YUmee_miru
Well-known member
Ari.
(Lanjutan)
_________________________________________
_________________________________________
“Bukankah sudah kukatakan, aku tidak mencintaimu lagi? Kau mau aku melakukan apa supaya kau menghilang?” Tasuku berteriak,
ia memegangi kepalanya seperti merasa sesak akan sesuatu.
Ditebing berikutnya,tepat di seberang kami,
Daina masih menangis.
“Aku mencintai Tasuku…kumohon jangan saling bunuh…!” ia mulai menangis,
Jauh didalam hati aku amat ingin mengabulkan segala permintaannya,
Tapi,jika hanya sepihak…jika hanya aku…!
Aku berpaling menatap Tasuku,ia seperti kehilangan konsentrasi atas segalanya.
“Kemarilah” katanya pada Daina “Kemarilah,dan biarkan aku membunuhmu dengan tanganku sendiri,agar kau paham!” bentaknya.
Daina gemetar,ia menyeka air matanya dan berdiri semakin memepet ke pinggiran.
“Baik! Kalau Tasuku mau aku mati!” katanya bersiap menjejakkan kaki, merapat pada tepi jurang.
Aku terkesiap panik.
“Jangan! Anak bodoh! Kau pikir apa yang sedang kau perbuat?!” teriakku.
“Kalau begitu,berhenti berkelahi,maka akan kuhentikan” Daina menatapku dengan tatapan berani,meski tubuhnya bergetar hebat.
Aku menjawab tanpa berpikir lagi,segala kesombonganku runtuh dalam sekejap.
“Akan kuhentikan! tapi tolong jangan berdiri sedekat itu kau bisa jatuh!”
Tasuku balas menatapku tidak puas, Ia menyela, “Pertarungan belum selesai...”
“Bajingan” aku memaki “Kau pikir kau siapa hingga tidak mempedulikannya?!”
“Dia tidak punya arti apa-apa lagi bagiku” putus Tasuku datar. “Terserah kalau ia mau mati melompat,atau mati ditanganku,sama saja” sambungnya dengan wajah seakan tidak peduli.
Aku menggeram penuh rasa kesal.
“Berhenti sekarang, Atau...” teriak Daina lagi,ia semakin menurunkan kakinya.
“Aku akan menghitung sampai tiga,kalau tidak aku akan lompat!”
“Satu…”
“Hei…!” tegurku,aku merasa bahwa hanya aku satu satunya yang waras disini.
“Dua…”
Tasuku tetap tidak bereaksi,apa dia serius telah melupakan Daina?
Jantungku seakan mau melompat keluar dari mulutku menanti angka berikutnya disebutkan,lalu Daina menatap ke bawah kakinya, ia menjadi pucat pasi seketika menyadari di ketinggian berapa sekarang ia berada.
Aku dan Tasuku kehilangan kata kata.
Aahh,harusnya aku tahu Daina tidak mungkin melakukannya.
Aku melirik pada Tasuku,
Diam diam aku melihatnya menarik nafas lega sambil membuang muka.
Mengalihkan pandangan ‘Benar-Kan-Apa-Yang-Kubilang’ yang tertangkap dari sorot matanya.
Ternyata Tasuku jauh lebih mengenal Daina dari pada aku.
“kyaaaaaaaaaaaa!”
Bebatuan tempat Daina rubuh ketika tubuh gadis itu oleng,
Ia jatuh kebawah.
Hatiku tidak tahu berpijak dimana, membayangkan tubuh mungil itu hancur membentur tebing curam dibawah.
Aku bergegas ingin mengejarnya memberikan pertolongan, Namun sekelebat bayangan bergerak lebih cepat dariku,
Tasuku Melompat ke bawah,
Tentu saja aku tidak lupa ia sangat cepat,
Ia menjejak tebing setinggi ratusan meter itu,terus turun kebawah.
Dan meraih gadis itu dalam pelukannya dengan selamat sebelum sempat jatuh kedasar.
Tidak peduli mungkin mereka akan mati bersama.
Ternyata,perasaan tidak dapat dibohongi…
Aku tertegun melihat,
Saat itu aku sadar betapa dalam cintanya pada gadis yang telah menjadi satu-satunya orang yang mampu membuatnya berubah pikiran didunia ini.
