ujar Syeikh,
Aku menengadah untuk melihat kepadanya, hanya itu tenaga terakhirku.

“Boraknitchov sudah tidak ada, dan Paladin tanpa seorang pemimpin bagaikan bahtera tanpa nakhoda, kau sudah tahu itu,” ia meneruskan kata katanya “Alexander Boraknitchov, sebelum kematiannya, mewasiatkan padaku agar menyerahkan posisi pemimpin Paladin padamu,” ia menyerahkan sepucuk surat ketanganku.

Aku meraih surat itu dalam genggamanku, menatapnya linglung.
Lalu dengan sekuat tenaga merobeknya.
Hatiku hampa, sehampa raut wajahku sekarang,

“Aku akan keluar dari Paladin…” hanya itu kata yang keluar dari mulutku.
Syeikh Ibrahim yang berdiri dihadapanku hanya melihatku dengan tatapan tanpa ekspresi.
Aku berjalan menjauh, meninggalkan Syeikh dibelakangku,

“Kau akan mengerti bila saatnya tiba,” ia berkata, “Jika yang kau cari alasan untuk bertempur, alasan itu akan selalu datang untukmu…”

Aku tidak menghiraukannya, terus berjalan,
Ingin secepat mungkin meninggalkan tempat yang membuatku merasa bagai ada didalam kotak pandora itu.
Itu salah, itu percuma, aku tidak memiliki kepentingan apa apa lagi disini,

Seperti layaknya manusia, sejak awal, Paladin bagiku adalah batu loncatan yang kupercaya dapat membantuku melindungi mereka yang berarti bagiku,

Tapi, orang orang yang kucintai, yang seharusnya kulindungi,
Sekarang sudah tidak ada.
Aku gagal melindungi apa yang berarti bagiku, walau aku mencoba untuk bangkit, segala hal bukannya membaik malah bertambah suram.

Aku tidak punya apa apa lagi untuk kuperjuangkan, mimpi, ataupun cita cita,
Aku mengerti sekarang, aku sama seperti Tasuku,

Jika kau tidak punya apa apa lagi untuk diperjuangkan, maka impian dan harapan seperti apapun,
Tidak ada artinya lagi dimatamu.


***********************************
***********************************
 
Author's note :


Gomenasai, minna san,,,,,,,, :nods:
saia keasyikan main game,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, *menyesali diri

Nah,
Review?? ^________________^
 
Author's note :


Gomenasai, minna san,,,,,,,, :nods:
saia keasyikan main game,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, *menyesali diri

Nah,
Review?? ^________________^

Daaiiii,.. jangan main game teroooooooooooooooos
ayo terusin ceritanyaaaa

aku kasih tripple repp buatmu, ayo terusin yaa,.. ;)
 
daina.....setahun sudah kutunggu ceritamu ini....
(lakasi pang dituntung akan kisah ikam ni!!!!!! kadanya munyak pang kelawasan nungguinya....penasarannya tu nah....behayal jadinya,nang kaya apalah endingnya............)
maaf kalau yang lain ngga ngerti hehehehehe....:p
 
Maap maaaaappp,,,, T^T
Ini apdet deh, Apdeeeetttttttt!!!!! Apdet besar besaran hoooyyy!!! *Jduagh
Haaa,,,, Haaaa,,,


*Sujud2 minta ampun

Aku benar benar hanyut(?) belakangan ini, Ah, Dan begitu teasernya beredar di facebook, Viewnya naik banyak, nyaris 50 view T^T
Terima kasih ya semuanya yang sudah mendukungku,
Dari dasar hati kuucapkan terima kasih,

Inilah dia, Lanjutan ceritanya, Check this out guys,
Terima kasih sudah menungguku selama ini, ^^/
 
Back
Top