Tasuku.
__________________________
_____________________
Tiga hari berlalu sejak kejadian itu.
Aku memutuskan untuk bersikap tegas pada Daina siang ini,
Aku telah melarangnya berkeliling tempat ini,hanya mengurungnya dalam kamar,
membayangkan ia tersesat ditempat berbahaya macam ini,atau terperangkap dalam laboratorium penelitian Stast seperti kemarin…Lab milik Stast!
Bagaimana aku tidak shock mengingat setiap makhluk berbahaya hasil kreasi Stast didalam sana!
Aku sungguh sungguh dipusingkan masalah ini,
Semakin lama Daina menjadi semakin tergantung padaku, ia selalu tampak gelisah ketika menungguku mengunjunginya,
Melihat wajahnya yang memelas membuat teriris.
Semakin lama kami semakin sulit memisahkan diri satu sama lain.
Ingin sekali kukatakan padanya,betapa ia gadis yang sangat berarti bagiku, betapa hidupku hampa tanpanya.
Tapi semua kata-kata itu tertahan dalam dadaku,
begitu sulit diungkapkan,
jika kuungkapkan,pasti akan semakin sulit baginya untuk bangkit,
Sebenarnya untuk apa aku menahannya disini…? Tidak bisa membunuhnya, tidak mau melihatnya mati, bahkan tidak sanggup terpisah darinya.
Sementara hidup bersama dengannya juga sesuatu yang mustahil…
Aku semakin jarang menemuinya,hanya berkunjung sebentar untuk mengantarkan makanan,
aku tahu, aku telah sangat melukainya.
-
-
-
-
-
Pukul 03:20 pagi,
Kamar Daina.
Aku tidak mengaku perbuatanku, ketika malam hari aku menyelinap ke kamarnya, setiap malam, seperti malam ini, hanya untuk memandanginya tertidur,
Bisa kulihat bekas air mata dipipinya, ia hanya mengandalkanku,seperti
biasa, dan aku lagi-lagi bersikap kasar padanya,
aku sangat menyesal.
“Tasuku…” aku mendengarnya membisikkan namaku dalam mimpi,ia meneteskan air mata lagi,
Aku yang paling tahu seberapa parah luka hatinya, karena aku.
Bukankah ia wanita yang paling ingin kubahagiakan didunia ini?
Namun ia harus sadar posisinya, ia manusia, dan aku hanya makhluk abnormal hasil rekayasa genetik yang menyedihkan, Kakak benar…
Aku tidak pantas untuknya… aku tidak pantas bagi siapapun…
Aku juga sakit.
Aku ingin mengulurkan tangan,bermaksud menyeka butiran halus sebening berlian itu, jika aku tidak bisa melakukan sesuatu demi dirinya,berarti hanya hal sesepele inilah yang mampu kulakukan,
Tidak, aku terhenti ditengah jalan,
Tepat disaat jemariku akan menyentuh lapisan kulit yang lemah dan lembut itu,
Aku terlalu kotor,bahkan untuk menyentuhnya,
Siapa yang bisa menjamin tangan ini tidak akan mencabiknya?! Siapa yang tahu beberapa saat lagi,makhluk kotor berlumuran darah dan dosa ini tidak akan menyakitinya?!
Aku harus pergi sekarang,
Rasa sakit teramat sangat mengganjal dalam dadaku,
Aku tahu,ketika aku memutuskan untuk memilih jalan ini,aku tahu bahwa aku akan terluka seperti ini,
Namun,aku tidak pernah menyangka,bahwa ia juga…
Sama terlukanya sepertiku, kukira jika kakakku menggantikan posisiku dihatinya, seperti dugaanku,aku akan mudah menemukan alasan untuk melenyapkan mereka dari hati ini,
Tidak kusangka,
Mereka yang ingin kubenci,malah tertanam semakin kuat dihatiku,
Bayangan kakak muncul dimataku,
Dia yang paling kulukai…dia yang telah kukorbankan, dia yang selalu berdoa akan hal yang terbaik untukku…,dia yang selalu rela menyerahkan apapun miliknya yang paling berharga sekalipun demi aku!
Betapa aku telah melukai semua orang yang mencintaiku, aku yang selama ini di lindungi olehnya,
Betapa mereka semua telah menderita demiku,
Dan demi mendapatkan mereka kembali, aku tidak peduli apa yang akan kulakukan dengan dunia ini.
Dunia tanpa mereka sama saja tidak ada dunia.
Aku akan merubahnya, membuatnya menerimaku, mendapatkan kembali cinta kasih keluargaku.
Terserah apapun yang terjadi pada manusia lainnya…
Tapi kenapa justru sekarang?
Keberadaannya, keberadaan Daina lah yang membuatku memikirkan kembali alasan alasan yang telah kutinggalkan, membangkitkan lagi perasaan manusiaku.
Anehnya, semakin aku berusaha menghapus, setitik demi setitik penyesalan mengejarku.
Bahwa ini tidaklah benar, bahwa ini harus dihentikan.