******************************************
******************************************
(Lanjutan)
_________________________________________
_________________________________________
“Bukankah sudah kukatakan, aku tidak mencintaimu lagi? Kau mau aku melakukan apa supaya kau menghilang?” Tasuku berteriak,
ia memegangi kepalanya seperti merasa sesak akan sesuatu.
Ditebing berikutnya,tepat di seberang kami,
Daina masih menangis.
“Aku mencintai Tasuku…kumohon jangan saling bunuh…!” ia mulai menangis,
Jauh didalam hati aku amat ingin mengabulkan segala permintaannya,
Tapi,jika hanya sepihak…jika hanya aku…!
Aku berpaling menatap Tasuku,ia seperti kehilangan konsentrasi atas segalanya.
“Kemarilah” katanya pada Daina “Kemarilah,dan biarkan aku membunuhmu dengan tanganku sendiri,agar kau paham!” bentaknya.
Daina gemetar,ia menyeka air matanya dan berdiri semakin memepet ke pinggiran.
“Baik! Kalau Tasuku mau aku mati!” katanya bersiap menjejakkan kaki, merapat pada tepi jurang.
Aku terkesiap panik.
“Jangan! Anak bodoh! Kau pikir apa yang sedang kau perbuat?!” teriakku.
“Kalau begitu,berhenti berkelahi,maka akan kuhentikan” Daina menatapku dengan tatapan berani,meski tubuhnya bergetar hebat.
Aku menjawab tanpa berpikir lagi,segala kesombonganku runtuh dalam sekejap.
“Akan kuhentikan! tapi tolong jangan berdiri sedekat itu kau bisa jatuh!”
Tasuku balas menatapku tidak puas, Ia menyela, “Pertarungan belum selesai...”
“Bajingan” aku memaki “Kau pikir kau siapa hingga tidak mempedulikannya?!”
“Dia tidak punya arti apa-apa lagi bagiku” putus Tasuku datar. “Terserah kalau ia mau mati melompat,atau mati ditanganku,sama saja” sambungnya dengan wajah seakan tidak peduli.
Aku menggeram penuh rasa kesal.
“Berhenti sekarang, Atau...” teriak Daina lagi,ia semakin menurunkan kakinya.
“Aku akan menghitung sampai tiga,kalau tidak aku akan lompat!”
“Satu…”
“Hei…!” tegurku,aku merasa bahwa hanya aku satu satunya yang waras disini.
“Dua…”
Tasuku tetap tidak bereaksi,apa dia serius telah melupakan Daina?
Jantungku seakan mau melompat keluar dari mulutku menanti angka berikutnya disebutkan,lalu Daina menatap ke bawah kakinya, ia menjadi pucat pasi seketika menyadari di ketinggian berapa sekarang ia berada.
Aku dan Tasuku kehilangan kata kata.
Aahh,harusnya aku tahu Daina tidak mungkin melakukannya.
Aku melirik pada Tasuku,
Diam diam aku melihatnya menarik nafas lega sambil membuang muka.
Mengalihkan pandangan ‘Benar-Kan-Apa-Yang-Kubilang’ yang tertangkap dari sorot matanya.
Ternyata Tasuku jauh lebih mengenal Daina dari pada aku.
“kyaaaaaaaaaaaa!”
Bebatuan tempat Daina rubuh ketika tubuh gadis itu oleng,
Ia jatuh kebawah.
Hatiku tidak tahu berpijak dimana, membayangkan tubuh mungil itu hancur membentur tebing curam dibawah.
Aku bergegas ingin mengejarnya memberikan pertolongan, Namun sekelebat bayangan bergerak lebih cepat dariku,
Tasuku Melompat ke bawah,
Tentu saja aku tidak lupa ia sangat cepat,
Ia menjejak tebing setinggi ratusan meter itu,terus turun kebawah.
Dan meraih gadis itu dalam pelukannya dengan selamat sebelum sempat jatuh kedasar.
Tidak peduli mungkin mereka akan mati bersama.
Ternyata,perasaan tidak dapat dibohongi…
Aku tertegun melihat,
Saat itu aku sadar betapa dalam cintanya pada gadis yang telah menjadi satu-satunya orang yang mampu membuatnya berubah pikiran didunia ini.
******************************************
******************************************
Last edited: