YUmee_miru
Well-known member
Daina.
__________________________
_____________________
Terbangun karena mendengar suara ombak.
Aku terjaga dan membuka mata ini, terkejut mendapati diriku sedang terbaring diatas ranjang dengan kelambu merah tua yang terbuat dari beludru.
Dan permukaan kasur yang dipenuhi taburan kelopak mawar putih sebagai aromaterapi yang mampu membuatku memejamkan mata dan rileks meski hanya beberapa menit,
Hingga aku tertarik oleh nyala yang bergerak gerak liar di perapian,
Menampilkan pemandangan kepingan kayu bakar dilahap oleh kobaran api perlahan lahan,
Aku segera melompat dari tempat tidur,merasa ada yang tidak beres.
Ruangan ini asing,dan aku tidak pernah kesini sebelumnya…
Kamar asing yang juga remang remang,
Walau begitu sinar yang berasal dari perapian cukup menerangi ruangan.
Menimbulkan perasaan aneh serta suasana magis tersendiri.
Aku mengayunkan tubuhku,dan segera rasa kebingungan lain menyergapku,tatkala kusadari bahwa pakaian yang kukenakan sama sekali berbeda dengan yang semula kupakai ketika pergi dari markas Paladin,
Aku sekarang mengenakan gaun tidur lengan setali model kuno warna ungu muda yang dihiasi ornamen mawar berwarna senada pada bagian bahu nya yang terbuat dari kain tipis, panjang mencapai mata kaki hingga kurasakan kakiku bergesek lembut ketika gaun tidur sutera itu ikut bergerak bersamaku.
Kuperiksa bayanganku melalui cermin meja rias besar dengan ukiran elang.
Ditengah kebingungan,aku nyaris menyentuh bayanganku dikaca.
Rambutku yang panjang bergelombang sekarang dikepang rapi agak menyamping dan tersampir di bahu kiri,
Aku memandangi wajahku, telah di bedaki dengan begitu teliti dan pipiku diberi perona merah muda,demikian pula dengan bibirku yang dipulas memakai pewarna bibir berwarna jingga muda.
Seakan ada orang sinting tidak waras yang dengan fanatiknya mendandaniku sedemikian rupa seperti boneka saat aku tertidur.
Aku menyentuh rambutku yang terkepang, pekerjaan yang sangat halus,sampai bisa melakukan ini tanpa membangunkanku sedikitpun,
Pastilah seseorang yang sangat lembut...
Tanpa sadar aku meraih rambutku sendiri yang terjuntai didepan dada.
Kucium kepangan yang diikat dengan penghias rambut yang terbuat dari sekuntum mawar hidup.
Apa apaan ini?!
Bahkan tubuhku sendiripun beraroma mawar…
Alih-alih merasa senang,aku malah merasakan bulu kudukku meremang.
Semua keindahan ini seperti mengawasiku, aku seperti makhluk asing yang ditolak kehadirannya.
Aku ingin keluar dari sini,aku merasa tidak nyaman dengan semua ini…
Maka,berikutnya aku pun mencoba membuka balkon,
Susah payah aku menyingkap tirai jendela besar yang bisa kujadikan selimut kalau mau,
Jangan jangan aku akan dijadikan umpan Undead?!
Yah,keluar dulu dari sini,baru setelah itu, pikirkan cara bertemu Tasuku.
Mencoba keluar dari balkon, cara lama,
Oh andai saja aku memanjangkan rambutku sepanjang panjangnya,
Mungkin saja aku bisa... Tunggu, ceritanya tidak begitu, Daina, kau salah buku,
Harusnya pangeran tampanlah yang naik keatas dengan memanjat rambutmu, itu kalau seandainya kau punya,
Mau apa sendirian begini? Mau mengikat rambutmu dibalkon lalu melompat kebawah seperti bungee jumping?
Aku menggeleng bodoh.
Tidak masalah dengan berapa tingginya,aku bisa mengikat seprai,tirai,kain,atau apa saja bahan tekstil yang masing masing berukuran luar biasa besar disini.