Kakak!
Aku memanggil manggil, seperti ingin ditolong, disaat seperti ini harapan benar benar adalah hal paling menyesakkan, karena kau tahu kau tidak memilikinya,
Baru saja sakitnya terasa lagi,mengingat kami yang saling bunuh…
Namun,aku harus bisa melupakannya dan menganggap segalanya sebagai ‘korban’ untuk ritual busukku demi mewujudkan impian untuk bisa bersatu lagi bersama mereka yang kucintai yang membelengguku selama ini!
Aku tidak bisa melawan nuraniku sendiri,
Nurani, Tash? Hal yang sekarang terlalu tabu untuk kumiliki!
Sambil menatap Daina yang tertidur pulas untuk terakhir kalinya,aku membuka tirai jendela,
Menuju balkon dan kembali menutupnya,
Kelelawar raksasa yang menungguku segera bergerak cepat begitu aku melompat, menyambutku, Raja mereka.
Debur ombak ditengah malam seperti nyanyian tanpa nada, aku ingin sekali lenyap dilaut ini,
Entahlah, sejak Daina tiba disini, pikiranku kacau,
Aku semakin memikirkan masa laluku…
-
-
-
-
-
Aku terduduk diruanganku,
semalaman, begitu terus hingga pagi menjelang, lalu tak terasa malam lagi,
aku hanya datang untuk mengantarkan makanan Daina,meletakkannya di sofanya, Sengaja membubuhkan obat tidur didalam makanan Daina, membuatnya bangun hanya untuk kehilangan waktu, agar ia tidak menungguiku lagi,
Jika kami tanpa sengaja bertemu, Aku tidak bicara padanya,
mengacuhkan tatapan penuh kerinduan yang ditunjukkannya terang-terangan padaku, lalu segera pergi,
Aku seperti orang idiot yang mendambakan kekasih yang jelas-jelas ada didepan mataku,
Aku semakin tersiksa karena tak memilikinya,
Aku tahu ia menungguku,aku tahu ia gelisah,
Sialnya aku lebih memilih menjadi kejam, daripada menjadi bodoh.
“Sampai kapan kau mau dia ada disini?” Stast membuyarkan lamunanku.
Aku tidak bisa menjawabnya, sebaliknya, aku malah mengalihkan pembicaraan.
“Ada sesuatu yang terjadi?” tanyaku, karena aku tahu Stast tidak mungkin mengganggu ‘waktu istirahat’ku tanpa ada sesuatu yang penting yang harus dilaporkannya.
“Penyusup.” Jawab Stast enteng, “Ada lebih dari 20 orang, Paladin pastilah sudah mengendus wilayah kosong ini untuk melacak keberadaan kita,
Kurasa ada baiknya kita pindah tempat untuk sementara... no?
tenanglah, sudah kulumpuhkan sebagian, tapi beberapa diantaranya berhasil melarikan diri kedalam hutan.”
Alisku mengerinyit, “Kau biarkan mereka lolos?” Bukan masalah besar, biasa saja jika ada yang mengejar kami, akan selalu ada yang mengejar kami dimanapun kami berada, tapi pindah tempat dan membawa Daina bepergian... tidakkah itu terlalu beresiko?
Dengan santai Stast bersandar pada dinding berdekatan dengan jendela.
“Mangsa yang bermain kabur kaburan akan lebih menarik, My Lord,” desisnya memberikanku alasan
Rambut hitamnya yang acak acakan tertiup angin berhembus dari celah jendela yang terbuka.
Aku berhenti menanyainya,
Bagaimanapun mempermainkan mangsaku seperti tikus bukan gayaku.
Aku sendiri lebih suka membunuh dengan cepat tanpa menimbulkan banyak penderitaan maupun rasa sakit.
Mereka bahkan tidak akan sadar nyawa mereka telah terpisah dari badannya.
“Stast…” Panggilku sesaat kemudian, “Aku butuh darahmu, segera, ada sesuatu yang ingin kuteliti.”
Bola mata hitam Stast menunjukkan bahwa ia penasaran dengan apa yang kurencanakan, tetapi ia memutuskan untuk diam saja, namun aku yakin, jauh didalam lubuk hatinya, ia sudah tahu apa yang akan kuperbuat.
Alih-alih bertanya mengenai keperluanku, ia malah membisikkan sesuatu tanpa menatapku. “Apa kau mengerti…? Kau masih memiliki pilihan pilihan itu.
Penderitaanmu, atau penderitaannya.
Kenangan akan selalu indah, tidak peduli seberapapun usahamu untuk menghapusnya, akan selalu terkunci didalam hatimu.
Karena itulah ekspektasiku padamu teramat tinggi.
Kau sudah tahu, Jika kau berharap untuk melanjutkan ini.
Kau akan menjadi yang paling menderita, sebab kau pernah mencicipi dan tahu betul bagaimana rasanya dicintai sekaligus mencintai dengan teramat dalam…”
Kuremas kepalanku sekuatnya.
