YUmee_miru
Well-known member
Ryo.
Gedung pertemuan Mercury City, Moscow.
___________________________________
_____________________________
Ari berjalan santai sekali, Sama sekali tidak kelihatan bahwa ia sebentar lagi akan mengadakan pertemuan penting dengan para kepala Negara dari seluruh penjuru dunia.
Saat ia memasuki ruang rapat dalam gedung setinggi 338 meter yang menjadi kebanggan Moskow itu,
Dihadapannya, didepan meja oval berdiri setidaknya sekitar 15 orang pemimpin Negara, pejabat penting maupun ketua organisasi besar,
Mereka semua menunggunya dengan gelisah,
Beberapa tampak berbisik bisik resah, begitu melihat Ari duduk dikursinya, keadaan menjadi senyap seketika.
Hanya ada tampang tampang penuh kecemasan bertanya tanya apa sekiranya yang hendak disampaikan oleh Sang pemimpin baru Paladin.
Ari berdehem, menyampaikan pembukaan dengan sempurna,
Sempurna menurutku, aku tidak menaruh minat pada apa yang mereka bicarakan, konsentrasiku buruk sekali soal simak-menyimak… Karena ia lancar lancar saja, baiklah, begitupun sempurna.
Sementara aku –seperti orang bodoh- duduk disampingnya sebagai perwakilan dari Guardian Paladin, Asli, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, karena aku gugup dan biasanya kami hanya bekerja berdua saja,
Apalagi beberapa muka orang orang yang hadir disana bentuknya macam macam, aku ingin tertawa sepanjang waktu.
Tapi yang paling ingin membuatku ketawa sampai mati adalah Tampang Ari.
Sok bisnis, sial, haha
Aku tahu itu bukan wajahnya, ia mengcopy gaya bicara Boracnitchov dengan sangat sempurna.
Dan anehnya malah tidak terkesan mirip.
Ari memiliki aura berbeda, bukannya mengganggu, justru hal tersebut membuatnya unik dan disegani.
Tak heran si Tua itu memilihnya sebagai pengganti.
Ada yang berbeda dari penampilan sahabatku belakangan ini,
Ia tidak lagi mengenakan coat panjang khas prajurit Paladin.
Sebagai gantinya, kini ia mengenakan seragam militer megah yang sama seperti yang dikenakan Alexander Boracnitchov semasa hidup, disertai Cloak hitam berornamen khas kemiliteran pada bahu yang menutup bagian belakang tubuhnya, sehingga sangat tampak bahwa ia adalah seorang Jendral sekarang,
Bahkan rambut juga poninya yang biasanya agak panjang berantakan kini ia sisir kebelakang,
Sial, sial sial, aku ingin tertawa…
Belum lagi muka nge-boss itu, Bahahahah,
Bisa aku ketoilet sebentar? Aku ingin sekali tertawa!
Ya ya, Aku bangga padanya.
Melihatnya seperti ini, mau nangis rasanya, Kami sudah bersahabat lama sekali, dan melihat ia sudah mencapai tingkat seperti sekarang, yah…
Aku paham perasaanmu, Ibu…
Aku mengulum senyum berusaha agar tidak terbahak ditengah suasana serius begini.
“Jadi, apa kalian setuju?” Ari berdiri seraya mencondongkan tubuh kedepan, kedua tangannya bertumpu diatas meja, meminta kepastian.
Terdengar bisik bisik super berisik dari seluruh ruangan, bergema hingga kelangit langit.
Telingaku geli, sambil garuk garuk kuping aku melanjutkan tontonanku.
Salah seorang lelaki yang usianya kutaksir mendekati akhir 50-an berkepala botak mengangkat tangannya, “Maaf, Gabriel,”
“Silakan, Mr. Sanchez,” Jawab Ari tenang.