Lalu menjulurkannya kebawah dan merosot melaluinya,
Setidaknya kalau aku melakukannya dengan gaun begini,lebih mirip adegan opera sedikit…
Betapa kecewanya aku saat berada di balkon dan melihat pemandangan didepanku.
Jurang, tebing, air, dan tempat ini sepertinya sebuah puri yang menjorok ke laut!
“Oh…oh…” desahku kecewa.
Aku menahan nafas,memandangi tebing itu dimana ombak menempur bagian bawahnya,
Kalau jatuh,pasti mati.
Kalau mati, tidak akan bisa ketemu Tasuku.
Rencana gagal, baiklah,harus cari cara lain.
Mataku melirik pintu keluar,
Dengan cepat aku berlari kearah pintu yang terbuat dari kayu dengan ukiran sama dengan lemari dan meja rias,juga ranjang yang barusan kutiduri.
Kucoba membukanya,ukh,berat sekali pintu ini…
Berhasil!
Siapapun pemilik tempat ini, sepertinya ia lupa mengunci pintunya,
Atau mungkin saja Tasuku?
Aku ingat saat saat terakhir diselamatkan olehnya,
Kalau Tasuku, harusnya tak ada kekhawatiran lain kan?
Ia pasti ada disalah satu sudut ruangan dirumah ini, takkan ada yang berani menyakitiku...
Dengan gembira aku melangkah keluar,
Kuangkat gaun tidurku sebatas lutut agar tidak menggangguku,
Aku memang lambat, tapi itu tidak menghalangiku berusaha lebih cepat,
Didepanku adalah koridor panjang,semuanya berwarna cokelat gelap dengan hanya penerangan obor yang redup.
Aku sangat mengagumi arsitekturnya, berjalan jalan seperti sedang mengunjungi museum,
Undead memang tidak perlu memasang listrik supaya mereka tidak salah lihat dalam kegelapan,karena mata mereka seperti kelelawar dan burung hantu yang dirancang untuk mencari mangsa di medan sesulit apapun,
praktis sekali,
Aku agak kebingungan,terlihat olehku beberapa guci antik dimana aku ingin sekali menyentuhnya,
kakiku yang telanjang terasa dingin berpijak dilantai porselen yang mengilat tanpa setitikpun debu,
Heran,mereka Undead,tapi cinta kebersihan?
Susah payah aku menghilangkan pikiran bahwa saat ini aku berada disarang Undead,
bukan museum penuh benda antik penuh estetika bersejarah.
Kamar demi kamar kujelajahi,hanya ada tempat tempat penuh benda benda indah,lalu kamar yang terisi penuh peti berisi batu batu permata,
Mereka seperti burung gagak saja, suka pada benda berkilau.
Aku mendengar lolongan serigala diluar,ketakutanku muncul begitu mendadak sehingga aku berlari,
menyeret gaunku yang seakan tidak mau diajak bekerja sama.
Melewati berbagai ruangan,ruang makan,ruang duduk,aku sudah tidak ingat lagi jalan kembali ke kamarku semula saat aku tersesat di tempat yang seperti tidak ada batasnya ini, luas sekali,
Benar benar,bahkan dalam ruangan tengah dimana dua buah tangga besar meliuk yang kuduga sebagai bagian tengah rumah,atau mungkin ruang dansa-karena aku melihat piano besar disudut dekat tangga-
Mungkin bisa dijadikan lapangan sepak bola saking luasnya.
lalu aku masuk lagi kesebuah pintu yang sepertinya menarik.
Mataku seperti dicuci.
Tempat yang ku ‘kunjungi’ kali ini sebuah perpustakaan raksasa.
Aku menyapukan mataku ke seluruh deret deret rak yang menyusun rapi berbagai macam buku hingga ke langit langit.
Ini mungkin setara dengan perpustakaan nasional terlengkap yang pernah dimiliki sebuah Negara.
Aku merasa tidak ada yang berbahaya disini, maka aku memutar mutar bola mataku kesetiap sudut,
Puncak dari setiap rak juga punya ukiran yang sama dengan yang kutemukan disetiap
Bagian rumah ini.
Yaitu lambang elang yang dipahat sangat halus diatas kayu pernis kualitas terbaik,
Aku juga menemukannya ditangga barusan,
Dan diruangan ini juga…
Mataku terpaku melihat disudut kosong yang seharusnya jadi tempat rak seperti sudut yang lainnya.