“Aku… hanya bertaruh.”
“Taruhan,” Stast menyeringai, “Stast ini sudah tahu hasilnya akan seperti apa… Percayalah.”
“Itu sangat beresiko,My Lord…bukankah kau pernah bertekad membuang segalanya?!” Luciferina masuk secara tiba tiba, menyela percakapanku dengan Stast.
“Mau menjadikannya cemilan terakhir untuk merayakan kemenangan kita?” canda Stast lagi, “atau kau mau raja kita berbagi sedikit?”
Aku tersentak kaget.
“Diam kalian semua!” bentakku kalap, melemparkan tempat lilin antik yang bertengger di dekatku ke dinding.
Hancur berkeping keping.
Luciferina mengkerut ketakutan dibelakang Stast,
Menggeram memperlihatkan deretan gigi gigi setajam siletnya pertanda ketidaksetujuan.
Stast, sebaliknya,tetap bersikap tenang seperti tidak ada apa apa.
“Tentu,kami akan mematuhimu,raja kami…” desahnya lembut,
“Aku akan menyelesaikan masalah ini, kuharap sementara aku bertindak,jangan pernah melakukan apa apa,dan kalian tidak perlu berbuat yang tidak perlu,kecuali aku yang memerintahkan”Setelah agak tenang,aku berkata,
“Baik,yang mulia,aku paham,” tanpa banyak membantah, seperti biasa, Stast mengiyakan dengan segera.
“Dan,satu lagi” aku menambahkan, “Tolong,buat kunci pengaman yang memiliki kode jauh lebih rumit daripada kode yang kau buat untuk laboratoriummu itu, Kalau Daina-ku masuk sembarangan ketempat tempat berbahaya lagi, aku tidak akan memaafkan kalian,”
Stast tampak mengerutkan kening mendengar permintaanku,
Tapi toh lagi lagi ia memutuskan untuk diam dan melaksanakannya.
“Sampai kapan ia disini?!”
Stast sampai harus menyeringai tidak senang pada Luciferina karena pertanyaannya,
Tapi aku tahu aku harus memberikan jawaban,
“Kupikir…mungkin tidak akan lama lagi, Ia hanya umpan untuk memancing kakakku kemari, ia kelemahan kakakku, aku bisa melenyapkannya jika semua sudah selesai,”
Dan kelemahanku juga.
Aku tahu ucapanku sangat berlawanan dengan kata hatiku,namun,aku harus sadar posisi dan siapa aku sekarang, mustahil… “Tidak ada yang perlu dicemaskan,”
Aku adalah raja Undead,dan itu kenyataan,
Bisa saja kukatakan akan melenyapkan Daina... mudah sekali, tapi tidak bisa semudah itu melaksanakannya,
Gratakk!!
Sebuah suara mengejutkanku,
Baik aku maupun dua vampir di depanku langsung memasang wajah beringas,
Tapi kecemasanku semakin menjadi jadi saat aku tahu siapa yang sedang menguping dari balik tirai,
Gaun panjang Daina menyapu lantai keramik,
Ya,ampun,dia berjalan jalan sembarangan lagi…!
“Ma…af…” pintanya terbata bata, “A-Aku hanya mencoba berputar putar,dan aku menemukan ruangan ini,kelihatannya aku beruntung, syukurlah ada orang,”
Ia tersenyum dan berjalan mundur,
Daina…,yang didepanmu sekarang ini bukan ‘orang’, kau tahu…
Aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan kegelisahanku,mencoba menyuruh Daina agar cepat cepat pergi dari ruangan ini,
Aku menyadari aura berbahaya ini lebih dari siapapun,
Dan karena pengendalian diriku amat kuat,aku rasa hanya aku yang masih memiliki lebih dari separuh akal sehat disini.
Daina tampaknya mengerti ia terlihat dalam situasi yang salah,
“Ah…silahkan diteruskan,permisi…” katanya memohon diri,
Hanya saja,kesabaranku sudah habis saat melihat mata Luciferina berkilat lapar,
Apalagi saat ia menghirup aroma harum tubuh Daina,
Dan aroma cairan hangat yang terpompa mulai dari jantung hingga seluruh tubuhnya itu,
Kusambar istriku dengan agak kasar, menggendongnya dengan satu tangan,disertai gerakan sangat cepat,
Membawanya menjauh,
Daina kaget sekali,ia berpegangan pada bahuku agar tidak tergelincir,
Aku tidak peduli,aku marah sekali kali ini,
Ia sama sekali tidak penurut dan nekat…!
“Ini karena Tasuku hampir tidak menemuiku!” jeritnya membela diri saat ku bopong kembali ke kamarnya. “Aku hanya mencarimu…aku hanya ingin bertemu denganmu…”
Aku mendengarnya terisak, ia sendiripun sadar, bahwa aku tengah memarahinya walau tanpa suara.
Ya,Tuhan…
Apa lagi ini? Salahku lagi?
Bagaimana caraku agar dapat menjauhinya…?
++++