“Ku-kupikir… apa rencanamu itu tidak terlalu…”
“Merepotkan?” Selidik Ari tersenyum, “Aku tidak memaksa, kubilang, bagi yang ingin ikut saja, Semua yang menginginkan keselamatan, saat ini itulah prioritas terbesar kita.”
“Tapi… kau tahu.. Keadaan Negara kami sekarang…”
“Anak anak kita akan banyak mengalami masalah kelaparan,”
“Jika kita hanya fokus untuk membangun sesuatu sebesar itu, bagaimana urusan negara yang lain? Dan lagi, bagaimana mungkin bisa selesai hanya dalam waktu beberapa bulan?”
“Aku tidak bilang kita akan melakukannya dengan tangan kosong,” Ari melipat kedua tangannya didada, “Aku sudah bicara pada Sekjen PBB, semua Negara akan bekerja sama, tidak hanya satu atau dua, ini proyek yang dikerjakan secara massal,” Ia mengetukkan buku buku jarinya didepan meja, “Juga pertaruhan, kita akan menyuntikkan seluruh kekayaan kita dalam rencana ini,”
Kembali suasana ricuh.
“Tenang semuanya, tenang,” Ari mengangkat tangannya. “Semuanya tahu kita harus berkorban, kita tidak akan mendapat sesuatu tanpa merelakan sesuatu,”
“Aku menawarkan makanan, perlindungan, juga jaminan keselamatan bagi kalian mau mengikuti rencana ini, Jadi kutanya sekali lagi, siapa yang mau ikut?”
Hening, mata mata tanpa rasa percaya itu…
“Kita tidak berperang sendiri, kita berperang bersama bukan? Tidak hanya Negara kalian yang sedang terdesak dalam keadaan darurat seperti sekarang ini.”
Lalu seseorang yang duduk paling pojok dan kukenali sebagai presiden AS, Gerald Logan, pertama kali berdiri,
Menyesal sekali karena sejak Washington DC yang terkenal memiliki sistim keaman terkuat setelah Moskow berhasil ditembus dalam Invansi beberapa waktu lalu, ia harus memindahkan lokasi pusat pemerintahannya.
Dengan penuh itikad baik ia menjabat tangan sahabatku, pertanda menerima tawaran kami,
“Terima kasih banyak,”
“Kami mempercayaimu, apapun yang terjadi,” Orang nomor satu di AS itu tersenyum ramah,
Ari mengalihkan pandangan kearah kursi kursi yang lain, semula wajah mereka semua kelihatan cemas dan ragu ragu, "Tidak ada yang dipaksakan, tapi bantuan maksimal diberikan kepada negara yang bersedia melakukan aliansi,
Diluar itu, Kami tidak bertanggung jawab menjamin apapun,"
Semula muncul ekspresi keragu raguan, kemudian sunyi,
Lalu satu persatu bangkit dari kursinya, berdiri dan menyatakan dukungan mereka.
Tidak bisa kujelaskan betapa bangganya wajah sahabatku saat ini, lega, bahagia, tenang.
Pun demikian, masih dipenuhi oleh kharisma-nya.
Aku harus meminta penjelasan nanti.
-
-
-
-
-
“Tidak usah mengawalku,” Ari berpesan pada prajurit dibelakang kami, mereka memepet seperti bodyguard, Kurasa sama sepertiku, Ari sendiripun juga merasa tidak nyaman,
Kami memasuki Lift berdua saja,
Begitu pintu lift tertutup, Ari tersandar lemas didinding.
Menghancurkan Imej keren-cool-kharismatik yang baru saja ia tampilkan.
Aku sampai melongo tak percaya.
“Hoy!” Teriakku, “Kemana larinya sobatku yang keren tadi?”
“Brengsek kau,” Ari memaki, “Panas, gugup, aku ingin mati.” Tergesa gesa ia melonggarkan kancing bagian leher,
Tanpa menyia nyiakan kesempatan, aku langsung menertawainya sekuat yang aku bisa.