Karena hanya bagian itu yang memiliki sentuhan modern…?
Ya,hanya itu,
Aku mendekat,
Melihat pada pintu yang tidak memiliki gagang sama sekali itu.
Sebagai gantinya hanya ada kunci elektrik yang terpasang di bagian samping,
Kunci yang hanya bisa dibuka dengan kode.
Aku menyentuh pintu itu,jemariku mendesir dingin.
Apa disini jalan keluar?!
Aku harus mencari tahu.
Jariku bergetar lembut saat aku menyentuh huruf huruf di depanku secara acak,
Mencoba mencari kata kata yang mungkin pas.
Beberapa kali tebakanku meleset,
Aku masih mencari akal ketika aku sekali lagi bertemu mata dengan ukiran ukiran elang yang terpasang di hampir semua bagian tempat ini.
Kenapa tidak mencobanya?
Ya,akan kucoba.
Masih bergetar saat aku sekali lagi menyentukan jari jariku dan memijit huruf huruf tersebut.
Menekan huruf sembarangan berdasarkan kombinasi apa yang kulihat dan yang kureka reka tanpa ada perasaan apa apa,hanya sekedar iseng.
Tapi pintu mengayun terbuka.
Aku menjadi sangat benci pada diriku sendiri.
Tidak ada tanda tanda ada orang,aku memutuskan untuk masuk dan memeriksa.
Laboratorium…batinku gugup.
Cairan kimia aneh menggelegak mengeluarkan bau yang membuatku mual.
Tapi yang paling membuatku berjengit ketakutan,
Ada banyak peti kecil dalam ruangan aneh tersebut.
Aku sudah sering membantu Tasuku melakukan autopsi maupun pembedahan, aku asistennya dulu, ia membedah mayat mayat untuk menemukan rahasia tergelap tubuh Undead, seharusnya yang seperti ini tidak membuatku jijik ataupun takut,
Tapi...
Ditutupi berlembar lembar kain beludru berwarna ungu gelap.aku mendengar nafas memburu dibalik peti-peti aneh tersebut, sesuatu yang hidup.
Naluriku mengatakan aku harus lari dari tempat ini secepatnya…
Aku sudah menyadari ada yang tidak beres,tapi,aku butuh beberapa menit untuk mengendalikan rasa takutku sendiri,
Aku berjalan mundur.
Satu langkah…dua langkah…
Langkah demi langkah,namun kakiku tidak dapat bergeser lebih jauh daripada beberapa inchi,
Ditengah kegemetaran yang menekan insting makhluk hidupku, aku bertarung dengan rasa takutku sendiri untuk mempertahankan hidup maupun akal sehat.
Jangan teriak, jangan teriak...
Alih-alih bergeser menuju pintu,aku sendiri malah meleset beberapa senti dan punggungku menyentuh dinding batu yang dingin terbuat dari marmer itu,
Sial, ini pasti karena aku tidak dapat mengalihkan pandanganku sedetikpun dari peti peti yang tampak hidup dan mengawasiku itu.
Astaga,aku benar benar merasa ada sesuatu yang hidup didalam sana!
Aku memalingkan tubuh,hendak memacu kakiku dan segera mengambil langkah seribu.
Tapi,
Lenganku membentur sesuatu yang lain.
Tombol lain yang terpasang didinding,aku segera tahu apa fungsinya setelah bunyi berkeretak logam logam yang terlepas seakan memacu jantungku sampai berhenti berdetak.
Tahulah aku,apa kiranya yang ada dibalik peti-peti yang terselubung kain berwarna gelap itu.
Aku melihat jelas apa yang tersembunyi disana,
Saat moncong-moncong berbau nanah yang meneteskan air liur mengintip dari balik celah kain,
Aku bersedia bersumpah bahwa aku melihat sepasang mata semerah darah penuh nafsu membunuh yang mengintai dari sana.
Aku melihat kearah peti yang lainnya lagi…
Betapa buruknya nasibku sekarang karena aku menemukan pula berpasang pasang mata lain dalam sorot yang sama dari peti yang berbeda.
