Rose: "Aku juga sangat merindukanmu, Damian.."
Kemudian, keduanya duduk di tepi danau sambil bermain air. Rose bersandari di pangkuan Damian.
Rose: "Kau terlihat lebih kurus, Damian.."
Damian: "Kau juga.."
Rose bercerita tentang pekerjaannya. Terpaksa ia mengarangnya. Begitu juga Damian. Ia bercerita tentang pekerjaan berburunya. Ia juga terpaksa mengarang cerita. Ia membiarkan Rose berceloteh tentang suatu kebohongan/ Meski tak tau kenapa Rose harus merahasiakannya.
Damian: "Rose.."
Rose: "Ya?"
Damian: "Aku mencintaimu.."
Rose terharu. Ia merasa.. kebohongannya tidak pantas untuk dicintai. Tapi..
Rose: "Aku juga mencintaimu, Damian.."
Liburan tiga hari itu terasa begitu cepat. Rose harus kembali ke istana.
Dr. Isaac mengumumkan pembagian tugas yang baru.
Dr. Isaac: "Maria dan Lucia, kalian bertugas di kediaman Selir Monalisa."
Lucia melirik Maria, penuh rasa tidak suka. Karena bekas partner musuhnya, kini bekerja sama dengannya.
Dr. Isaac: "Rachel dan Marta bertugas di kediaman Selir Angelica."
Rachel sendiri tampak tenang. Marta adalah perawat yang baru saja direkrut dari sekolah perawat.
Dr. Isaac: "Rose dan Nicole, kalian bertugas di kediaman Putri Jean."
Rose dan Nicole senang, karena ditugaskan bersama.
Dr. Isaac: "Oh ya, Rose.. aku mau.. kau juga memantau kesehatan Selir Ramona."
Rose senang, karena masih boleh merawat Selir Ramona.
Putri Jean menyambut para perawat yang akan bertugas di kediamannya. Putri Jean sudah lama mengenal Nicole. Tapi, ia baru kenal dengan Rose.
Nicole: "Rose tinggal satu kamar bersama saya, Tuan Putri.."
Jean: "Oh begitu.. Rose, salam kenal dariku, dan bekerjalah dengan baik."
Rose: "Terimakasih, Tuan Putri.."
Jean: "Sebagai seorang perawat, kau sangat cantik. Ahh.. bagaimana kalau kakakku melihatmu? Dia pasti akan langsung menyukaimu.."
Rose: "Tuan Putri terlalu berlebihan.."
Jean: "Itu benar. Apa.. kau sudah punya kekasih?"
Wajah Rose memerah. Seketika, ia ingat pada Damian.
Rose: "Sudah, Tuan Putri.."
Nicole melirik Rose.
Nicole: "Wah.. teman kita satu ini.. ternyata sudah ada yang punya."
Semua tertawa. Termasuk Putri Jean.
Jean: "Sepertinya.. kita akan cepat berteman.."
Keesokan harinya di sekolah..
Jean: "Damian, apa.. kau sudah punya kekasih?"
Damian: "Kenapa kau tanya-tanya soal itu?"
Jean: "Begini.. di kediamanku, ada seorang perawat yang sangat cantik. Mungkin, kalau kau melihatnya, akan langsung suka."
Perawat? Jantung Damian berdegup lebih kencang. Perawat mana, yang dimaksud oleh Jean?
Damian: "Sudahlah.. mungkin dia sudah ada yang punya.."
Jean: "Wahh.. kau tepat sekali. Bagaimana kau bisa tau, kalau dia sudah ada yang punya?"
Damian: "Aku bisa menebaknya."
Tapi, Jean ingin, Damian bertemu dengan perawat bernama Rose itu.
Rose dan Nicole sedang mengecek kesehatan Putri Jean.
Rose: "Anda sehat, Tuan Putri."
Jean: "Tentu saja. Aku benci sakit. Karena, kalau sakit, aku akan kehilangan waktuku untuk melakukan banyak hal."
Nicole: "Tuan Putri Jean ini, sangat aktif, Rose. Sejak aku bekerja di istana, jarang sekali mendengar dia sakit."
Rose tersenyum.
Rachel dan Lucia bertemu di dapur istana.
Lucia: "Anak itu, prestasinya lumayan. Dia selain bertugas di kediaman Putri Jean, juga masih boleh bertugas di kediaman Selir Ramona. Sungguh tidak adil! Aku ingin sekali membuatnya tidak betah di istana ini."
Rachel: "Akan cukup sulit membuatnya tidak betah. Sepertinya, istana ini sudah mendarah daging dalam tubuhnya. Lihat saja.. dia menjadikan istana ini, seolah-olah seperti rumah sendiri."
Lucia: "Dia itu sok lugu."
Karena mendengar obrolan dua perawat itu, Rah Digga mengajak mereka bertemu Ratu Dominique.
Dominique: "Rachel, aku tau, kau adalah perawat terbaik di kalangan tim medis istana. Namun, gajimu sangat tidak sepadan. Oleh karena itu, aku ingin kau bekerja padaku, dan akan ku bayar sepuluh kali lipat dari gajimu selama ini. Bagaimana?"
Rachel masih bingung.
Dominique: "Kau juga, Lucia.. Bagaimana?"
Rachel dan Lucia saling berpandangan.
Lucia: "Apa yang harus kami lakukan, Yang Mulia?"
Keduanya pun bersedia melakukan, apa yang Dominique perintahkan.