“Nanti kau juga terbiasa,” Sikutku, Ari meredam amarahnya sendiri, aku tahu ia sebal.
“Suatu saat aku akan membuatmu merasakannya juga,” geramnya, “Aku bersumpah.”
“Tidak terima kasih,” Tolakku, “Susah payah bilang supaya jangan dikawal seperti tadi, astaga, apa mereka juga mengelap bokongmu saat kau buang air besar?”
“Tutup mulutmu,”
Aku tertawa lagi, “Ngomong ngomong, apasih yang sedang kau bicarakan tadi?” Tanyaku penasaran, “Jelaskan padaku sekali lagi, -Ngerti kan aku tak pandai mikir- Rencana apa yang kau tawarkan pada mereka semua?”
Ari menghela nafas.
“Rencana pembangunan 57 basis dibawah tanah, tersebar keseluruh penjuru dunia, Sekaligus tempat pertahanan terakhir melawan kiamat yang akan segera terjadi.”
Aku melongo lagi.
“Ma-maksudmu yang seperti Krasnoyarsk-26 kita?!”
Tentu saja semua tahu tentang Krasnoyarsk-26 kami, kota megah yang semula digunakan sebagai pusat reaktor nuklir yang berada sekitar 200-250m dibawah tanah.
Luasnya jangan ditanya, Hahah.
Kami menggunakan 17km2 untuk produksi, cuma hal ini yang tidak berubah sementara sisanya saat pertama kali dibuka dan beroperasi pada tahun 1958 atau sekitar satu sengah abad yang lalu hanya seluas 131km2,
Guess what? dan sekarang ukurannya membengkak menjadi 1.990.34km2 hanya untuk sanitasi dan perlindungan, semua dalam system multilevel terowongan bawah tanah didalam gunung, segalanya tersedia disana meliputi persediaan air bersih maupun ventilasi udara, terbayangkan?
Yeah, gila memang, dan ia bilang ingin membuat sebanyak mungkin yang seperti itu?
“Tepat sekali,” sahut Ari muram.
Aku terperangah, “Kau gila, Boracnitchov saja belum tentu mau mengambil keputusan sebesar itu, maksudku… tak semua Negara memiliki kapasitas baik wilayah maupun dana untuk membangun yang sebesar itu,
Krasnoyarsk.. well… uhh…”
“Aku tahu,”
Kukepalkan tanganku, apa tujuan Ari?
“Realistislah, Ar, membangun peradaban baru, memfasilitasi seluruh manusia dimuka bumi ini sekaligus… astaga, kau ini baru bangun tidur atau apa?
Dan lagi.. mereka… Kau sudah lihat kan pengungsi di Ghana, Semenanjung Malaysia, lalu di China… Mereka Negara miskin sejak Invasi memblokir sebagian besar wilayah mereka, Untuk mengisi perut saja mereka sudah kesusahan, apalagi memikirkan hal seperti ini, pikirkanlah dampaknya.”
“Sudah kupikirkan,
Kenyataannya, yang memiliki Shelter atau tempat berlindung dibawah tanah bukan hanya Rusia saja, meskipun kita terkenal memiliki kota terlarang yang besarnya hampir mencapai satu buah Negara,bagaimanapun Krasnoyarsk sangat besar, tetap saja, apa yang kita bangun saat ini bahkan tidak cukup untuk menampung semua penduduk dinegara kita sendiri,
Apalagi ingin menolong mereka diluar sana?
Ini tidak adil, perang yang lebih besar akan segera meletus, kita harus menyiapkan lebih dari sekedar senjata yang cukup untuk menampung orang orang yang tidak bisa bertarung.
Mungkin rencana ini tidak sepenuhnya bagus karena hanya akan menyusahkan banyak orang, tapi ini jauh lebih baik daripada bergelut dengan kepunahan ras.”
Aku mendengarkan Ari dengan serius sekarang.