Dan dari balik tirai yang tadinya tertutup, muncul bahan bahan eksperimen paling gila yang pernah kulihat.
Itu manusia, ya, manusia yang tergantung pada tangannya, seperti kambing guling yang dijual ditoko toko daging…
Ada potongan tangan dan kaki berserakan, separuhnya sudah terjahit jahit berantakan, bahkan ada beberapa orang lain yang anggota tubuhnya bukan lagi berupa milik manusia.
Ada yang diganti menjadi tangan binatang, kepala binatang,
Apapun itu, menunjukkan kebiadaban yang sangat.
Nafas mereka mendengus berat tak teratur antara kesakitan dan lapar.
Tapi yang jelas, makhluk mahkluk itu hidup.
Aku ingin berteriak, mual, muntah, mengeluarkan seluruh isi perutku dalam kengerian yang amat sangat.
Namun bunyi bergesek dari benda diujung ruangan dan peti peti kurungan besar itu membuat satu cicitan kecilpun tak bisa keluar dari tenggorokanku.
Bagaimana,ini…? Semakin tegang,aku bahkan tidak berani bernafas.
Kain penutup pun tersingkap,makhluk itu keluar.
Hitam dan besar, beberapa kali lebih besar bahkan dari anjing biasa.
Ada dua buah moncong yang berleleran air liur,dan menggeram kelaparan.
Detik berikutnya,ada dua puluh atau lebih makhluk serupa yang keluar,,
ternyata peti dibelakangnya adalah kandang binatang,
dan anjing-anjing yang semula terkurung disana kini terlepas dan keluar dengan bebas!
Mereka menyalak keras,membuatku meringsek ketakutan disudut,
Salah satu anjing vampir itu melompat kearah ku dengan ganas,
Aku menutup wajahku dengan tangan,tidak memiliki cara lain untuk menghalangi ketakutanku yang tak terperikan lagi.
Hanya ada kesunyian berikutnya,
Dan bayangan seorang yang kukenal melebihi segala kecintaanku didunia ini yang punggungnya melindungiku dengan sempurna.
+++++
__________________________
_____________________
Terbangun karena mendengar suara ombak.
Aku terjaga dan membuka mata ini, terkejut mendapati diriku sedang terbaring diatas ranjang dengan kelambu merah tua yang terbuat dari beludru.
Dan permukaan kasur yang dipenuhi taburan kelopak mawar putih sebagai aromaterapi yang mampu membuatku memejamkan mata dan rileks meski hanya beberapa menit,
Hingga aku tertarik oleh nyala yang bergerak gerak liar di perapian,
Menampilkan pemandangan kepingan kayu bakar dilahap oleh kobaran api perlahan lahan,
Aku segera melompat dari tempat tidur,merasa ada yang tidak beres.
Ruangan ini asing,dan aku tidak pernah kesini sebelumnya…
Kamar asing yang juga remang remang,
Walau begitu sinar yang berasal dari perapian cukup menerangi ruangan.
Menimbulkan perasaan aneh serta suasana magis tersendiri.
Aku mengayunkan tubuhku,dan segera rasa kebingungan lain menyergapku,tatkala kusadari bahwa pakaian yang kukenakan sama sekali berbeda dengan yang semula kupakai ketika pergi dari markas Paladin,
Aku sekarang mengenakan gaun tidur lengan setali model kuno warna ungu muda yang dihiasi ornamen mawar berwarna senada pada bagian bahu nya yang terbuat dari kain tipis, panjang mencapai mata kaki hingga kurasakan kakiku bergesek lembut ketika gaun tidur sutera itu ikut bergerak bersamaku.
Kuperiksa bayanganku melalui cermin meja rias besar dengan ukiran elang.
Ditengah kebingungan,aku nyaris menyentuh bayanganku dikaca.
Rambutku yang panjang bergelombang sekarang dikepang rapi agak menyamping dan tersampir di bahu kiri,
Aku memandangi wajahku, telah di bedaki dengan begitu teliti dan pipiku diberi perona merah muda,demikian pula dengan bibirku yang dipulas memakai pewarna bibir berwarna jingga muda.