“Memang benar akibatnya juga sama besarnya, tapi aku sudah memperhitungkan itu, masalah dana, aku akan membuat mereka saling bantu, kita tidak hanya akan membuat Shelter dibawah tanah tapi juga terowongan yang bisa menjadi sambungan antar Negara, semacam jalur rahasia, tentu saja kita akan mengawasinya dengan ketat sehingga tidak ada secuil viruspun bisa lolos, sama seperti krasnoyarsk, Kita hanya akan membuat beberapa kota dibawah tanah, dalam skala banyak serta lebih besar.”
“Entah apakah kau bisa membuatnya meskipun kau mengumpulkan seluruh uang yang ada dimuka bumi ini…” Aku menggeleng, “Gila, ini sangat gila… Ar, aku tidak percaya kau melakukannya,” Tadi saja ia mendapat banyak tekanan seperti itu.
Berani sekali, aku bergidik.
Alih-alih tertekan, ia malah balik menekan mereka, menjanjikan perlindungan dan keselamatan segala, mirip taktik salesman murahan ‘Beli sekarang atau kehabisan’ tapi dengan kemasan jauh lebih mewah.
Ia menancapkan kuku besinya lebih kuat daripada yang kukira.
Ari mengangguk, “Harus bisa,”
Baru saja kami keluar dari Lift, Monroe sudah menghadang kami.
“Yo Jendral,” Sapanya ramah, ia menyerahkan beberapa lembar kertas ketangan Ari, “Aku sudah membuat Prototype seperti yang kau minta, sebentar lagi mungkin akan selesai,”
“Terima kasih Monroe,” Sahut Ari seraya membolak balik kertasnya, “Ini sempurna,”
“Apasih itu?” Aku melirik lirik penasaran, cukup kaget karena mendapati bahwa angka angka dan skema menyebar dimataku membuatku pusing.
“Ini robot,” Monroe menjelaskan, “Kita butuh banyak untuk apa yang akan segera kita lakukan,”
“Wow,” Desisku, “Kau menggunakan full-teknologi untuk pengerjaannya?”
“Valhalla,” Ari tersenyum, menyebut nama proyeknya, “Robot robot ini sangat efisien, mereka mampu melakukan pekerjaan mereka 40x lebih cepat, juga tidak beresiko karena kita hanya perlu memantau mereka dari jauh, Tidak ada gaji, upah, protes, atau apapun,”
“Dan sumber energinya?” tanyaku lagi, sial aku masih belum bisa memikirkan dengan sungguh sungguh, lemot sekali, haha…
Baik Ari maupun Monroe menatapku sumringah,
“Kita punya Nuklir, sejak dahulu kala Rusia adalah penghasil senjata serta teknologi militer tanpa tanding, saatnya energi tak terbatas pembawa kehancuran itu berguna demi kepentingan orang banyak.”
Aku mengerjap ngerjap.
Oke, oke.
Jadi dia sungguh sungguh akan melakukannya.
Nuklir, musuh umat manusia terbesar selain Undead, sebelum Virus ini menimbulkan kegemparan, perang dan penindasan hak asasi manusia terbesar seringkali terjadi karena teknologi jahanam itu.
Rusia memiliki reaktor nuklir raksasa yang tak terhitung jumlahnya, Dan dinegara ini Paladin adalah Hukum,
Tapi tetap saja, kami sendiri sangat berhati hati memanfaatkan energi berbahaya itu selama ini, keadaan sudah kacau, setolol apa ingin mengacaukan lagi?
Kacau, Dan…
Ari ingin menggunakannya demi kepentingan orang banyak?
Jika ditangan adiknya Virus itu adalah Anugrah.
Ditangannya, senjata pemusnah massal mungkin saja bisa menjadi sesuatu yang bersifat melindungi.
Diktaktor sempurna tapi orangnya sendiri tidak tahu.
Betapa miripnya pola pikir mereka.
Aku jadi merinding.
+++
Gedung pertemuan Mercury City, Moscow.
___________________________________
_____________________________
Ari berjalan santai sekali, Sama sekali tidak kelihatan bahwa ia sebentar lagi akan mengadakan pertemuan penting dengan para kepala Negara dari seluruh penjuru dunia.
Saat ia memasuki ruang rapat dalam gedung setinggi 338 meter yang menjadi kebanggan Moskow itu,
Dihadapannya, didepan meja oval berdiri setidaknya sekitar 15 orang pemimpin Negara, pejabat penting maupun ketua organisasi besar,
Mereka semua menunggunya dengan gelisah,
Beberapa tampak berbisik bisik resah, begitu melihat Ari duduk dikursinya, keadaan menjadi senyap seketika.
Hanya ada tampang tampang penuh kecemasan bertanya tanya apa sekiranya yang hendak disampaikan oleh Sang pemimpin baru Paladin.
Ari berdehem, menyampaikan pembukaan dengan sempurna,
Sempurna menurutku, aku tidak menaruh minat pada apa yang mereka bicarakan, konsentrasiku buruk sekali soal simak-menyimak… Karena ia lancar lancar saja, baiklah, begitupun sempurna.
Sementara aku –seperti orang bodoh- duduk disampingnya sebagai perwakilan dari Guardian Paladin, Asli, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, karena aku gugup dan biasanya kami hanya bekerja berdua saja,
Apalagi beberapa muka orang orang yang hadir disana bentuknya macam macam, aku ingin tertawa sepanjang waktu.
Tapi yang paling ingin membuatku ketawa sampai mati adalah Tampang Ari.
Sok bisnis, sial, haha
Aku tahu itu bukan wajahnya, ia mengcopy gaya bicara Boracnitchov dengan sangat sempurna.
Dan anehnya malah tidak terkesan mirip.
Ari memiliki aura berbeda, bukannya mengganggu, justru hal tersebut membuatnya unik dan disegani.
Tak heran si Tua itu memilihnya sebagai pengganti.
Ada yang berbeda dari penampilan sahabatku belakangan ini,
Ia tidak lagi mengenakan coat panjang khas prajurit Paladin.
Sebagai gantinya, kini ia mengenakan seragam militer megah yang sama seperti yang dikenakan Alexander Boracnitchov semasa hidup, disertai Cloak hitam berornamen khas kemiliteran pada bahu yang menutup bagian belakang tubuhnya, sehingga sangat tampak bahwa ia adalah seorang Jendral sekarang,
Bahkan rambut juga poninya yang biasanya agak panjang berantakan kini ia sisir kebelakang,
Sial, sial sial, aku ingin tertawa…
Belum lagi muka nge-boss itu, Bahahahah,
Bisa aku ketoilet sebentar? Aku ingin sekali tertawa!
Ya ya, Aku bangga padanya.
Melihatnya seperti ini, mau nangis rasanya, Kami sudah bersahabat lama sekali, dan melihat ia sudah mencapai tingkat seperti sekarang, yah…
Aku paham perasaanmu, Ibu…
Aku mengulum senyum berusaha agar tidak terbahak ditengah suasana serius begini.
“Jadi, apa kalian setuju?” Ari berdiri seraya mencondongkan tubuh kedepan, kedua tangannya bertumpu diatas meja, meminta kepastian.
Terdengar bisik bisik super berisik dari seluruh ruangan, bergema hingga kelangit langit.
Telingaku geli, sambil garuk garuk kuping aku melanjutkan tontonanku.
Salah seorang lelaki yang usianya kutaksir mendekati akhir 50-an berkepala botak mengangkat tangannya, “Maaf, Gabriel,”
“Silakan, Mr. Sanchez,” Jawab Ari tenang.