Seakan ada orang sinting tidak waras yang dengan fanatiknya mendandaniku sedemikian rupa seperti boneka saat aku tertidur.
Aku menyentuh rambutku yang terkepang, pekerjaan yang sangat halus,sampai bisa melakukan ini tanpa membangunkanku sedikitpun,
Pastilah seseorang yang sangat lembut...
Tanpa sadar aku meraih rambutku sendiri yang terjuntai didepan dada.
Kucium kepangan yang diikat dengan penghias rambut yang terbuat dari sekuntum mawar hidup.
Apa apaan ini?!
Bahkan tubuhku sendiripun beraroma mawar…
Alih-alih merasa senang,aku malah merasakan bulu kudukku meremang.
Semua keindahan ini seperti mengawasiku, aku seperti makhluk asing yang ditolak kehadirannya.
Aku ingin keluar dari sini,aku merasa tidak nyaman dengan semua ini…
Maka,berikutnya aku pun mencoba membuka balkon,
Susah payah aku menyingkap tirai jendela besar yang bisa kujadikan selimut kalau mau,
Jangan jangan aku akan dijadikan umpan Undead?!
Yah,keluar dulu dari sini,baru setelah itu, pikirkan cara bertemu Tasuku.
Mencoba keluar dari balkon, cara lama,
Oh andai saja aku memanjangkan rambutku sepanjang panjangnya,
Mungkin saja aku bisa... Tunggu, ceritanya tidak begitu, Daina, kau salah buku,
Harusnya pangeran tampanlah yang naik keatas dengan memanjat rambutmu, itu kalau seandainya kau punya,
Mau apa sendirian begini? Mau mengikat rambutmu dibalkon lalu melompat kebawah seperti bungee jumping?
Aku menggeleng bodoh.
Tidak masalah dengan berapa tingginya,aku bisa mengikat seprai,tirai,kain,atau apa saja bahan tekstil yang masing masing berukuran luar biasa besar disini.
Lalu menjulurkannya kebawah dan merosot melaluinya,
Setidaknya kalau aku melakukannya dengan gaun begini,lebih mirip adegan opera sedikit…
Betapa kecewanya aku saat berada di balkon dan melihat pemandangan didepanku.
Jurang, tebing, air, dan tempat ini sepertinya sebuah puri yang menjorok ke laut!
“Oh…oh…” desahku kecewa.
Aku menahan nafas,memandangi tebing itu dimana ombak menempur bagian bawahnya,
Kalau jatuh,pasti mati.
Kalau mati, tidak akan bisa ketemu Tasuku.
Rencana gagal, baiklah,harus cari cara lain.
Mataku melirik pintu keluar,
Dengan cepat aku berlari kearah pintu yang terbuat dari kayu dengan ukiran sama dengan lemari dan meja rias,juga ranjang yang barusan kutiduri.
Kucoba membukanya,ukh,berat sekali pintu ini…
Berhasil!
Siapapun pemilik tempat ini, sepertinya ia lupa mengunci pintunya,
Atau mungkin saja Tasuku?
Aku ingat saat saat terakhir diselamatkan olehnya,
Kalau Tasuku, harusnya tak ada kekhawatiran lain kan?
Ia pasti ada disalah satu sudut ruangan dirumah ini, takkan ada yang berani menyakitiku...
Dengan gembira aku melangkah keluar,
Kuangkat gaun tidurku sebatas lutut agar tidak menggangguku,
Aku memang lambat, tapi itu tidak menghalangiku berusaha lebih cepat,
Didepanku adalah koridor panjang,semuanya berwarna cokelat gelap dengan hanya penerangan obor yang redup.
Aku sangat mengagumi arsitekturnya, berjalan jalan seperti sedang mengunjungi museum,
Undead memang tidak perlu memasang listrik supaya mereka tidak salah lihat dalam kegelapan,karena mata mereka seperti kelelawar dan burung hantu yang dirancang untuk mencari mangsa di medan sesulit apapun,
praktis sekali,
Aku agak kebingungan,terlihat olehku beberapa guci antik dimana aku ingin sekali menyentuhnya,
kakiku yang telanjang terasa dingin berpijak dilantai porselen yang mengilat tanpa setitikpun debu,
Heran,mereka Undead,tapi cinta kebersihan?