“Ku-kupikir… apa rencanamu itu tidak terlalu…”
“Merepotkan?” Selidik Ari tersenyum, “Aku tidak memaksa, kubilang, bagi yang ingin ikut saja, Semua yang menginginkan keselamatan, saat ini itulah prioritas terbesar kita.”
“Tapi… kau tahu.. Keadaan Negara kami sekarang…”
“Anak anak kita akan banyak mengalami masalah kelaparan,”
“Jika kita hanya fokus untuk membangun sesuatu sebesar itu, bagaimana urusan negara yang lain? Dan lagi, bagaimana mungkin bisa selesai hanya dalam waktu beberapa bulan?”
“Aku tidak bilang kita akan melakukannya dengan tangan kosong,” Ari melipat kedua tangannya didada, “Aku sudah bicara pada Sekjen PBB, semua Negara akan bekerja sama, tidak hanya satu atau dua, ini proyek yang dikerjakan secara massal,” Ia mengetukkan buku buku jarinya didepan meja, “Juga pertaruhan, kita akan menyuntikkan seluruh kekayaan kita dalam rencana ini,”
Kembali suasana ricuh.
“Tenang semuanya, tenang,” Ari mengangkat tangannya. “Semuanya tahu kita harus berkorban, kita tidak akan mendapat sesuatu tanpa merelakan sesuatu,”
“Aku menawarkan makanan, perlindungan, juga jaminan keselamatan bagi kalian mau mengikuti rencana ini, Jadi kutanya sekali lagi, siapa yang mau ikut?”
Hening, mata mata tanpa rasa percaya itu…
“Kita tidak berperang sendiri, kita berperang bersama bukan? Tidak hanya Negara kalian yang sedang terdesak dalam keadaan darurat seperti sekarang ini.”
Lalu seseorang yang duduk paling pojok dan kukenali sebagai presiden AS, Gerald Logan, pertama kali berdiri,
Menyesal sekali karena sejak Washington DC yang terkenal memiliki sistim keaman terkuat setelah Moskow berhasil ditembus dalam Invansi beberapa waktu lalu, ia harus memindahkan lokasi pusat pemerintahannya.
Dengan penuh itikad baik ia menjabat tangan sahabatku, pertanda menerima tawaran kami,
“Terima kasih banyak,”
“Kami mempercayaimu, apapun yang terjadi,” Orang nomor satu di AS itu tersenyum ramah,
Ari mengalihkan pandangan kearah kursi kursi yang lain, semula wajah mereka semua kelihatan cemas dan ragu ragu, "Tidak ada yang dipaksakan, tapi bantuan maksimal diberikan kepada negara yang bersedia melakukan aliansi,
Diluar itu, Kami tidak bertanggung jawab menjamin apapun,"
Semula muncul ekspresi keragu raguan, kemudian sunyi,
Lalu satu persatu bangkit dari kursinya, berdiri dan menyatakan dukungan mereka.
Tidak bisa kujelaskan betapa bangganya wajah sahabatku saat ini, lega, bahagia, tenang.
Pun demikian, masih dipenuhi oleh kharisma-nya.
Aku harus meminta penjelasan nanti.
-
-
-
-
-
“Tidak usah mengawalku,” Ari berpesan pada prajurit dibelakang kami, mereka memepet seperti bodyguard, Kurasa sama sepertiku, Ari sendiripun juga merasa tidak nyaman,
Kami memasuki Lift berdua saja,
Begitu pintu lift tertutup, Ari tersandar lemas didinding.
Menghancurkan Imej keren-cool-kharismatik yang baru saja ia tampilkan.
Aku sampai melongo tak percaya.
“Hoy!” Teriakku, “Kemana larinya sobatku yang keren tadi?”
“Brengsek kau,” Ari memaki, “Panas, gugup, aku ingin mati.” Tergesa gesa ia melonggarkan kancing bagian leher,
Tanpa menyia nyiakan kesempatan, aku langsung menertawainya sekuat yang aku bisa.
“Nanti kau juga terbiasa,” Sikutku, Ari meredam amarahnya sendiri, aku tahu ia sebal.
“Suatu saat aku akan membuatmu merasakannya juga,” geramnya, “Aku bersumpah.”
“Tidak terima kasih,” Tolakku, “Susah payah bilang supaya jangan dikawal seperti tadi, astaga, apa mereka juga mengelap bokongmu saat kau buang air besar?”
“Tutup mulutmu,”
Aku tertawa lagi, “Ngomong ngomong, apasih yang sedang kau bicarakan tadi?” Tanyaku penasaran, “Jelaskan padaku sekali lagi, -Ngerti kan aku tak pandai mikir- Rencana apa yang kau tawarkan pada mereka semua?”
Ari menghela nafas.
“Rencana pembangunan 57 basis dibawah tanah, tersebar keseluruh penjuru dunia, Sekaligus tempat pertahanan terakhir melawan kiamat yang akan segera terjadi.”
Aku melongo lagi.
“Ma-maksudmu yang seperti Krasnoyarsk-26 kita?!”
Tentu saja semua tahu tentang Krasnoyarsk-26 kami, kota megah yang semula digunakan sebagai pusat reaktor nuklir yang berada sekitar 200-250m dibawah tanah.
Luasnya jangan ditanya, Hahah.
Kami menggunakan 17km2 untuk produksi, cuma hal ini yang tidak berubah sementara sisanya saat pertama kali dibuka dan beroperasi pada tahun 1958 atau sekitar satu sengah abad yang lalu hanya seluas 131km2,
Guess what? dan sekarang ukurannya membengkak menjadi 1.990.34km2 hanya untuk sanitasi dan perlindungan, semua dalam system multilevel terowongan bawah tanah didalam gunung, segalanya tersedia disana meliputi persediaan air bersih maupun ventilasi udara, terbayangkan?
Yeah, gila memang, dan ia bilang ingin membuat sebanyak mungkin yang seperti itu?
“Tepat sekali,” sahut Ari muram.
Aku terperangah, “Kau gila, Boracnitchov saja belum tentu mau mengambil keputusan sebesar itu, maksudku… tak semua Negara memiliki kapasitas baik wilayah maupun dana untuk membangun yang sebesar itu,
Krasnoyarsk.. well… uhh…”
“Aku tahu,”
Kukepalkan tanganku, apa tujuan Ari?
“Realistislah, Ar, membangun peradaban baru, memfasilitasi seluruh manusia dimuka bumi ini sekaligus… astaga, kau ini baru bangun tidur atau apa?
Dan lagi.. mereka… Kau sudah lihat kan pengungsi di Ghana, Semenanjung Malaysia, lalu di China… Mereka Negara miskin sejak Invasi memblokir sebagian besar wilayah mereka, Untuk mengisi perut saja mereka sudah kesusahan, apalagi memikirkan hal seperti ini, pikirkanlah dampaknya.”
“Sudah kupikirkan,
Kenyataannya, yang memiliki Shelter atau tempat berlindung dibawah tanah bukan hanya Rusia saja, meskipun kita terkenal memiliki kota terlarang yang besarnya hampir mencapai satu buah Negara,bagaimanapun Krasnoyarsk sangat besar, tetap saja, apa yang kita bangun saat ini bahkan tidak cukup untuk menampung semua penduduk dinegara kita sendiri,
Apalagi ingin menolong mereka diluar sana?
Ini tidak adil, perang yang lebih besar akan segera meletus, kita harus menyiapkan lebih dari sekedar senjata yang cukup untuk menampung orang orang yang tidak bisa bertarung.
Mungkin rencana ini tidak sepenuhnya bagus karena hanya akan menyusahkan banyak orang, tapi ini jauh lebih baik daripada bergelut dengan kepunahan ras.”
Aku mendengarkan Ari dengan serius sekarang.