Susah payah aku menghilangkan pikiran bahwa saat ini aku berada disarang Undead,
bukan museum penuh benda antik penuh estetika bersejarah.
Kamar demi kamar kujelajahi,hanya ada tempat tempat penuh benda benda indah,lalu kamar yang terisi penuh peti berisi batu batu permata,
Mereka seperti burung gagak saja, suka pada benda berkilau.
Aku mendengar lolongan serigala diluar,ketakutanku muncul begitu mendadak sehingga aku berlari,
menyeret gaunku yang seakan tidak mau diajak bekerja sama.
Melewati berbagai ruangan,ruang makan,ruang duduk,aku sudah tidak ingat lagi jalan kembali ke kamarku semula saat aku tersesat di tempat yang seperti tidak ada batasnya ini, luas sekali,
Benar benar,bahkan dalam ruangan tengah dimana dua buah tangga besar meliuk yang kuduga sebagai bagian tengah rumah,atau mungkin ruang dansa-karena aku melihat piano besar disudut dekat tangga-
Mungkin bisa dijadikan lapangan sepak bola saking luasnya.
lalu aku masuk lagi kesebuah pintu yang sepertinya menarik.
Mataku seperti dicuci.
Tempat yang ku ‘kunjungi’ kali ini sebuah perpustakaan raksasa.
Aku menyapukan mataku ke seluruh deret deret rak yang menyusun rapi berbagai macam buku hingga ke langit langit.
Ini mungkin setara dengan perpustakaan nasional terlengkap yang pernah dimiliki sebuah Negara.
Aku merasa tidak ada yang berbahaya disini, maka aku memutar mutar bola mataku kesetiap sudut,
Puncak dari setiap rak juga punya ukiran yang sama dengan yang kutemukan disetiap
Bagian rumah ini.
Yaitu lambang elang yang dipahat sangat halus diatas kayu pernis kualitas terbaik,
Aku juga menemukannya ditangga barusan,
Dan diruangan ini juga…
Mataku terpaku melihat disudut kosong yang seharusnya jadi tempat rak seperti sudut yang lainnya.
Karena hanya bagian itu yang memiliki sentuhan modern…?
Ya,hanya itu,
Aku mendekat,
Melihat pada pintu yang tidak memiliki gagang sama sekali itu.
Sebagai gantinya hanya ada kunci elektrik yang terpasang di bagian samping,
Kunci yang hanya bisa dibuka dengan kode.
Aku menyentuh pintu itu,jemariku mendesir dingin.
Apa disini jalan keluar?!
Aku harus mencari tahu.
Jariku bergetar lembut saat aku menyentuh huruf huruf di depanku secara acak,
Mencoba mencari kata kata yang mungkin pas.
Beberapa kali tebakanku meleset,
Aku masih mencari akal ketika aku sekali lagi bertemu mata dengan ukiran ukiran elang yang terpasang di hampir semua bagian tempat ini.
Kenapa tidak mencobanya?
Ya,akan kucoba.
Masih bergetar saat aku sekali lagi menyentukan jari jariku dan memijit huruf huruf tersebut.
Menekan huruf sembarangan berdasarkan kombinasi apa yang kulihat dan yang kureka reka tanpa ada perasaan apa apa,hanya sekedar iseng.
Tapi pintu mengayun terbuka.
Aku menjadi sangat benci pada diriku sendiri.
Tidak ada tanda tanda ada orang,aku memutuskan untuk masuk dan memeriksa.
Laboratorium…batinku gugup.
Cairan kimia aneh menggelegak mengeluarkan bau yang membuatku mual.
Tapi yang paling membuatku berjengit ketakutan,
Ada banyak peti kecil dalam ruangan aneh tersebut.
Aku sudah sering membantu Tasuku melakukan autopsi maupun pembedahan, aku asistennya dulu, ia membedah mayat mayat untuk menemukan rahasia tergelap tubuh Undead, seharusnya yang seperti ini tidak membuatku jijik ataupun takut,
Tapi...