“Memang benar akibatnya juga sama besarnya, tapi aku sudah memperhitungkan itu, masalah dana, aku akan membuat mereka saling bantu, kita tidak hanya akan membuat Shelter dibawah tanah tapi juga terowongan yang bisa menjadi sambungan antar Negara, semacam jalur rahasia, tentu saja kita akan mengawasinya dengan ketat sehingga tidak ada secuil viruspun bisa lolos, sama seperti krasnoyarsk, Kita hanya akan membuat beberapa kota dibawah tanah, dalam skala banyak serta lebih besar.”
“Entah apakah kau bisa membuatnya meskipun kau mengumpulkan seluruh uang yang ada dimuka bumi ini…” Aku menggeleng, “Gila, ini sangat gila… Ar, aku tidak percaya kau melakukannya,” Tadi saja ia mendapat banyak tekanan seperti itu.
Berani sekali, aku bergidik.
Alih-alih tertekan, ia malah balik menekan mereka, menjanjikan perlindungan dan keselamatan segala, mirip taktik salesman murahan ‘Beli sekarang atau kehabisan’ tapi dengan kemasan jauh lebih mewah.
Ia menancapkan kuku besinya lebih kuat daripada yang kukira.
Ari mengangguk, “Harus bisa,”
Baru saja kami keluar dari Lift, Monroe sudah menghadang kami.
“Yo Jendral,” Sapanya ramah, ia menyerahkan beberapa lembar kertas ketangan Ari, “Aku sudah membuat Prototype seperti yang kau minta, sebentar lagi mungkin akan selesai,”
“Terima kasih Monroe,” Sahut Ari seraya membolak balik kertasnya, “Ini sempurna,”
“Apasih itu?” Aku melirik lirik penasaran, cukup kaget karena mendapati bahwa angka angka dan skema menyebar dimataku membuatku pusing.
“Ini robot,” Monroe menjelaskan, “Kita butuh banyak untuk apa yang akan segera kita lakukan,”
“Wow,” Desisku, “Kau menggunakan full-teknologi untuk pengerjaannya?”
“Valhalla,” Ari tersenyum, menyebut nama proyeknya, “Robot robot ini sangat efisien, mereka mampu melakukan pekerjaan mereka 40x lebih cepat, juga tidak beresiko karena kita hanya perlu memantau mereka dari jauh, Tidak ada gaji, upah, protes, atau apapun,”
“Dan sumber energinya?” tanyaku lagi, sial aku masih belum bisa memikirkan dengan sungguh sungguh, lemot sekali, haha…
Baik Ari maupun Monroe menatapku sumringah,
“Kita punya Nuklir, sejak dahulu kala Rusia adalah penghasil senjata serta teknologi militer tanpa tanding, saatnya energi tak terbatas pembawa kehancuran itu berguna demi kepentingan orang banyak.”
Aku mengerjap ngerjap.
Oke, oke.
Jadi dia sungguh sungguh akan melakukannya.
Nuklir, musuh umat manusia terbesar selain Undead, sebelum Virus ini menimbulkan kegemparan, perang dan penindasan hak asasi manusia terbesar seringkali terjadi karena teknologi jahanam itu.
Rusia memiliki reaktor nuklir raksasa yang tak terhitung jumlahnya, Dan dinegara ini Paladin adalah Hukum,
Tapi tetap saja, kami sendiri sangat berhati hati memanfaatkan energi berbahaya itu selama ini, keadaan sudah kacau, setolol apa ingin mengacaukan lagi?
Kacau, Dan…
Ari ingin menggunakannya demi kepentingan orang banyak?
Jika ditangan adiknya Virus itu adalah Anugrah.
Ditangannya, senjata pemusnah massal mungkin saja bisa menjadi sesuatu yang bersifat melindungi.
Diktaktor sempurna tapi orangnya sendiri tidak tahu.
Betapa miripnya pola pikir mereka.
Aku jadi merinding.
+++