Ditutupi berlembar lembar kain beludru berwarna ungu gelap.aku mendengar nafas memburu dibalik peti-peti aneh tersebut, sesuatu yang hidup.
Naluriku mengatakan aku harus lari dari tempat ini secepatnya…
Aku sudah menyadari ada yang tidak beres,tapi,aku butuh beberapa menit untuk mengendalikan rasa takutku sendiri,
Aku berjalan mundur.
Satu langkah…dua langkah…
Langkah demi langkah,namun kakiku tidak dapat bergeser lebih jauh daripada beberapa inchi,
Ditengah kegemetaran yang menekan insting makhluk hidupku, aku bertarung dengan rasa takutku sendiri untuk mempertahankan hidup maupun akal sehat.
Jangan teriak, jangan teriak...
Alih-alih bergeser menuju pintu,aku sendiri malah meleset beberapa senti dan punggungku menyentuh dinding batu yang dingin terbuat dari marmer itu,
Sial, ini pasti karena aku tidak dapat mengalihkan pandanganku sedetikpun dari peti peti yang tampak hidup dan mengawasiku itu.
Astaga,aku benar benar merasa ada sesuatu yang hidup didalam sana!
Aku memalingkan tubuh,hendak memacu kakiku dan segera mengambil langkah seribu.
Tapi,
Lenganku membentur sesuatu yang lain.
Tombol lain yang terpasang didinding,aku segera tahu apa fungsinya setelah bunyi berkeretak logam logam yang terlepas seakan memacu jantungku sampai berhenti berdetak.
Tahulah aku,apa kiranya yang ada dibalik peti-peti yang terselubung kain berwarna gelap itu.
Aku melihat jelas apa yang tersembunyi disana,
Saat moncong-moncong berbau nanah yang meneteskan air liur mengintip dari balik celah kain,
Aku bersedia bersumpah bahwa aku melihat sepasang mata semerah darah penuh nafsu membunuh yang mengintai dari sana.
Aku melihat kearah peti yang lainnya lagi…
Betapa buruknya nasibku sekarang karena aku menemukan pula berpasang pasang mata lain dalam sorot yang sama dari peti yang berbeda.
Dan dari balik tirai yang tadinya tertutup, muncul bahan bahan eksperimen paling gila yang pernah kulihat.
Itu manusia, ya, manusia yang tergantung pada tangannya, seperti kambing guling yang dijual ditoko toko daging…
Ada potongan tangan dan kaki berserakan, separuhnya sudah terjahit jahit berantakan, bahkan ada beberapa orang lain yang anggota tubuhnya bukan lagi berupa milik manusia.
Ada yang diganti menjadi tangan binatang, kepala binatang,
Apapun itu, menunjukkan kebiadaban yang sangat.
Nafas mereka mendengus berat tak teratur antara kesakitan dan lapar.
Tapi yang jelas, makhluk mahkluk itu hidup.
Aku ingin berteriak, mual, muntah, mengeluarkan seluruh isi perutku dalam kengerian yang amat sangat.
Namun bunyi bergesek dari benda diujung ruangan dan peti peti kurungan besar itu membuat satu cicitan kecilpun tak bisa keluar dari tenggorokanku.
Bagaimana,ini…? Semakin tegang,aku bahkan tidak berani bernafas.
Kain penutup pun tersingkap,makhluk itu keluar.
Hitam dan besar, beberapa kali lebih besar bahkan dari anjing biasa.
Ada dua buah moncong yang berleleran air liur,dan menggeram kelaparan.
Detik berikutnya,ada dua puluh atau lebih makhluk serupa yang keluar,,
ternyata peti dibelakangnya adalah kandang binatang,
dan anjing-anjing yang semula terkurung disana kini terlepas dan keluar dengan bebas!
Mereka menyalak keras,membuatku meringsek ketakutan disudut,
Salah satu anjing vampir itu melompat kearah ku dengan ganas,
Aku menutup wajahku dengan tangan,tidak memiliki cara lain untuk menghalangi ketakutanku yang tak terperikan lagi.
Hanya ada kesunyian berikutnya,
Dan bayangan seorang yang kukenal melebihi segala kecintaanku didunia ini yang punggungnya melindungiku dengan sempurna.
+++++